Ceramah Master Cheng Yen: TIMA Meringankan Penderitaan dan Memberi Kebahagiaan

“Mata saya bisa sakit dan gatal serta mengeluarkan sekresi yang tak jelas,” kata Gina Logronio, Adik dari Irene.

“Penglihatan saya mulai kabur sejak 26 tahun yang lalu dan mata saya selalu merasa gatal. Saya hanya bisa terus mengusap mata,” kata Irene Escario, kakak dari Gina Logronio. Sepasang kakak beradik, Gina dan Irene, lebih dari 20 tahun mengalami hiperplasia jaringan kornea sehingga memengaruhi penglihatan mereka, tetapi tak memiliki biaya untuk berobat.

“Pterygium dapat menyebabkan astigmatisma. Jika tak segera diobati, penglihatannya akan semakin buruk. Kami melakukan operasi dengan harapan bisa mengembalikan penglihatan mereka,” jelas dr. Jacqueline, Spesialis mata TIMA.

“Kini, mata saya sudah tak sakit lagi dan saya bisa melakukan semua pekerjaan rumah serta menjaga anak-anak saya dengan baik,” ujar Irene Escario.


“Mereka tahu mereka sakit, tetapi mereka tak bisa mendapatkan pengobatan. Karena mereka tinggal di daerah pedesaan, selain transportasi ke RS tak memadai, kondisi ekonomi mereka juga tak memungkinkan,” jelas dr. Zhan Da-qiang, anggota TIMA.

“Warga desa di sini tak memiliki kesadaran tentang kesehatan. Jadi, kami pun datang untuk mengadakan baksos kesehatan dan pengobatan keliling. Kami berharap dapat meningkatkan kesadaran mereka tentang kesehatan dan bisa lebih awal menemukan masalah kesehatan mereka agar dapat segera diobati,” kata Qiu Xiu-yin, anggota TIMA. 

Dokter, perawat, apoteker, teknisi medis, dan lain-lain semuanya penting bagi kesehatan semua orang. Ini adalah profesi yang sangat terhormat. Ketika sakit, kita membutuhkan dokter, apoteker, perawat, dan teknisi laboratorium. Ketika kita jatuh sakit, kita harus menjalani pemeriksaan, menerima perawatan, dan minum obat untuk memulihkan kesehatan kita.

Dokter-dokter TIMA mendedikasikan diri dengan cinta kasih. TIMA dimulai pada tanggal 10 September 1972, dimulai dari klinik pengobatan gratis yang kecil di Hualien. Klinik pengobatan gratis yang kecil ini membuat saya melihat penderitaan yang disebabkan kekurangan sumber daya medis.

Empat puluh hingga lima puluh tahun yang lalu, Hualien sangatlah kekurangan; kekurangan tenaga ahli, barang kebutuhan sehari-hari, dan sumber daya medis. Meski lingkungannya sangat baik, tetapi barang kebutuhan sehari-hari sangatlah kurang. Namun, ketika datang ke Hualien, saya jatuh cinta padanya. Saya juga mengetahui kehidupan orang-orang di Hualien. Kondisi fisik para lansia perlahan-lahan menurun, sedangkan banyak generasi muda pindah ke wilayah barat Taiwan. Penduduk di Hualien sudah menua. Saya pun berpikir, berhubung saya berada di Hualien, saya harus memberi bantuan sesuai kebutuhan di Hualien.

Sebagai seorang Buddhis, saya mengikuti ajaran Buddha. Tujuan Buddha datang ke dunia adalah untuk membimbing orang-orang menghimpun kekuatan cinta kasih dan membuka pintu hati mereka. Semua orang bisa melakukannya. Saya hanya memiliki satu tekad: tak ada hal yang tak bisa dicapai di dunia. Tekad kita harus benar. Kita harus memiliki pikiran benar, pandangan benar, dan arah yang benar; banyak hal yang perlu dilakukan dengan benar.


Inilah mengapa Buddha datang ke dunia, yaitu untuk membimbing orang-orang ke arah yang benar dalam kehidupan. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa semuanya dimulai dari hati dan pikiran. Jika kita ingin berbuat baik, tak ada hal yang tak bisa dicapai. Asalkan kita memiliki niat baik, apa pun bisa kita capai. Dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium, dan lain-lain memiliki tekad yang sama. Mereka semua bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa membeda-bedakan agama.

Dengan memakai jubah putih dokter, mereka bersumbangsih di berbagai negara. Inilah insan Tzu Chi yang bersumbangsih dengan cinta kasih dan tak tega melihat orang kurang mampu menderita karena penyakit. Anggota TIMA selalu bertekad untuk meringankan penderitaan fisik pasien. Inilah tujuan bersama mereka. Meski mereka berbeda-beda agama, tetapi tujuan mereka sama. Semua manusia seharusnya bisa saling berinteraksi dengan harmonis.

Para dokter sekalian, dapat melayani merupakan berkah. Ketika kita mendedikasikan diri dengan kesungguhan hati dan cinta kasih, kita akan merasakan kebahagiaan. Setelah kita membantu orang lain, batin kita akan merasa gembira. Ini membuktikan bahwa dapat melayani orang lain adalah kehidupan yang paling beruntung.

Jika ada orang yang bertanya pada saya, "Bagaimana Anda seorang diri bisa menginspirasi begitu banyak orang?" saya menjawab, "Saya tak melakukan ini seorang diri." Pada awalnya, saya melihat banyak orang yang miskin sehingga sakit. Ada banyak orang tua dan orang yang berketerbatasan fisik. Saya lalu berniat tulus untuk mengajak orang lain berbuat baik.

Saya mengajak para dokter dan perawat di RSUD Hualien untuk menjadi relawan di klinik. Para dokter dan perawat sangat setuju karena mereka juga memiliki hati yang bajik dan penuh cinta kasih. Mereka setuju dan bersedia membantu saya. Jadi, saya pun mulai mempersiapkan klinik kecil. Klinik kecil itu disediakan oleh ibu dari murid saya yang bernama De Ci. Beliau menyediakan tokonya untuk dijadikan sebagai klinik kecil.

Begitulah misi kesehatan kita dimulai. Dari pengobatan gratis di klinik hingga pengobatan keliling ke desa-desa, kita perlahan-lahan memantapkan cara kita menyediakan layanan medis. Misi amal kita juga perlahan-lahan diperluas. Ketika orang-orang melihat apa yang kita lakukan, mereka juga terinspirasi untuk melakukannya bersama-sama. Jadi, mereka mengunjungi Hualien dan mengungkapkan bahwa mereka bersedia membawa semangat cinta kasih ini ke negara mereka.


Intinya, dengan membangkitkan niat baik, kita menuju arah tujuan yang sama. Saya bukan profesional di bidang medis. Saya bukan dokter, perawat, atau apoteker. Saya juga tak bisa melakukan pemeriksaan. Saya tak bisa melakukan semua itu. Saya hanya mengandalkan cinta kasih semua orang yang memiliki tujuan yang sama. Saya hanya turut mendapat sedikit imbas dari kekuatan cinta kasih banyak orang.

Saya sungguh sangat bersyukur. Karena itu, saya setiap hari selalu mengucapkan terima kasih. Saya berterima kasih karena semua orang bersumbangsih dengan cinta kasih. Kalian telah menghimpun kekuatan cinta kasih dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

Master tak tega melihat orang miskin yang sakit

TIMA meringankan penderitaan pasien dan bersumbangsih dengan cinta kasih

Membangun tekad dengan tulus untuk menuju arah yang benar

Meringankan penderitaan dan memberi kebahagiaan di seluruh dunia

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 September 2018\

Editor: Khusnul kotimah

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -