Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Membimbing Semua Makhluk


Empat unsur di dunia ini sedang tak selaras. Semakin hari ketidakselarasan ini semakin parah. Namun, kini ditambah lagi dengan pandemi. Ini tak dapat kita cegah atau lawan. Jadi, kita harus bagaimana? Kita harus terlebih dahulu berhenti, mendengar, dan melihat. Jadi, saat ini masyarakat sungguh harus berhenti.

Saya juga berkata bahwa segala kegiatan harus dibatalkan. Segala kegiatan harus dibatalkan sementara. Jangan berkumpul. Segala kegiatan yang mengumpulkan orang banyak harus dibatalkan. Inilah yang dimaksud berhenti. Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan dan sungguh-sungguh mendengar kondisi kehidupan saat ini. Kita juga harus sungguh-sungguh melihat keadaan yang berlaku di dunia saat ini.

Terhadap kondisi kehidupan dan alam, kita harus bersungguh hati. Bumi ini juga bisa menua karena umat manusia terus merusaknya. Kebenaran ini sangatlah jelas. Kini kita harus sadar. Dengan begitu, kita dapat kembali pada ketenangan jiwa raga. Itulah keindahan.

Keindahan terletak pada ketenangan jiwa raga. Di mana lagi letak keindahan? Keindahan terletak pada sumbangsih tanpa pamrih. Keindahan terletak pada sumbangsih tanpa kenal lelah. Keindahan terletak pada hati yang saling bertautan dan tangan yang saling bergandengan. Alangkah baiknya jika kita bisa mewujudkan semua ini. Apakah ini tidak bisa diwujudkan? Dengan bersatu hati dan bergandeng tangan, dunia yang murni, damai, dan bebas dari noda pasti dapat kita wujudkan.

Bodhisatwa sekalian, mari kita menghimpun cinta kasih. Kita telah melihat banyak relawan Tzu Chi yang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan. Kita mengajak mereka untuk bersama-sama bergabung di Tzu Chi. Dengan tekad yang sama, setiap orang memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing dalam mengembangkan misi Tzu Chi. Untuk itu, kita harus bersungguh hati.


Belakangan ini sepertinya saya sering membahas hal ini. Jadi, kita harus benar-benar bersungguh hati.

Lihatlah klinik pengobatan gratis yang kita buka di masa-masa awal Tzu Chi berdiri. Tempatnya disediakan oleh ibu dari Shao Wei (Bhiksuni De Ci), tepatnya berada di Jalan Ren'ai. Tempatnya tidak besar. Selain sebagai tempat pelayanan kesehatan, tempat ini juga kita gunakan sebagai tempat kebaktian.

Saya lalu meminta agar ruangan itu diberi pembatas yang bisa dipindahkan. Saat membutuhkan ruang yang lebih besar, kita bisa memindahkan pembatas itu. Ini saat kita membutuhkan ruang untuk kebaktian. Saat kita mengadakan baksos kesehatan, pembatas itu bisa dipasang. Pembatas ini juga berperan sebagai konter farmasi. Pembatas ini memiliki roda dan bisa didorong. Ia juga menutupi lemari obat sehingga tiada yang bisa mengambil obat tanpa izin. Jadi, di sana terdapat banyak kisah.

Kondisi saat itu serba sulit, tetapi juga penuh kreasi yang tak ada di tempat lain. Kita membutuhkan tempat untuk menyimpan obat dan peralatan. Saat baksos kesehatan diadakan, kita bisa menariknya keluar. Dengan begitu, tempat baksos akan lebih luas.

Di sana juga terdapat kursi yang dirancang untuk kebaktian. Kursi ini memiliki sandaran. Saat baksos kesehatan diadakan, sandaran kursi ini akan kita dorong ke belakang sehingga sandaran kursi itu mengarah ke luar. Saat kita mengadakan kebaktian, sandaran kursi itu kita dorong ke depan sehingga ia mengarah ke arah altar. Dengan begitu, kursinya tidak perlu digeser-geser. Kita pun memiliki cukup ruangan untuk berbagai fungsi.


Pada masa itu, siapa yang membantu saya melakukan begitu banyak hal? Semuanya harus mengandalkan pikiran sendiri. Sesuatu yang mulanya tidak bisa kita lakukan, asalkan dibutuhkan, kita jadi bisa melakukannya. Itulah mengapa saya selalu mengatakan bahwa kita harus lebih bersungguh hati. Dengan kesungguhan hati, kita bisa melakukan banyak hal. Karena itu, saya berkata bahwa dengan kesungguhan hati, tiada yang tak dapat dilakukan. Tiada hal yang tidak berhasil dilakukan.

Namun, kesungguhan hati harus dibarengi ketulusan agar tidak menyimpang atau kehilangan keseimbangan. Dengan begitu, misi kita akan berkembang selamanya. Tanpa keseimbangan batin, betapa pun berhasilnya usaha kita saat ini, ia tidak akan bertahan selamanya. Jadi, kita harus memiliki hati yang tulus. Agar Tzu Chi bisa diwariskan selamanya, kita harus bersungguh hati.

Selain itu, kita juga membutuhkan sumber daya manusia. Tanpa sumber daya manusia, tidak ada kekuatan. Di masa-masa awal Tzu Chi berdiri, saya sangat bersungguh hati menjalankan langsung semua aktivitas Tzu Chi. Saat itu saya masih muda. Saya masih bisa terus melangkah maju dengan mantap dan tidak takut bekerja keras.

Mendaki gunung dan mendatangi pedalaman, semuanya rela saya lakukan. Ketulusan itu membuat orang lain tergerak untuk bergabung. Saat saya memindahkan batu, ada orang yang membantu saya. Saat batu besar telah tersingkir, saya lalu membentangkan jalan dan orang-orang juga membantu saya meratakan jalan setelah menyingkirkan batu. Untuk meratakan dan memperluas jalan ini agar dapat ditapaki oleh lebih banyak orang, kita harus memiliki ketulusan hati.


Para relawan Tzu Chi sangat tulus. Tanpa ketulusan, mereka tak akan bisa bekerja sama dengan saya. Jadi, sebuah ketulusan dapat mewujudkan keindahan. Jadi, di manakah letak keindahannya? Keindahannya terletak pada hati yang bertautan dan tangan yang bergandengan untuk memperluas cinta kasih, memperpanjang kasih sayang, dan mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan.

Kita harus terus membina relawan agar mereka mempunyai rasa memiliki dan partisipasi. Dengan berpartisipasi secara langsung, mereka akan merasakan keindahan suasana batin. Mereka menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Perasaan bahagia dapat mereka rasakan karena mereka mampu menolong orang yang menderita. Mereka telah melakukannya.

Bodhisatwa melihat kondisi dunia dan terjun ke dalamnya untuk menyelamatkan semua makhluk. Jadi, sambil dibimbing oleh relawan senior, para relawan ini semakin mengenal aktivitas Tzu Chi dan mampu menghayatinya. Mereka menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan mereka. Hati mereka menjadi dunia Tzu Chi. Dunia Tzu Chi menjadi dunia mereka. Hati mereka dan Tzu Chi telah menjadi satu.

Jadi, saya berharap kalian semua menyelami dan mewariskan silsilah Dharma Jing Si serta senantiasa bersumbangsih dengan sepenuh hati. Terima kasih.

Bergandeng tangan memperluas cinta kasih
Melenyapkan penderitaan dan memperpanjang kasih sayang
Tulus menghimpun kebenaran, kebajikan, dan keindahan
Menolong dunia dengan welas asih dan mewariskan ajaran    


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 31 Mei 2021
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -