Ceramah Master Cheng Yen: Terus Bersumbangsih dan Menciptakan Berkah

“Saat dia baru datang, kami memikirkan tentang tugas yang bisa dikerjakannya tanpa melukai tangan. Setelah memikirkannya, jawaban kami adalah merobek buku. Namun, saat merobek buku, kertas putih dan berwarna juga harus dipisahkan. Bagaimana Anda memilahnya?” kata Ye Ming-zhu, Relawan Tzu Chi.

“Kertas berwarna lebih licin, sedangkan kertas putih lebih kesat,” jawab Xiao Qiu-ying, relawan daur ulang.

Sesungguhnya, menjaga lima indra, yakni mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh, agar sempurna seumur hidup itu sangatlah sulit. Contohnya saya. Kini penglihatan saya juga terbatas. Dari sudut mata saya, saya tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang masuk dan keluar. Namun, saya menerimanya dengan sukacita. Saya bersyukur memiliki penglihatan yang tajam sebelumnya dan bisa melihat segalanya dengan jelas.

Kini, saya tidak bisa melihat jelas siapa yang masuk ataupun keluar karena saya belum melatih mata saya untuk itu. Kini penglihatan saya terbatas. Meski demikian, saya menerimanya dengan sukacita. Kita hendaknya menerima segala kondisi dengan tenang bagaikan hal yang biasa.

Asalkan kita menyerap Dharma ke dalam hati, berarti kita mempraktikkan Dharma. Kini kita bisa melangkah dengan mantap dan memiliki jalinan jodoh untuk menjangkau orang-orang guna membina berkah sekaligus kebijaksanaan. Berkah dapat diciptakan dengan mudah. Perlu diketahui bahwa saat seseorang tidak enak badan, hanya dia sendirilah yang memahami ketidaknyamanan itu.

“Beruntung, dahulu, saat penglihatan saya masih baik, saya suka membaca. Jika tidak, kini, saya melupakan semuanya setelah 10 menit membacanya. Semua orang akan menua. Master berkata... Dahulu, orang-orang selalu berkata bahwa mereka tak berguna karena telah lansia, benar? Kita semua berkata demikian. Namun, dengan penuh welas asih, Master berkata, “Jangan merasa tak berguna karena telah lansia. Saat berusia lanjut, kita masih berguna, bahkan semakin berguna.” Saya berpegang para prinsip ini. Saya tidak akan berkata bahwa saya tidak berguna karena telah lansia. Saya berharap pada usia lanjut ini, saya masih bisa membawa manfaat besar. Sungguh, apa pun yang kalian inginkan, saya akan membawa manfaat besar bagi kalian. Inilah motivasi saya selama ini,” tutur Xiao Qiu-ying, Relawan daur ulang.

 

Intinya, fungsi indra kita, yakni mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh, akan menurun seiring penuaan. Ini merupakan hukum alam. Dokter selalu berkata bahwa penurunan fungsi karena penuaan adalah hal yang wajar. Itu terdengar tidak adil. Apakah menua harus jatuh sakit? Apakah kita harus menerima kondisi seperti ini? Ada beberapa murid saya yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Mereka bisa berjalan dengan tegak dan sangat cekatan dalam bekerja.

Salah satu di antaranya yang merupakan dokter juga berpartisipasi dalam baksos kesehatan. Berhubung mendengarkan imbauan saya untuk menyimpan 50 tahun di dalam “bank usia”, kini beliau hanya berusia 52 tahun. Saat beliau melakukan kunjungan kasih untuk memberikan pelayanan medis gratis, ada seorang nenek yang terbaring di ranjang. Beliau lalu duduk di samping ranjangnya dan menggandeng tangannya.

Nenek itu berkata, “Saya sudah lanjut usia. Saya hampir berusia 80 tahun.” Beliau menggandeng tangannya dan berkata, “Nenek, menurutmu berapa usia saya?” Nenek itu berkata, “Usiamu mungkin sekitar 60 sampai 70 tahun.” Beliau berkata, “Saya sudah berusia 100 tahun. Tahun depan, saya berusia 101 tahun.”

Ini kisah dua tahun yang lalu. Mendengar ucapannya, nenek itu menggenggam erat tangannya lalu bangun dan duduk di ranjang. Beliau pun menyemangatinya. Saat dokter kita akan pergi, nenek itu turun dari ranjang, mengantarkan mereka ke depan pintu, lalu melambaikan tangan sambil melihat dokter kita pergi. Ini adalah kisah di wilayah pegunungan.

Singkat kata, memiliki batin yang sehat lebih penting daripada memiliki mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran yang berfungsi dengan baik. Asalkan kita memiliki batin yang sehat dan dapat menghapus semua noda batin, maka di dunia ini, tidak ada yang bisa merintangi kita.

 

Intinya, Bodhisatwa sekalian, mari kita menjalani hidup dengan hati yang tenang. Kita harus menerima perhatian orang-orang dengan hati penuh rasa syukur. Kita harus terus bersumbangsih dengan prinsip “tidak ada yang mustahil di dunia ini”. Bersumbangsih berarti mengembangkan nilai kehidupan kita. Singkat kata, kita masih bisa melakukan banyak hal. Contohnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melakukan daur ulang.

“Saya mulai kehilangan penglihatan sekitar lima tahun lalu. Sebelumnya, saya masih bisa melihat zebra crossing. Saya masih bisa melihat dalam jarak dua meter. Penyebab kebutaan saya ialah retinitis pigmentosa. Ini adalah penyakit turunan. Jalan keluar selalu ada. Hanya saja, terdapat banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya ini. Saya memegangnya dengan tangan saya agar sopir bus bisa melihatnya. Saat melihatnya, sopir akan berhenti. Setelah tidak bisa melihat, saya baru tahu bahwa ada banyak masalah yang harus dihadapi. Saat datang 2 atau 3 bus sekaligus, saya harus naik ke bus yang mana? Jadi, saya harus mencari jalan keluar sendiri. Saya mendekati bus dan bertanya, “Berapa nomor bus ini?” Saat saya menyeberang jalan, orang-orang akan membantu saya,” ujar Lan Li-yue yang berusia 66 tahun didiagnosis menderita degenerasi makula pada tahun 2017.

“Di tengah masyarakat kita ada banyak orang yang baik hati dan mulia. Lihatlah, tangan dan kaki saya sehat, hanya mata saya yang bermasalah. Apa yang bisa saya lakukan? Lalu, saya teringat akan Kakak He yang mengajak saya bergabung dengan Tzu Chi. Kegiatan daur ulang Tzu Chi membutuhkan partisipasi banyak orang karena banyak tugas yang harus dilakukan,” sambungnya.

“Mari, saya bantu. Kaleng taruh di sini.”

“Kaleng besi taruh di sini saja.”

“Kaleng besi, ya.”

“Di sana masih ada kaleng aluminium.”

“Kaleng aluminium akan saya tangani. Jika dia tidak tahu, saya akan memberitahunya.”

“Saat melakukan pemilahan, saya hanya pakai sarung tangan di satu tangan. Relawan lain mengenakan sarung tangan di kedua tangan mereka, sedangkan saya hanya di satu tangan. Kebiasaan saya ialah satu tangan tidak mengenakan sarung tangan karena saya harus menyentuh barang, baru bisa memilahnya. Lihatlah, ada kaleng aluminium, botol plastik, kaleng besi, kertas, dan kardus. Ada pula plastik keras, plastik lunak, dan jenis-jenis plastik lainnya. Saya membedakannya dengan menyentuhnya. Untuk botol dari material keras, saya membedakan kaca dan logam dengan mengetuknya. Ini adalah plastik. Ketiga gelas ini adalah plastik. Sisanya adalah kertas, gelas kertas. Plastik ditaruh di sini, segala jenis plastik,” kata Lan Li-yue.


Saat mengunjungi posko daur ulang, kita bisa melihat banyak posko daur ulang yang memiliki relawan berusia 60-an, 70-an, 80-an, hingga 90-an tahun. Mereka mengatasi rintangan batin mereka lewat kegiatan daur ulang. Para insan Tzu Chi mendedikasikan diri dengan penuh sukacita. Semua orang dipenuhi rasa syukur. Demikianlah ladang pelatihan kita.

Orang yang penglihatannya memburuk seiring bertambahnya usia hendaknya bersyukur. Kita harus bersyukur sudah pernah melihat berbagai warna. Saat orang-orang menyebut kata merah, warna merah langsung muncul di benak kita. Saat orang-orang menyebut kata panjang, pendek, kucing, ataupun anjing, bentuknya sudah ada di dalam benak kita. Jadi, kita harus bersyukur bisa melihat sebelumnya.

Bisa melakukan segala sesuatu dengan fisik dan batin yang sehat, kita hendaklah bersyukur. Sungguh, kita harus bersyukur. Jika ingin melakukan banyak hal, kita harus menoleransi banyak hal. Bodhisatwa harus melangkah maju dengan berani. Jangan membiarkan rintangan menghentikan kita.

Menerima penuaan dengan penuh sukacita
Mengerahkan potensi kebajikan untuk terus menciptakan berkah
Menyalakan pelita batin untuk melakukan daur ulang
Tahu berpuas diri dan bersyukur serta terus melangkah maju

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 September 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 22 September 2020
Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -