Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Memberi Persembahan lewat Praktik Nyata

Kemarin, telekonferensi dengan para relawan Tzu Chi di Eropa diikuti banyak orang dengan lebih dari 700 sambungan di saat yang bersamaan. Ini adalah wujud kekuatan batin. Hanya dengan satu sentuhan jari tangan, terpisah oleh jarak sejauh apa pun, orang-orang tetap dapat bertatap muka.

Saya melihat mereka, mereka melihat saya. Saya dapat mendengar suara mereka, mereka juga dapat mendengar ucapan saya. Di antara kami, jalan cinta kasih berkesadaran dapat tersambung dengan segera. Kami bisa saling melihat dan mendengar serta saling menyapa dalam ketenteraman. Mereka berada dalam kondisi baik. Yang lebih mengharukan ialah mereka berani untuk memberi perhatian kepada warga dan menyalurkan kebutuhan penanganan wabah.

Mereka telah menyalurkan bantuan, Terutama kepada institusi kesehatan, panti jompo, dan sebagainya. Ini membuat saya terharu. Pertama, saya merasa tenang karena mereka selamat. Kedua, mereka sungguh-sungguh mengerahkan kekuatan cinta kasih tanpa pamrih tanpa mengabaikan keamanan diri sendiri. Mereka bersumbangsih di tengah masyarakat untuk menyalurkan peralatan penanganan wabah. Mereka juga mengantarkan makanan.

Demikianlah, dalam masa pandemi kali ini, saya sering mengadakan sambungan telekonferensi dengan para relawan Tzu Chi di berbagai negara. Mereka semua sama-sama bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.

 

Selain itu, mereka juga tekun dan bersemangat untuk menghirup Dharma dan mengikuti kelas bedah buku. Jadi, meski berada jauh dari saya, mereka tetap mendengarkan kata-kata saya. Mereka mendengarkan nasihat yang saya sampaikan baru-baru ini, juga menyimak ulang nasihat-nasihat lama saya yang tertulis di dalam buku. Kata-kata saya itu sudah dituangkan ke dalam tulisan. Mereka kembali membacanya. Ada pula yang menyalin Sutra Bunga Teratai atau Sutra Makna Tanpa Batas. Mendengarnya, saya sangat gembira.

Mereka tidak meninggalkan ajaran saya. Mereka menjalankan ajaran dengan sungguh-sungguh. Meski terpisah oleh pegunungan dan lautan dan berada di tempat yang jauh dari saya, hati mereka tetap dekat dengan hati saya. Mereka tetap mendengarkan nasihat dan ajaran saya. Mereka juga bervegetaris. Semua orang sangat bersungguh-sungguh.

Mereka menyosialisasikan pola hidup vegetaris di negara masing-masing. Mereka tekun dan bersemangat dalam mendengarkan dan mempraktikkan Dharma. Mereka dapat begitu bersungguh hati meski berada jauh dari saya, saya tentu sangat gembira.

Mereka memberi persembahan dengan kebajikan. Tentu, dalam Sutra Bunga Teratai dikatakan bahwa Bodhisatwa memberi persembahan kepada Buddha berupa kebajikan. Kini saya juga telah merasakannya. Murid-murid saya, para insan Tzu Chi, juga melakukan hal yang sama. Mereka memberi persembahan berupa kebajikan kepada saya. Saya tidak meminta yang lainnya. Saya hanya ingin mereka mendengar nasihat saya, mendengar Dharma, dan mempraktikkan Dharma. Mereka telah menjalankan ajaran. Inilah persembahan terbesar bagi saya. Jadi, saya sangat gembira.

 

Saya berterima kasih atas tekad semua orang. Semua orang memiliki tekad yang sama. Semua orang memahami isi hati saya. Ini adalah hal yang membahagiakan. Kita dapat bertemu ajaran Buddha dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa serta mengembangkan Enam Paramita. Dari tataran makhluk awam, kita melangkah di Jalan Bodhisatwa. Para relawan ini menyelamatkan semua makhluk dengan cinta kasih dan menggalang lebih banyak Bodhisatwa.

Saya ingat beberapa tahun lalu, saat Portugal dilanda kebakaran hutan, relawan Tzu Chi dari 7 atau 8 negara bergabung untuk memberi perhatian dan meninjau daerah bencana di Portugal. Dari warga lokal yang ditemui saat itu, salah satunya bernama Maria.

Saat itu dia bertekad untuk menjadi relawan. Dia tahu kisah celengan bambu Tzu Chi. Dia sendiri berinisiatif untuk meletakkan sebuah gentong di depan pintu rumahnya. Dengan begitu, sebelum masuk ke rumahnya, orang-orang diingatkan untuk berdonasi. Dia memperkenalkan bahwa donasi itu akan disalurkan kepada organisasi yang menyalurkan bantuan bencana. Kesan saya terhadapnya sangat mendalam. Dia telah menjadi relawan Tzu Chi. Dua atau tiga tahun telah berlalu. Dia masih tetap memberi perhatian kepada para lansia di daerah terpencil. Dia juga bersemangat menjalankan misi amal.

Singkat kata, Bodhisatwa dunia sungguh terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih.

Intinya, meski terpisah oleh ribuan gunung dan laut, hati mereka tetap sama dengan kita di sini. Para relawan di berbagai negara memiliki tekad yang sama. Mereka berbagi tentang yang telah mereka lakukan. Para relawan di belasan negara mengikuti telekonferensi dengan lebih dari 700 sambungan. Hati mereka sangat dekat dengan saya. Bukankah ini adalah wujud dari kekuatan batin?

 

Dengan kekuatan batin ini, semua orang bersumbangsih dalam bentuk materi dan mempraktikkan ajaran secara nyata. Ini sungguh luar biasa. Jadi, Bodhisatwa tidak takut kesulitan. Mereka mendedikasikan jiwa raga untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa. Para relawan Tzu Chi telah melakukannya.

Mendengar saya mengatakan ini, mereka yang sudah berbuat pasti merasakan rasa sukacita dalam Dharma. Bagi yang belum berbuat, kita harus lebih giat, tekun, dan bersemangat. Kita harus berusaha untuk menginspirasi semua orang untuk bersumbangsih bagi sesama. Inilah praktik nyata. Inilah praktik berdana Dharma di dunia.

Dengan demikian, kita akan merealisasi Dharma dan merasakan sukacita dalam Dharma. Jadi, dengan cinta kasih sepenuh hati, kita mewujudkan kekuatan batin demi ajaran Buddha sebagai persembahan dan dedikiasi kepada Buddha yang telah memberi ajaran kepada kita. Jadi, kita harus selalu bersungguh hati.

Hati tetap bertautan meski terpisah gunung dan lautan
Terjun ke masyarakat dengan welas asih, kebijaksanaan, dan keberanian
Benih relawan bertunas dan menyebarkan cinta kasih
Sepenuh jiwa raga mempraktikkan Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Juni 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Juni 2020
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -