Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Bergotong Royong Mewujudkan Kebajikan dan Keindahan
“Di deretan toko buah sana, berhubung ada jalinan jodoh, saya bisa bekerja sama dengan dua toko sehingga saya bisa mengumpulkan sekitar sepuluh kantong sehari. Bayangkan, setahun sama dengan 365 hari. Bukankah berarti ada lebih dari tiga ribu kantong? Dahulu semuanya dibakar,” kata Chen Si-yun relawan daur ulang.
Lihatlah, semua orang membutuhkan plastik, tetapi orang-orang juga membuangnya. Para Bodhisatwa ini tidak sampai hati. Mereka mengerahkan cinta kasih yang tulus untuk mengumpulkan plastik yang dibuang orang. Orang lain tidak menginginkannya, tetapi kita menghargainya.
Sebelum matahari terbit, mereka sudah berangkat. Sesungguhnya, berapakah upah mereka dalam sehari?
Angkanya sangat besar karena upah mereka sungguh tak ternilai. Jika harus menghitungnya untuk mereka, kita sungguh tak dapat menghitungnya. Upah pada umumnya dihitung berdasarkan jam. Para relawan ini bersumbangsih setiap detik. Mereka memanfaatkan setiap detik untuk bersumbangsih sedikit demi sedikit dengan begitu saksama.
Kantong plastik begitu kotor saat dibuang orang. Saat mengumpulkannya, mereka tidak takut bau dan kotor. Mereka mencucinya, lalu menjemurnya. Di mana mereka menjemurnya?
Para Tzu Cheng mengerahkan kebijaksanaan mereka. Berhubung insan Tzu Chi datang dari berbagai latar belakang keahlian, kita memiliki berbagai potensi di Tzu Chi. Dari ahli pekerjaan halus sampai kasar, semuanya ada. Semua orang mengerahkan potensi mereka untuk merancang sarana yang memudahkan dan aman. Rancangannya sangat baik.
“Pedomannya ialah kebutuhan mereka. Meski kami adalah perancang, tetapi kami tetap akan bertanya kepada mereka. Cara sebelumnya ialah ditarik. Sampai akhirnya, para relawan merasa kesulitan, terutama para relawan yang telah berumur. Dari sisi keamanan juga sedikit rentan. Jadi, memanfaatkan kesempatan kali ini, saya kembali memperbaikinya dan mengubahnya dengan memakai tenaga listrik,” kata Cai Zhi relawan Tzu Chi.
Relawan yang bisa merancang, mengerahkan kebijaksanaan mereka. Hanya dengan menekan tombol, alat itu bisa menggantikan tenaga manusia. Alat itu bisa dinaikkan dan diturunkan. Saya sungguh berterima kasih, juga sangat tersentuh.
Relawan ini memanfaatkan waktu istirahat siangnya saat bekerja sehari-hari untuk mengamati dengan sepenuh hati demi merancang suatu alat yang praktis, bermanfaat, rapi, mudah digunakan, dan aman.
“Berkat Kakak Cai Zhi yang merancang alat ini, kami bisa mengaduk dan memutar plastic plastik ini. Selain itu, alat ini terdiri atas dua lapisan sehingga udara dari bawah juga bisa naik ke atas. Ini membuat pengeringan menjadi jauh lebih cepat,” kata kata Zheng You relawan Tzu Chi.
Ini membuat para relawan kita dapat bekerja dengan lebih mudah dan relaks. Harga barang daur ulang memang tidak seberapa, tetapi kita mengumpulkannya bukan demi uang, melainkan demi mendaur ulang sumber daya alam agar dapat digunakan kembali.
Bumi ini tidak besar, tetapi kebutuhan manusia begitu banyak. Nafsu keinginan manusia pun tiada batas. Karena nafsu keinginan manusia yang tak terbatas, penyediaan barang juga sulit untuk dibatasi. Jadi, kita perlu mendaur ulang barang agar barang lama dapat digunakan kembali dan barang yang sudah dibuang atau rusak dapat diolah kembali menjadi barang baru. Untuk itulah, para Bodhisatwa Tzu Chi rela bersumbangsih sepenuh hati.
Ini jugalah yang sering saya bahas, yakni bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong.
Relawan Tzu Chi selalu bersatu hati. Kesatuan hati ini dapat dilihat semua orang. Anda melakukannya, saya melakukannya, kita semua bersedia untuk bekerja sama. Mereka bersedia untuk bersatu dan bersama-sama bersumbangsih. Anda menyumbangkan tenaga, saya pun demikian.
Setiap orang mengerahkan kekuatan masing-masing untuk menghimpun kekuatan besar. Dengan semangat gotong royong dan kesatuan hati, mereka menghimpun kekuatan yang besar.
“Pengontrol level air ini sangat murah. Satu set hanya sekitar seratus dolar (Rp50 ribu). Ini saya pasang sendiri. Ini adalah hasil daur ulang. Selang plastik juga adalah hasil daur ulang. Dengan mengerjakan sendiri, tidak perlu biaya tukang, juga bisa menggunakan barang-barang yang sudah ada. Ini tentu menghemat banyak biaya,” kata Liu Shi-chao relawan Tzu Chi.
Kita melihat para Bodhisatwa Tzu Cheng memanfaakan waktu untuk menyumbangkan keahlian mereka. Mereka bersumbangsih dengan kekuatan mereka. Pipa yang dibuang oleh orang lain, baik pipa besi maupun plastik, mereka kumpulkan, potong, dan sambung sehingga dapat dijadikan saluran air atau listrik.
Mereka juga dapat mengerjakan banyak hal lain. Dengan keterampilan mereka, mereka dapat mengubah barang tak berguna menjadi kembali berguna. Ini sungguh luar biasa. Ini terwujud berkat ketulusan dan gotong royong. Jadi, saya sering berkata bahwa kehidupan mereka adalah kehidupan terindah. Mereka memanfaatkan kehidupan mereka dengan begitu indah. Tanpa orang-orang ini, kita mungkin akan hidup di tengah tumpukan sampah.
Tidak akan ada begitu banyak barang yang bisa didaur ulang. Berkat keterampilan yang dimiliki orang-orang ini, mereka tidak hanya bisa menggunakan barang baru. Yang paling luar biasa ialah barang lama dapat mereka manfaatkan kembali. Ini adalah keterampilan yang sesungguhnya. Jadi, dengan hati yang murni dan tulus, mereka dapat menghimpun kekuatan untuk berbuat kebajikan dan menghargai sumber daya alam.
Karena itu, saya mengatakan bahwa kebajikan yang dilandasi semangat gotong royong dengan hati yang paling murni dan tulus adalah sesuatu yang amat mengharukan.
Bersumbangsih menahan kekotoran dan menghargai setiap waktu
Mengubah yang tidak berguna menjadi berguna kembali
Bodhisatwa menjaga ladang pelatihan
Bersatu hati dan bergotong royong menyucikan Bumi
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 03 September 2020