Ceramah Master Cheng Yen: Terus Menjalin Jodoh Baik

Sejak melakukan perjalanan hingga kini, saya sudah menghadiri belasan sesi Pemberkahan Akhir Tahun. Semua orang sangat tekun dan bersemangat. Saya melihat satu demi satu hutan Bodhi di atas panggung dan lautan Dharma yang sangat besar di bawah panggung, semuanya sangat kompak. Setiap kata dalam lirik itu adalah Dharma dan semua orang benar-benar menyerapnya ke dalam hati.

Karena ada Dharma di dalam hati, ribuan relawan memiliki satu tekad. Tak peduli dalam sesi yang dihadiri oleh lebih dari seribu orang ataupun sesi-sesi yang lebih kecil, saya selalu melihat lautan Dharma. Bahkan dengan begitu banyak orang, para relawan dapat menyanyikan lagu dan memeragakan isyarat tangan dengan serentak.

Relawan dari berbagai usia dan latar belakang menampilkannya dengan sangat rapi. Saya juga melihat Bodhisatwa daur ulang yang berusia lebih dari 90 tahun. Dalam hati saya mengira Bodhisatwa daur ulang datang untuk menonton pertunjukan lautan Dharma ini. Namun, tak disangka, mereka juga mengambil bagian di dalam lautan Dharma. Penampilan mereka juga sangat rapi. Kaki dan tangan para lansia masih sangat lincah dan tak kalah dari kaum muda. Inilah kesungguhan hati insan Tzu Chi.


Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, mereka dapat menemukan cara untuk membimbing orang. Semua orang harus saling membimbing, tak hanya pada kehidupan ini, tetapi juga di kehidupan mendatang. Jalinan jodoh berlanjut dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan. Berkat jalinan jodoh dari masa lalu, sekarang kita bisa bertemu dan memiliki tekad dan tujuan yang sama untuk menjalankan Tzu Chi. Kita harus terus menjalin jodoh baik ini agar dapat terus berlanjut. Tahun ke-52 Tzu Chi akan segera berlalu dan kita akan memasuki tahun ke-53.  Setelah melewati setengah abad, kita bisa melihat semangat Tzu Chi diwariskan dari generasi ke generasi.

“Empat puluh tahun yang lalu, karena mencintai Master, kami bergabung dengan Tzu Chi. Saya menjadi murid Master dengan nomor komite 104. Selama 40 tahun ini, saya sepenuh hati dan tekad menjalankan Tzu Chi tanpa menyimpang. Saya berikrar untuk mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan; menginspirasi orang menjadi tak terhingga dan mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi,” tutur Ji Jing Yang, relawan Tzu Chi.

“Nomor komite saya ialah 157. Saya sangat berterima kasih kepada Master. Saya sepenuh hati dan tekad dalam mengikuti langkah Master untuk menjalankan Tzu Chi. Saya akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Jika dipikir kembali, sudah 39 tahun saya bergabung dengan Tzu Chi. Saya mengikuti langkah Master dengan hati yang penuh hormat dan cinta kasih yang tulus. Saya akan mengikuti langkah Master pada kehidupan ini dan kehidupan mendatang, bahkan dari kehidupan ke kehidupan. Terima kasih,” ujar Wei Man-zi, relawan Tzu Chi.

“Berhubung saat saya dilantik sebagai anggota komite usia saya masih sangat muda, maka Master berpesan pada saya, "Kamu sangat suka bekerja dan pandai bekerja. Namun, saya berharap kamu bisa membawa diri dengan lebih baik dan menginspirasi lebih banyak orang untuk menjalankan Tzu Chi." Jadi, saya mulai mengadakan satu demi satu acara ramah tamah di rumah atau di rumah teman. Banyak teman baik saya yang menyambut baik dan ikut menjalankan Tzu Chi. Kami bahkan mengadakan acara ramah tamah ketika berada di luar negeri. Setiap kali kami mengadakan acara ramah tamah, ada banyak teman yang bergabung dengan Tzu Chi sehingga benih Tzu Chi tersebar di banyak negara,” kata Wen Su-zhen, relawan Tzu Chi.

Mereka sudah mengikuti saya sejak masa-masa awal Tzu Chi dan terus mewariskan semangat Tzu Chi. Para relawan yang mereka bimbing semuanya sangat berdedikasi dan penuh dengan keteguhan. Mereka terus mewariskannya. Saya sangat tersentuh. Sungguh, ketika mengerahkan kekuatan cinta kasih, kita juga harus bersungguh hati dan saksama serta tepat sasaran. Kita harus yakin bahwa kita tak mementingkan diri sendiri dan semua orang memiliki cinta kasih.


Donasi bukan datang begitu saja, melainkan terhimpun berkat orang-orang yang bersumbangsih dengan  cinta kasih tanpa pamrih dan penuh keyakinan. Orang-orang sangat percaya pada saya dan menerima setiap hal yang kita lakukan. Jadi, kita harus menjalankan Tzu Chi dengan hati yang polos sehingga tak ada halangan yang menghentikan kita untuk melakukan perbuatan baik. Untuk ini, saya sangat berterima kasih kepada semua relawan, terlebih kepada para relawan senior.

Ketika saya ingin membangun rumah sakit, mereka semua tidak bertanya mengapa. Mereka hanya mendengar saya berkata bahwa sakit sangatlah menderita karena sumber daya medis di Hualien terbatas. Pasien yang menderita penyakit berat harus berobat ke wilayah barat Taiwan. Jadi, saya menyerukan untuk membangun rumah sakit di Hualien. Ketika saya berkata seperti itu, semua orang beranggapan bahwa itu adalah hal benar.

Kehidupan tak ternilai harganya dan rumah sakit sangat dibutuhkan di tempat yang kekurangan sumber daya medis. Setiap Bodhisatwa senior sungguh memiliki cinta kasih berkesadaran. Orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran disebut Bodhisatwa. Dengan cinta kasih ini, mereka dapat menyebarkan cinta kasih kepada orang-orang. Jika bukan para ibu rumah tangga  yang bersumbangsih dengan  cinta kasih yang murni dan tanpa pamrih ini, maka tak akan ada benih-benih Tzu Chi di 57 negara saat ini.

Dalam menjalankan misi amal yang penuh budaya humanis, kita tak membeda-bedakan profesi atau keyakinan seseorang, melainkan bersama-sama mendedikasikan diri dengan semangat cinta kasih Tzu Chi serta arah yang sama untuk bersumbangsih bagi dunia ini. Kita mengajak insan berhati mulia di seluruh dunia untuk menggarap ladang berkah; dengan kuntum demi kuntum teratai hati, kita menciptakan dunia Tzu Chi. Seperti inilah kita menyebarkan Tzu Chi hingga ada insan Tzu Chi di lima benua. Semua ini berawal dari satu tekad.

“Murid Jing Si berikrar, kami akan mengingat hati Buddha dan tekad Guru di dalam hati kami; mendengar Dharma dan mempraktikkannya; mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan; tak takut memikul tanggung jawab berat. Kami membangun ikrar agung untuk membimbing orang secara luas. Semoga Master sehat selalu dan panjang umur; terus memutarkan roda Dharma dan memiliki berkah yang tak terbatas.”


Saya berharap jiwa kebijaksanaan semua orang bertumbuh seiring bertambahnya usia. Kehidupan bisa dipenuhi ilusi, maka kita harus menggenggam kehidupan dengan sungguh-sungguh. Walaupun usia kita sudah berakhir, tetapi Dharma yang sesungguhnya masih ada. Saya berterima kasih kepada semua orang yang telah mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Silsilah Dharma Jing Si ialah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Jalan harus dibuka dan dibentangkan. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih. Semoga semangat ini terus diwariskan. Terima kasih.

 

Menyelami Sutra dan menampilkannya di Pemberkahan Akhir Tahun

Menampilkan Sutra dengan kompak karena memiliki Dharma di dalam hati

Relawan senior membuka jalan dan mewariskannya dengan cinta kasih

Terus menjalin jodoh baik dan mewariskan semangat Tzu Chi

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 11 Desember 2018

Editor: Khusunul Kotimah
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -