Ceramah Master Cheng Yen: Tetes-tetes Cinta Kasih Terhimpun Lewat Celengan Bambu

Tzu Ching dari seluruh dunia sudah kembali, dan semoga setiap orang dapat menjadi benih di negaranya masing-masing. Beberapa hari ini kalian mengikuti kelas dengan jadwal yang padat. Setelah kamp usai, ada yang kembali untuk merasakan kehidupan di Griya Jing Si. Kalian mempelajari  apa yang perlu dipelajari dan kembali membangkitkan semangat agar jangan sampai tekad hanya bertahan sesaat.

 Ada saatnya kita merasa gembira, tetapi kemudian berhenti saat kita merasa lelah atau kesulitan. Sejujurnya, lelah hanyalah kondisi mental. Jika kalian berpikir lelah maka sel-sel tubuh akan bereaksi sesuai pikiran itu. Akibatnya, kita benar-benar lelah. Jika pikiran kita penuh dengan tekad dan ikrar kita akan rela bersumbangsih bagi semua manusia dan bagi bumi ini serta dapat mencapai kesadaran. Bumi ini adalah tempat hidup kita semua.

Lihatlah, di Taiwan ada begitu banyak relawan daur ulang yang berusia lanjut yang tak pernah mengeluh. Mereka sudah berusia 60, 70, 80,  90-an tahun, dan bahkan ada yang lebih dari 100 tahun. Mereka tetap memanfaatkan waktu mereka untuk bersumbangsih demi anak cucu dan generasi muda seperti kalian. Mengapa para relawan lansia ini tak pernah mengeluh lelah? Pertama, kita menghargai kehidupan. Kita hidup di dunia ini kita harus membawa manfaat bagi umat manusia demi meningkatkan kehidupan kita. Kedua, atas dasar cinta kasih tanpa pamrih mereka bersumbangsih bagi masyarakat dan generasi penerus di masa mendatang agar semua dapat hidup tenteram, karena itu mereka bersedia melestarikan bumi ini meski para relawan lansia ini tidak mengeluh lelah. Saya berharap para generasi muda dapat membedakan antara yang benar dan salah dengan jelas dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang hendaknya turut menghemat energi dan mengurangi emisi karbon dengan hidup lebih hemat dan mengurangi nafsu keiinginan. Inilah nilai dan kebijaksanaan yang harus dipraktikkan oleh para generasi muda.

Janganlah menjalani hidup hanya dengan mengejar materi dan kenikmatan, tidak peduli dengan apa yang terjadi di dunia, serta tidak memberikan sumbangsih apa pun. Jadi, saya berharap para Tzu Ching dapat memandang lebih jauh dan luas ke arah ini Kita sudah melihat ketidakselarasan iklim. Bukan hanya masalah gelombang pengungsi, saat ini ketidakselarasan iklim juga membuat kita semua khawatir. “Kami sangat yakin menyatakan bahwa tahun 2015 adalah tahun terpanas sepanjang sejarah,” kata Michel Jarraud, Sekjen World Meteorological Organization. ”Musim kering berlangsung sangat lama Saat ini kami sudah siap untuk menabur benih namun, kami masih menunggu hujan turun. Hewan peliharaan dan kami sendiri sama-sama kelaparan, jadi kami hanya bisa menjual hewan-hewan itu.,” kata Jumali, seorang petani.Ada sekitar 11 juta orang anak yang terancam kelaparan, penyakit, dan kekurangan air di Afrika bagian timur dan selatan akibat fenomena El Nino yang juga menyebabkan kekeringan dan banjir di Amerika Latin dan Asia Pasifik. Manusia harus sadar. Jika manusia tak kunjung sadar dan terus tenggelam dalam kesesatan, empat unsur alam akan semakin tidak selaras dan menyebabkan bencana. Walaupun tidak ada bencana, kita tetap hidup di tengah polusi udara. Ini juga termasuk bencana. Daerah yang kekeringan mengalami gagal panen. Bahkan hewan-hewan di sana juga kelaparan. Banyak warga desa yang menjual hewan mereka. Yang tersisa hanyalah hewan-hewan kurus yang tidak terjual. Manusia saja kelaparan, bagaimana mereka bisa memelihara hewan? Inilah kondisi yang mulai terjadi di dunia. Masihkah manusia tidak kunjung sadar? Jadi, kita harus sungguh-sungguh sadar.

Namun, kita juga melihat masih ada kehangatan. Kita melihat insan Tzu Chi di Fujian telah bersumbangsih bagi warga setempat dalam waktu yang cukup lama. Setiap tahun mereka mengadakan pembagian bantuan musim dingin. Selama bertahun-tahun ini, penerima bantuan yang mereka tangani juga tidak sedikit. Setiap tahun kita juga mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun. Kita melihat pemandangan yang menghangatkan. Banyak orang membawa kembali celengan bambu yang mereka bawa pulang setahun sebelumnya. Celengan itu kini berisi tetes-tetes cinta kasih yang setiap hari mereka pupuk dengan tulus. Pada akhir tahun ini, mereka memulangkan celengan bambu itu. Saya sudah menabung selama setahun, sejak doa bersama waktu itu hingga sekarang. Saya ingin menolong orang karena kalian pernah menolong saya, Terima kasih, Master Cheng Yen, terima kasih insan Tzu Chi yang telah begitu mengasihi dan memperhatikan saya.” kata Cai Jixian, penerima bantuan Tzu Chi.

Saya sangat gembira. Kita melihat penerima bantuan jangka panjang serta anak-anak penerima beasiswa kita dapat turut memberikan cinta kasih. Yang lebih mengharukan adalah meski mereka sendiri juga kekurangan atau menderita sakit, tetapi tekad mereka tidak goyah untuk tetap menghimpun cinta kasih lewat celengan bambu. Meski hidup mereka sulit, tetapi mereka tetap memulangkan celengan bambu untuk membantu orang lain. Kita tidak melihat jumlahnya, melainkan tekad dan cinta kasih mereka dalam memberi sesuai kemampuan. Ini sungguh membuat orang terharu.

Singkat kata, mereka menyisihkan uang  sedikit demi sedikit ke dalam celengan bambu. Sesulit apa pun kondisi ekonominya, mereka tak pernah mengambil uang yang setiap hari mereka sisihkan itu. Para donatur kita, termasuk anak-anak, juga membawa kembali celengan bambu. Uang yang terkumpul ini dapat menolong orang meski dihimpun sedikit demi sedikit. Kini kita mulai mengadakan pembagian bantuan musim dingin. Pada saat-saat ini, kita dapat melihat di setiap provinsi di Tiongkok, banyak kisah yang mengharukan tentang para Bodhisatwa yang bersumbangsih bagi orang-orang yang membutuhkan. Ini juga sungguh mengharukan. Banyak hal yang membuat kita terharu. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia.

Para Tzu Ching kembali ke Taiwan untuk belajar

Bersama-sama memberi perhatian bagi pengungsi

Turut bersumbangsih setelah mendapat pertolongan

Tetes-tetes cinta kasih terhimpun lewat celengan bambu

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 1 Januari 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Desember 2015

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -