Ceramah Master Cheng Yen: Tiga Puluh Tahun Keteladanan Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi

“Saya lempar ke sini, kamu bisa mengambilnya.”

“Baik, lempar saja. Ini bisa dibilang adalah tempat saya menciptakan berkah. Meski aroma di sini tidak sedap, saya tidak takut. Yang setuju akan turut senang atas apa yang saya lakukan. Yang tidak setuju akan bilang saya bodoh,” kata Zeng Kun-hui relawan daur ulang.

“Kita harus mengubah pola pikir sendiri. Untuk memupuk pahala, tidak boleh takut bau. Dengan begitu, bau tak akan terasa,” kata Yang Er-cun relawan daur ulang.

“Tadinya kotor. Setelah dicuci, sudah bersih. Saya sudah berunding dengan relawan lainnya dan semuanya setuju. Kami mengumpulkan plastik dan menjemurnya. Satu orang tidak akan sanggup, harus ada tim. Ada yang melakukan ini, ada yang melakukan itu. Ada yang menjemur, ada yang mencuci. Semuanya dilakukan bersama-sama oleh tim,” kata Zhuang Xiu-qin Kepala Posko Daur Ulang Jiangshan.

Saya sering mengatakan kepada semua orang bahwa dalam kelompok yang berisi tiga orang, kita pasti bisa menemukan guru. Dalam dunia Tzu Chi, setiap hari saya menemukan teladan yang tak habis untuk dipelajari.

Misi pelestarian lingkungan Tzu Chi sudah berjalan 30 tahun. Kita melihat bahwa kebersihan lingkungan harus dijaga. Kebersihan ini harus dijaga oleh manusia. Bagaimana caranya?

Kita harus mengurangi nafsu keinginan dan lebih rajin. Kurangi keinginan dalam pemakaian barang. Kita harus menghargai berkah. Setiap barang, asalkan Anda menghargainya, apa pun bentuknya, akan dapat dimanfaatkan lebih lama. Setiap barang memiliki usia pakai. Jika kita menghargai dan menyayanginya, barang itu akan memiliki usia pakai lebih panjang.


Namun, nafsu keinginan manusia cenderung besar sehingga gemar mengganti barang lama dengan yang baru atau yang sedang tren. Sepertinya barang-barang model baru terus diluncurkan setiap hari sehingga orang-orang terus membuang barang lama dan menggantinya dengan yang baru. Dengan demikian, barang-barang lama itu menjadi sampah. Sampah-sampah ini menjadi masalah bagi lingkungan hidup. Ini adalah sebuah lingkaran keburukan. Semua ini disebabkan oleh nafsu keinginan terhadap benda.

Kita melihat sebuah posko daur ulang di Miaoli. Posko ini menyerupai posko daur ulang di berbagai tempat lainnya. Apakah tempat itu adalah milik Tzu Chi? Bukan, itu adalah milik orang yang penuh cinta kasih.

Untuk melakukan daur ulang, insan Tzu Chi meminjam tempat di mana-mana. Semua orang memiliki pemikiran bahwa tempat insan Tzu Chi berkumpul selalu membawa energi positif bagi daerah tersebut.  Daerah tempat berkumpulnya orang baik bagaikan tanah permata. Namun, satu atau dua tahun kemudian, peruntukan tanah bisa berubah sehingga para relawan harus kembali mencari tempat. Semua orang sungguh memiliki tekad pantang mundur.

Para relawan di posko daur ulang sungguh bertekad untuk melindungi bumi. Para Bodhisatwa lansia ini selalu memiliki tekad yang besar. Ini sungguh membuat banyak orang tersentuh.

Banyak orang berkata, "Kalian harus pindah lagi? Mari, di tempat saya masih ada lahan kosong. Kalian bisa pindah ke sana." Jadi, sebuah posko daur ulang bisa pindah tempat beberapa kali. Namun, dengan kondisi berpindah-pindah seperti itu, mereka bisa merekrut relawan baru di mana-mana. Relawan lama tetap ikut datang ke tempat baru. Di tempat baru, relawan baru juga berdatangan.

 

Saat posko daur ulang pindah, relawan juga bertambah. Sayangnya, tidak memiliki tempat yang tetap sungguh menyulitkan bagi mereka. Begitu pula dengan posko daur ulang di Miaoli ini.

Seorang kerabat anggota komite kita menawarkan, "Saya punya lahan di sana." Ini membuat para relawan sangat gembira. Namun, tempat itu tidak memiliki listrik dan air. Mereka harus mengerahkan kebijaksanaan mereka untuk mencari aliran listrik. Bagaimana dengan air?

“Airnya sudah datang,” kata relawan Tzu Chi.

“Jika tidak turun hujan, air di dalam penampungan akan habis,” kata Huang Jian-xiong relawan daur ulang.

“Harus mengambil air dengan mobil?”

“Benar,” jawab Huang Jian-xiong relawan daur ulang.

“Kira-kira sekali jalan bisa mengangkut satu ton.”

“Untuk dua tong, perlu dua kali jalan,” tutup Huang Jian-xiong relawan daur ulang.

Meski banyak hal yang tidak memadai, para relawan tetap bersumbangsih dengan sukarela. Semua orang bersumbangsih dengan gembira. Mereka melakukan kegiatan beratapkan langit. Mereka menahan terik matahari dan guyuran hujan.

“Lihatlah warna kulit kita. Anda sudah tidak takut terik matahari, bukan?”

“Sebelum bencana Gempa 921, saya sudah mulai melakukan daur ulang sampai sekarang,” kata Wu Wei-bang relawan Tzu Chi.

“Ini adalah tanggung jawab saya. Ini sudah seharusnya saya lakukan,” kata Xu Jin-mei relawan Tzu Chi

“Kita harus melakukannya dengan senang hati agar dapat bersumbangsih bagi Bumi,” kata Liao Fu-qing relawan Tzu Chi.


Selain itu, lihatlah, mereka dapat memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai. Mereka mengambil daun meja yang tak berkaki dan meletakkannya di atas keranjang sehingga meja itu bisa kembali digunakan agar para relawan dapat duduk lebih tegak dan lebih nyaman saat memilah barang daur ulang.

Para Bodhisatwa lansia ini tetap bersemangat meski cuaca sangat panas. Saya sangat memuji mereka. Saya bertanya kepada diri sendiri apakah saya mampu bertahan seperti mereka. Mampukah saya menahan panas matahari selama itu? Mereka melakukan ini dari tahun ke tahun. Mereka telah mengatasi berbagai kesulitan. Ini sungguh luar biasa. Pujian seperti apa yang bisa saya berikan kepada mereka? Sungguh sulit untuk menemukan kata-kata indah yang tepat untuk memuji mereka.

Di Taipei bahkan ada sebuah posko daur ulang yang dekat dengan gunung. Saya juga sudah pernah berkunjung ke sana. Para relawan bahkan membuat tangga untuk menyesuaikan dengan kontur lahan yang tidak rata. Saya pernah merasakan medan di sana. Saya pernah berkunjung ke sana. Ini sungguh mengharukan. Bagaimanapun, itu adalah ladang pelatihan bagi mereka.

Semua orang sangat bertekad dan berikrar. Dari mana mereka mendapat kekuatan seperti ini? Ini sungguh membuat kita terharu.

Misi pelestarian lingkungan Tzu Chi sudah berjalan selama 30 tahun. Saya berterima kasih kepada semua relawan pelestarian lingkungan. Mereka telah membangun keteladanan hingga ke berbagai negara.

Demikian pula di Tiongkok. Di berbagai kota, kita memiliki relawan daur ulang. Mereka juga terus bersumbangsih.

Intinya, menyebarnya kebajikan seperti ini sungguh sangat membantu bagi Bumi dan bagi umat manusia.

Melindungi Bumi dengan tekad di hati
Mengatasi berbagai kesulitan dengan keyakinan, ikrar, dan praktik
Membuka jalan untuk membangun keteladanan
Menyebarkan kebajikan demi manfaat umat manusia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Agustus 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 06 Agustus 2020           
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -