Ceramah Master Cheng Yen: Tersadarkan dan Bersumbangsih untuk Membawa Manfaat bagi Sesama
Dunia ini penuh dengan bencana dan penderitaan. Belakangan ini, kita terus menerima laporan tentang bencana yang terjadi di berbagai negara. Pada tanggal 28 September, Indonesia diguncang gempa bumi berkekuatan 7,5 SR yang menimbulkan kerusakan parah. Kita bisa membayangkan besarnya penderitaan yang ditimbulkan oleh bencana alam akibat ketidakselarasan unsur alam.
Filipina juga diterjang topan dan dilanda banjir. Lihatlah, banyak rumah yang kehilangan atap karena terbawa oleh angin. Hidup orang yang kekurangan semakin memprihatinkan. Banjir di Filipina terjadi karena guyuran hujan deras yang disertai tiupan angin kencang.
Masih ada banyak bencana yang terjadi di berbagai negara dan tidak bisa saya ulas satu per satu. Banyak orang yang menderita karena ketidakselarasan empat unsur alam. Banyak orang yang menderita karena ketidakselarasan empat unsur alam. Kita juga mendengar tentang Zimbabwe. Di Zimbabwe, banyak orang yang hidup kekurangan.
Belakangan ini, wabah kolera merebak. Selain itu, warga juga kelaparan. Bukankah kita bisa melihat banyak penderitaan di sana?
Insan Tzu Chi telah pergi ke Myanmar untuk menyurvei kondisi badai dan banjir. Setelah kembali, mereka segera mempersiapkan pembagian bantuan berupa bibit padi, kacang, dan tanaman pangan lainnya. Bagaimana cara membagikan bantuan?
Melihat bencana yang terjadi, saya sungguh sangat khawatir. Banyak hal yang saya khawatirkan karena dunia ini penuh dengan penderitaan. Sekuat apa pun manusia, tetap tidak bisa melawan kekuatan alam. Ketidakselarasan empat unsur alam dan perubahan iklim dapat dirasakan di setiap negara. Jadi, melihat penderitaan akibat bencana ini, kapan dan di mana pun berada, semua orang hendaknya bekerja sama untuk menolong orang yang membutuhkan.
Kita harus tersadarkan dan bersungguh-sungguh menggenggam waktu. Kita harus menghargai dunia ini dan memandang penting jalinan jodoh antarmanusia. Kita harus menghimpun kekuatan semua orang. Tidak peduli betapa besarnya dunia ini dan betapa banyaknya makhluk yang menderita, kita pasti bisa menghimpun kekuatan untuk membantu sesama.
Kita harus tahu bahwa kini, saat menyalurkan bantuan bencana, kita juga berbagi semangat celengan bambu. kita juga berbagi semangat celengan bambu. Dengan mengakumulasi kebajikan sedikit demi sedikit, mereka bisa menolong diri sendiri sekaligus orang lain. Jadi, selain menerima bantuan, mereka juga bisa memberikan bantuan.
Sedikit demi sedikit, kita menginspirasi cinta kasih orang-orang. Ini disebut menabur benih kebajikan. Setiap orang hendaknya menyadari kebenaran ini dan mempraktikkannya. Buddha berkata bahwa Beliau datang ke dunia ini demi satu tujuan mulia. Buddha membabarkan Dharma sesuai kemampuan semua makhluk.
Setelah 42 tahun, kemampuan sebagian orang tetap belum matang, tetapi waktu sudah terbatas. Karena itu, Buddha mulai mengulas tentang Kendaraan Tunggal, bukan Tiga Kereta. Buddha ingin semua orang tahu tentang kereta kambing, kereta rusa, dan kereta lembu. Karena itu, Buddha terlebih dahulu menggunakan ajaran tentang kereta kecil untuk membimbing orang-orang.
Seperti dalam bab Perumpamaan, setelah anak-anak keluar dari rumah yang terbakar karena mendengar bahwa di luar ada kereta, ayah mereka berkata “Sesungguhnya, kereta kambing dan kereta rusa terlalu kecil.”
“Lihatlah, dekorasi bagian dalam kereta lembu begitu indah.”
“Kalian hendaknya memilih kereta lembu.”
Saya juga terus berkata bahwa Buddha memberikan ajaran sesuai kebutuhan semua makhluk dengan harapan setiap orang dapat memahami bagaimana menapaki Jalan Bodhisattva. Jalan ini telah dibentangkan, akan menapakinya atau tidak, itu bergantung pada kita bersedia menapakinya dengan tertib atau tidak.
Buddha membabarkan banyak Dharma. Meski demikian, inti ajarannya hampir sama, yakni mengajari kita agar tidak berpikiran menyimpang. Kita harus melangkah maju di Jalan Bodhi yang lapang dan lurus. Selama beberapa waktu, saya terus mengulas hal ini. Kita bisa memperoleh ribuan pemahaman dengan mendengar satu ajaran Buddha. Kita tidak perlu mendengar banyak Dharma, tetapi setelah mempelajarinya, kita harus menggenggam waktu untuk mempraktikkannya. Jika kita tidak mempraktikkannya, kita tidak akan memahaminya
Saudara sekalian, manusialah yang bisa mengembangkan kekuatan Dharma. Dengan terjun ke masyarakat secara langsung, kita akan mengetahui penderitaan semua makhluk. Untuk menolong sesama, kita harus melakukan praktik Bodhisatwa. Inilah pesan terakhir Buddha.
Tujuan utama kita dalam hidup ini adalah mengajarkan praktik Bodhisatwa. Mari kita menggenggam waktu untuk mempraktikkannya. Waktu terus berlalu. Jika kita hanya menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan orang dan hal yang kita temui, apa gunanya?
Kita harus menggenggam waktu untuk melakukan hal yang bermakna bagi umat manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus membawa manfaat bagi orang banyak. Kita harus menggenggam setiap waktu. Jangan menyia-nyiakan waktu pada kemelekatan terhadap kesenangan duniawi. Kita harus bersungguh-sungguh menjalani hidup sesuai prinsip kebenaran, menghindari tindakan menyimpang, dan melakukan hal yang harus dilakukan.
Bencana yang terjadi silih berganti mendatangkan penderitaan yang tak terkira. Kita harus waspada akan hal ini. Jika hanya menikmati hidup, karma buruk kita akan bertambah. Kita harus segera tersadarkan, menggenggam waktu, dan memanfaatkan tubuh ini untuk membawa manfaat bagi orang-orang selagi kita bisa melakukannya. Kita harus bersumbangsih secara nyata dengan tubuh ini. Mari kita lebih bersungguh hati.
Di dunia penuh Lima Kekeruhan, bencana kerap terjadi
Bersumbangsih dengan penuh sukacita untuk menanam benih berkah
Mengajarkan praktik Bodhisattva
Tersadarkan dan bertindak secara nyata untuk membawa manfaat bagi sesama
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Oktober 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Oktober 2018
Editor: Stefanny Doddy