Ceramah Master Cheng Yen: Tidak Tergoyahkan Meski Menghadapi Kesulitan dan Mara Bahaya
“Berpikiran baik, bertutur kata baik, dan menapaki jalan yang baik.”
“Bantuan ini sangat berarti. Kami membutuhkan air dan makanan. Air adalah yang terpenting, tetapi makanan seperti roti dan beras juga sangat penting.”
“Seharusnya ada lebih banyak orang seperti kalian di Saint Martin untuk menolong orang yang membutuhkan saat ini karena kami membutuhkan bantuan. Saya merasa lapar sekarang. Jadi, permisi, saya harus makan.”
Bencana yang terus terjadi sejak bulan Agustus sungguh memprihatinkan. Sejak awal bulan September, kita terus menyalurkan bantuan bencana hingga sekarang. Amerika Serikat saja diterjang badai silih berganti. Pascabencana, kita melihat Bodhisatwa dunia mengembangkan potensi kebajikan mereka. Amerika Serikat sangat luas. Insan Tzu Chi dari berbagai negara bagian secara bergilir menyalurkan bantuan. Ada pula relawan yang telah berada di lokasi bencana selama lebih dari sebulan. Penyaluran bantuan di Amerika Serikat masih berlanjut.
“Korban bencana mungkin tidak bisa bekerja selama beberapa bulan. Kalian membawa bantuan ke komunitas dengan menempuh perjalanan jauh agar warga dapat bangkit kembali dan menjalani hidup seperti sedia kala. Jadi, atas nama komunitas kami, saya mengucapkan terima kasih. Kami menyayangi kalian,” ucap Frank, Pendeta.
Meski penyaluran bantuan tahap awal telah berakhir, tetapi
masih ada tahap lanjutan. Relawan kita masih melakukan pendataan karena warga
yang tadinya dievakuasi akan berangsur-angsur pulang ke rumah. Banyak korban
bencana yang membutuhkan bantuan. Relawan kita menanti mereka pulang agar bisa
mendata kebutuhan mereka dan membantu menstabilkan kehidupan mereka. Jadi,
relawan kita masih melakukan survei bencana dan pendataan. Banyak hal yang
harus dikerjakan.
Kita juga melihat ketidakselarasan unsur tanah. Lihatlah Meksiko yang berkali-kali diguncang gempa besar. Warga setempat merasa sangat khawatir. Mereka hidup di tengah ketakutan. Kita juga melihat kebakaran di Portugal. Petugas pemadam kebakaran bahkan sulit menjangkau lokasi kebakaran. Kobaran api sungguh menakutkan. Kita harus percaya pada ajaran Buddha bahwa zaman sekarang adalah era kerusakan yang dipenuhi Lima Kekeruhan di mana empat unsur alam, yakni unsur tanah, air, api, dan angin, sudah tidak selaras sehingga bencana kerap terjadi.
Lihatlah, badai yang sudah meninggalkan suatu wilayah bisa mendarat kembali. Inilah yang terjadi pada Badai Nate. Begitu pula dengan badai sebelumnya, Harvey. Badai Harvey mendarat, menimbulkan kerusakan, meninggalkan lokasi bencana, lalu dengan cepat berbalik dan menimbulkan kerusakan lagi. Badai Nate juga demikian. Meski hanya merupakan badai kategori 1, Badai Nate juga mendatangkan hujan deras dan angin kencang di New Orleans. Beruntung, warga telah melakukan antisipasi. Manusia selalu merasa bahwa dirinya sangat kuat, tetapi sesungguhnya, manusia tidak akan bisa menaklukkan alam. Karena itu, kita harus mengecilkan ego, merendahkan hati, bermawas diri, dan berhati tulus. Jika setiap orang bisa tersadarkan serta memiliki kerendahan hati dan ketulusan, barulah bencana alam bisa berkurang. Jadi, ini bergantung pada ketulusan kita. Jika tidak, manusia tidak akan bisa melawan kekuatan alam.
Kita bisa melihat di lokasi bencana, kehadiran Bodhisatwa dunia bisa menginspirasi relawan lokal. Selama dua hari ini, Stephen Huang kembali dan menggenggam waktu untuk berbagi pengalaman dengan yang lain. Dia juga berbagi tentang pengalamannya di Afganistan. Dia pergi ke Afganistan dua kali. Pesawat yang mereka naiki penuh dengan lubang peluru. Mereka mengantarkan obat-obatan dan barang kebutuhan harian ke sana.
“Saya masih ingat saat itu, Edward membawa empat parasut. Ternyata, dia juga tahu risiko yang kita hadapi. Pesawat itu bukan hanya sudah tua, tetapi juga terdapat kemungkinan terkena tembakan artileri,” ucap Stephen Huang, Pengawas dan pembimbing relawan Tzu Chi.
Saat pesawat berada di udara, di bawah mereka terdapat senjata artileri. Seandainya pesawat terkena tembakan, parasut akan digunakan untuk barang bantuan atau manusia? Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengutamakan barang bantuan. Inilah yang mereka alami. Kunjungan mereka selanjutnya adalah di musim dingin yang sangat dingin. Perlu diketahui bahwa saat itu, kita terus mendengar rumor tentang perampokan. Untuk mengirimkan beberapa truk barang bantuan ke sana, kita mengatasi berbagai rintangan. Saat menjangkau kawasan kamp pengungsi, tim kita melihat seorang anak berusia 5 atau 6 tahun harus merawat ketiga adik-adiknya.
Di gurun pasir yang sedang turun salju, anak itu datang dengan menggendong adiknya demi mengambil barang bantuan. Dia harus melintasi gurun pasir yang diselimuti salju. Pemandangan itu sungguh membuat orang merasa tidak tega. Inilah sejarah yang disaksikan relawan kita. Hanya mereka yang pernah pergi ke sanalah yang bisa mendeskripsikan apa yang dirasakan di sana. Untuk relawan yang tidak turut berpartisipasi, kita harus melakukan dokumentasi agar mereka bisa melihatnya. Buddha mengatakan bahwa dahulu, Bodhisatwa membangun tekad dan ikrar agung. Berhubung kini kita memiliki jalinan jodoh dan kesempatan, kita harus bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia dan berbagi pengalaman kita dengan orang lain. Dengan demikian, kita bisa menulisnya dalam sejarah Tzu Chi. Karena itu, Bodhisatwa sekalian, kita harus menjadi saksi zaman sekarang. Artinya, kita harus mendokumentasi tempat yang kita jangkau dan hal yang kita lakukan.
Pada zaman Buddha tidak dilakukan dokumentasi. Kini insan Tzu Chi meninggalkan jejak langkah Bodhisatwa yang akan menjadi sejarah di masa mendatang. Jadi, semangat Buddha pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu kini kita terapkan dalam menjalankan Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma. Mulai sekarang, kita harus mempraktikkan semangat dan ajaran Buddha lewat tindakan nyata. Kita harus bersungguh-sungguh melakukan dokumentasi serta mewariskan semangat dan ajaran Buddha hingga 2.500 tahun yang akan datang. Dalam ceramah pagi, saya juga berkata bahwa semangat dan filosofi ajaran Buddha harus terus diwariskan hingga waktu yang tak terhingga. Inilah yang harus kita lakukan. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati.
Bencana yang
kerap terjadi membuat orang takut melihatnya
Terjun ke
lokasi bencana secara langsung untuk memberikan bantuan
Tidak
tergoyahkan untuk menyalurkan bantuan meski menghadapi kesulitan dan mara
bahaya
Mendokumentasi kegiatan Tzu Chi untuk meninggalkan sejarah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina