Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Bertobat demi Menumbuhkan Kebijaksanaan
“Hotel, restoran, dan biro perjalanan di Venesia banyak yang menghadapi kesulitan,” kata seorang warga Italia. Italia menjadi daerah wabah COVID-19 terparah di Eropa.
“Sehubungan dengan perjalanan udara, laut, serta bus dan kereta api lintas perbatasan, kami akan menerapkan prosedur sebagaimana yang digunakan oleh transportasi udara,” kata Horst Seehofer, Menteri dalam negeri Jerman.
“Para ahli epidemi terus mengawasi perkembangan wabah. Kami meningkatkan status risiko penyebaran, bahaya, dan pengaruh wabah COVID-19 di dunia ke level sangat tinggi,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia.
Ketakutan terhadap virus ini sudah mendunia. Setiap orang merasa terancam. Setiap negara juga sangat takut. Sebagian orang tidak berani bepergian. Ada juga negara yang menutup perbatasan. Dengan kondisi ini, perekonomian serta berbagai bidang pekerjaan di seluruh dunia seakan membeku. Kondisi ini berlaku di seluruh dunia.
Sebagai praktisi Buddhis, kita harus belajar untuk berusaha mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi kondisi sulit seperti ini. Dengan demikian, barulah kita bisa bersama-sama mengatasi kesulitan. Setiap orang pada hakikatnya memiliki kebijaksanaan. Di dalam hati setiap orang terdapat kebijaksanaan yang hakiki, hanya saja ia tertutup oleh kegelapan batin sehingga tidak dapat memancar ke luar.
Contohnya, makhluk awam kerap tidak menghormati dan mengasihi makhluk lain. Ini adalah pelanggaran. Mereka rela membunuh dan mencelakai makhluk lain hanya demi kesenangan sesaat. Mereka juga tidak mau melepaskan kemelekatan atau kekeraskepalaan diri sendiri. Mereka tidak mampu mengendalikan diri dan terus terjerumus dalam ketamakan. Manusia kerap tamak terhadap nafsu makan sesaat sehingga membunuh banyak makhluk hidup.
Kita harus tahu bahwa ini berarti menciptakan pelanggaran dan melanggar sila. Sebersit niat bisa menjadi sumber dari pelanggaran yang menciptakan berbagai kejahatan. Manusia telah melakukan berbagai pelanggaran dan kejahatan di masa lalu dan masa kini. Masa lalu merujuk pada kehidupan lampau. Karma masa lalu ini terbawa hingga kehidupan ini.
Dari kehidupan lampau, kita telah membawa banyak benih karma buruk. Pelanggaran atau karma buruk dari masa lampau terus-menerus terakumulasi. Segala sesuatu tidak terbawa saat kita lahir. Yang kita bawa saat dilahirkan hanyalah akumulasi kekuatan karma yang membuat kita memiliki tabiat bawaan tersembunyi. Tabiat buruk ini berkaitan dengan benih karma yang kita bawa. Ini disebut sebagai segala kesalahan masa lampau.
Kesalahan masa lampau ini sudah terjadi. Ada pula keburukan atau kejahatan masa kini. Kini manusia masih terus menciptakan karma buruk. Manusia masih tidak sadar bahwa benih karma terus terakumulasi. Siapa yang dapat berbuat jahat tanpa menanam karma? Setiap orang yang berbuat jahat berarti menanam benih karma buruk. Inilah akibat dari kebodohan semua makhluk saat ini.
Baik kesalahan masa lampau maupun keburukan masa kini, adakalanya kita melakukannya sendiri, adakalanya meminta orang lain melakukannya. Yang dilakukan sendiri disebut pelanggaran; menyuruh orang lain melakukan disebut kejahatan. Pelanggaran yang diri sendiri lakukan, akibatnya harus ditanggung oleh diri sendiri. Terlebih jika menghasut orang untuk melakukannya, konsekuensinya tentu sangat menakutkan.
Jadi, yang dilakukan sendiri disebut pelanggaran; menyuruh orang lain melakukan disebut kejahatan. Inilah yang disebut pelanggaran dan kejahatan. Entah apakah kita tahu konsekuensi dari kesalahan yang disengaja ataupun yang tak disengaja akibat hasutan orang lain. Kesalahan yang disengaja akibatnya tentu sangatlah berat dan tak dapat dihindari. Karena itu, kita harus mengerti untuk bertobat. Pertobatan adalah pemurnian. Di masa lalu, kita telah melakukan banyak kesalahan. Kita harus bertobat.
“Saat itu anak saya sakit. Anak saya meminta saya untuk tidak menjual daging dan menjual makanan vegetaris saja. Saya bilang tunggu dia sembuh, saya baru akan mengganti jualan saya. Namun, kira-kira setengah tahun berlalu, penyakit anak saya semakin parah. Saya terus mendampinginya selama beberapa bulan sisa hidupnya. Setelah anak saya meninggal, saya mengikuti keinginannya dan mulai berjualan makan vegetaris. Kemudian, secara kebetulan saya mendengar ceramah Master yang menjelaskan bagaimana ayam-ayam disuntik antibiotik atau zat-zat lain. Saya juga melihat bagaimana manusia menyembelih mereka. Tak lama kemudian, jari saya tak sengaja teriris. Wah, sakit sekali. Saat itu saya bertanya pada diri sendiri, "Huang Bao-zhu, kamu memotong daging makhluk lain dan makan tulang makhluk lain, apakah mereka tidak sakit?" Sejak saat itu, saya tak berani lagi makan daging. Telah tumbuh welas asih di dalam hati saya,” kata Huang Bao-zhu, Pemilik restoran vegetaris.
Saat welas asih kita tumbuh, meski disuguhkan daging, kita tidak berani makan. Kita tidak tega untuk memakannya. Semua makhluk pada dasarnya setara. Tiada bedanya daging makhluk lain dengan daging kita sendiri. Kita harus memiliki pandangan kesetaraan ini.
Selama masih hidup, segeralah kita bertobat. Lebih cepat setahun kita bertobat, kita dapat mengikis selapis atau setahun karma buruk. Lebih cepat sebulan kita bertobat, berarti kita dapat menyucikan kekeruhan sebulan. Walaupun hari ini adalah hari terakhir kita hidup, kita masih bisa menanam benih pertobatan. Dengan bertobat, kita masih memiliki kesempatan untuk terselamatkan.
Jadi, dalam kehidupan ini, jika dapat bertobat lebih awal, kita akan dapat lebih cepat memupuk benih pertobatan atau kemurnian. Dengan demikian, kita akan dapat lebih cepat mengikis kesalahan dan ketidaktahuan yang menutupi batin kita. Jadi, kita harus mengerti hal ini.
Setelah mengerti, kita harus tulus bertobat atas segala kesalahan. Kita harus membangkitkan rasa sukacita dan segera bertobat atas segala kesalahan masa lalu dan masa kini dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Bertobat berarti mengakui secara terbuka bahwa kita pernah melakukan kesalahan. Kesalahan kemarin, kesalahan hari ini, ataupun ucapan salah yang baru saja dilontarkan, semuanya adalah kesalahan. Jika kita dapat segera mengakuinya, inilah pertobatan. Bertobat berarti mengikis kegelapan batin.
Jadi, Saudara sekalian, yang terpenting dalam mempelajari ajaran Buddha ialah pertobatan. Saya terus mengatakan bahwa Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan kotoran. Makhluk awam seperti kita telah tersesat dan tidak punya kebijaksanaan. Sesungguhnya, bukan tidak punya. Pada dasarnya kita memiliki kebijaksanaan hakiki, hanya saja ia telah tertutup kegelapan batin sehingga tidak dapat memancar ke luar.
Kita harus percaya bahwa kita membawa banyak kesalahan masa lampau. Pada masa kini, baik disengaja maupun tidak, kita masih terus menciptakan karma buruk. Jadi, kita semua harus waspada. Jika ada kesalahan, segeralah memperbaiki diri. Segeralah bertobat dan mengakui kesalahan. Dengan demikian, barulah kesalahan kita bisa terkikis perlahan-lahan. Saudara sekalian, mengikis selapis rintangan karma berarti menumbuhkan sedikit kebijaksanaan. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati.
Ketamakan membuat kegelapan batin semakin tebal
Berbagai kesalahan dan keburukan terpupuk menjadi kebiasaan
Segera bertobat demi memurnikan batin
Mengikis rintangan karma dan menumbuhkan kebijaksanaan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 02 Maret 2020