Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Mendoakan Hal-Hal yang Bermanfaat bagi Dunia


Belakangan ini, hati saya terasa berat. Mengapa begitu? Saya merasa risau dan khawatir. Banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Bencana alam, bencana akibat ulah manusia, ditambah pandemi, semua ini membuat saya khawatir. Banyak negara dilanda gelombang panas. Dahulu, sekelompok peneliti Inggris memprediksi bahwa suhu udara panas seperti ini akan terjadi pada tahun 2050. Sekarang baru tahun 2022, tetapi gelombang panas sudah melanda sejumlah negara.

Lihatlah kebakaran hutan yang terjadi. Kita semua berada di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Bagaimana mungkin kita tidak mengkhawatirkan kondisi kebakaran seperti itu? Kita pasti ikut khawatir. Bagaimana mungkin bencana tersebut tidak memengaruhi cuaca dan iklim? Saat terjadi kekeringan, hasil panen pasti kurang memuaskan. Karena itu, sekarang terjadi krisis pangan.

Ukraina adalah salah satu pemasok bahan pangan terbesar di dunia. Namun, karena peperangan Rusia dan Ukraina, pasokan hasil pertanian ke seluruh dunia terdampak. Bagaimana warga Ukraina bisa menghasilkan dan mengekspor bahan pangan? Karena itu, sekarang PBB sangat memperhatikan hal ini dengan harapan Ukraina bisa kembali mengekspor bahan pangan. Ini berkaitan dengan semua manusia di dunia. Kita tidak boleh tidak peduli. Namun, meski peduli, apa yang dapat kita lakukan? Adakalanya, kita tidak berdaya. Jadi, khawatir saja tidak ada gunanya.


Kita harus memberi seruan. Kita tidak boleh tidak memberi seruan agar semua orang membangkitkan cinta kasih, menghormati kehidupan, serta bervegetaris. Ini sangat penting. Jangan membunuh hewan dan mengonsumsi dagingnya. Kita hendaknya mendorong pertanian. Sumber nutrisi yang baik bagi tubuh manusia bukan berasal dari hewan. Hewan itu tidak bersih. Buddha membimbing kita untuk merenungkan kotornya tubuh ini.

Meski manusia merawat diri dan mandi setiap hari, Buddha masih berkata bahwa tubuh manusia itu kotor, terlebih lagi tubuh hewan. Apakah lingkungan hidup hewan bersih? Sangat kotor. Namun, manusia masih membunuh dan mengonsumsinya sehingga virus dari tubuh hewan bisa menular kepada manusia. Jadi, hewan adalah salah satu sumber penyakit dalam rantai makanan. Intinya, jangan membunuh hewan.


“Binatang ada keluarga kan, kalau anaknya dipotong ayah ibunya kan cari anaknya, jadi kasihan gitu. Kalau aku ada passport vege, bagi-bagi ke temen-temen, jadi aku bilang setiap hari dibintangin kalo makan vege,”
kata Jennifer Cendana Vegetarian cilik.

“Banyak temen-temen yang sudah ikut aksinya Jennifer ini?” tanya reporter DAAI TV Indonesia.

“10 orang yang bervegetarian atau yang mengambil passport vege,” jawab Jennifer.

“Mau mengajak teman untuk bervegetarian karena bisa melindungi bumi, menjaga Kesehatan, dan melindungi hewan-hewan,” pungkas Jennifer.

Lihatlah gadis kecil di Indonesia ini. Sejak kecil, dia sudah menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Lihatlah, betapa besar pahalanya. Bicara mengenai Indonesia, saya sangat bersyukur dan tersentuh. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Namun, insan Tzu Chi tetap menyebarkan semangat Tzu Chi di sana.  


Dua hari lalu, saya baru melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi di Indonesia. Saya sangat terharu. Para staf di Tzu Chi Hospital Indonesia menyaksikan "Lentera Kehidupan" dan berdoa bersama setiap hari. Mereka melakukan hal yang sama dengan kita di Taiwan. Direktur RS mendampingi dan memimpin para staf untuk berbagi kesan dan pesan dalam dua sesi setiap harinya. Bagaimana mungkin saya tidak terharu?  

Beliau begitu penuh keyakinan. Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Beliau memercayai perkataan saya dan mempraktikkannya dalam Tindakan nyata. Mereka mendengarkan kata-kata yang baik dan mempraktikkannya secara nyata.


Setelah rumah sakit selesai dibangun, para tenaga medis memegang tekad yang sama. Mereka semua bersama-sama menjalankan rumah sakit dan bekerja sesuai pedoman pada posisi masing-masing. Mereka terus berbuat kebaikan tanpa henti dan selalu menyisihkan uang logam ke dalam celengan bambu setiap hari. Mereka bersumbangsih tanpa henti. Selain itu, mereka juga menginspirasi pasien untuk membangkitkan niat bajik. Baik tenaga medis maupun pasien, semua bersumbangsih secara nyata. Ini sungguh menyentuh hati saya.  

Direktur RS juga menggerakkan para tenaga medis untuk melestarikan lingkungan dengan memilah barang daur ulang. Beliau memberikan teladan yang baik. Bagaimana mungkin saya tidak mendoakan mereka? Bagaimana mungkin saya tidak merasa terharu? Seperti inilah insan Tzu Chi di Indonesia.


Tzu Chi Indonesia menjalankan misi amal dengan sumber daya setempat. Di bulan Ramadan tahun ini, mereka membagikan bantuan kepada ratusan ribu warga. Lihatlah, mereka menjalankan misi kesehatan, amal, dan budaya humanis. Mereka bersumbangsih setiap hari. Bagaimana saya tidak terharu? Bagaimana saya tidak mendoakan mereka?  

Saat akan menjalankan sesuatu, relawan di Indonesia selalu berkata, "Mohon Master memberikan doa restu agar kami dapat memulainya." Ya, bagaimana mungkin saya tidak memberikan doa atas hal-hal yang mereka lakukan? Yang mereka lakukan selalu membawa manfaat bagi dunia.   

Perubahan iklim membawa kekhawatiran bagi dunia
Berkah dan bencana datang silih berganti
Mengimbau orang-orang untuk bervegetaris agar terhindar dari bencana
Tulus mendoakan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 27 Juli 2022
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -