Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Menerima Ajaran demi Mengubah Pola Pikir

Semua orang hendaknya bersungguh hati memahami bahwa kita semua memiliki tubuh fisik yang membuat karma terwujud ke dalam tindakan. Tanpa adanya tubuh fisik ini, tidak ada tindakan yang terwujud. Karena adanya tubuh ini, barulah diri kita dapat melakukan suatu hal, entah itu perbuatan baik ataupun buruk.

Mengenai baik dan buruk, dalam kehidupan ini, manusia kerap terpengaruh oleh lingkungan. Karena itu, perbuatan baik dan buruk sering kali bercampur. Kita membawa tabiat dari kehidupan lampau. Kadang ada pertanyaan, "Kamu ada melatih diri atau tidak?" "Ada, sekarang saya sedang melatih diri." "Kalau begitu, mengapa tabiatmu buruk sekali?"

Jika dipikir-pikir, kita mungkin merasa, "Benar juga, saya juga merasa galau." "Jelas-jelas saya ingin berlatih dengan baik, tetapi tabiat ini memang sulit diubah." Tidak mengubah tabiat sama dengan tidak berlatih. Kita tetap berada di dalam kebaikan dan kejahatan. Kita tetap membawa tabiat masa lalu yang berisi kemalasan dan ketidaktahuan.

Dalam kehidupan sekarang, kita tetap tidak bersungguh-sungguh, tekun, ataupun bersemangat. Jika tidak menyadarkan diri pada kehidupan ini, kapankah kita baru akan menyadarkan diri sendiri?

Hidup di era saat ini, bersama-sama berkumpul di tempat ini, berarti kita memiliki jalinan jodoh.

Kita berjodoh. Karena itu, meski datang dari keluarga yang berbeda-beda, tetapi kita memiliki benih sebab yang sama untuk berkumpul. Kalian mengenal saya. Kalian mendengar saya berbicara


dan membabarkan Dhama. Kalian juga melihat segala yang saya lakukan. Kalian bersukacita. Kalian bersedia untuk bersama-sama menjalankan hal-hal berlandaskan cinta kasih berkesadaran dan melatih diri di sini untuk mengubah kehidupan yang tak tentu arah serta kembali pada rumah batin.

Kita bersama-sama belajar dan mencari kesadaran. Kita tersadarkan lewat proses belajar. Di tempat ini, kita harus bersama-sama sadar dan belajar untuk menjadi orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Ini juga bisa terwujud berkat jalinan jodoh yang kita bawa dari kehidupan lampau masing-masing. Berkat jalinan jodoh dari berbagai kehidupan lampau, kita dapat bersama-sama lahir di dunia ini di era yang sama.

Zaman terus berubah. Era terus berganti. Namun, semuanya memiliki keterhubungan. Kita memiliki keterhubungan horizontal. Kita terhubung dengan orang-orang yang pernah menjalin jodoh dengan kita di kehidupan lampau. Jalinan jodoh ini bisa terpupuk dari berbagai kehidupan lampau yang tak tentu.

Ia terpupuk hingga kini dan akhirnya matang. Akibatnya, kita terlahir di tempat yang sama dan hidup di lingkungan yang sama. Hidup di lingkungan yang sama, kita sama-sama merasakan kondisi yang ada di zaman yang sama pula. Jadi, kita harus tahu bahwa kita sama-sama terlahir di dunia ini karena adanya jalinan jodoh.

Jadi, kita harus merasakan kondisi zaman sekarang. Kita mengalami dan melewati masa-masa di era ini. Karena itu, kita juga harus bersama-sama memutar roda Dharma.


Kita semua di sini harus memiliki arah yang sama, yakni bersama-sama memutar roda Dharma. Dengan begitu, barulah kita dapat melangkah bersama dalam arah pelatihan diri ini dan memperoleh ketenangan serta kedamaian. Jika tidak, segala karma buruk masa lampau akan terus membayangi dan mencari kita.

Di masa lalu kita mungkin pernah melakukan perbuatan yang menghasilkan budi dan dendam. Kini energi makhluk-makhluk tak kasatmata berhimpun menjadi wabah penyakit dan mencari sasaran sesuai karma. Wabah penyakit ini bukan sesuatu yang kecil, melainkan sangat besar. Kini wabah telah menyebar ke seluruh dunia. Wabah ini adalah sesuatu yang "bukan manusia".

Sesungguhnya, kapan wabah ini akan berakhir? Tiada obat mujarab selain ketulusan. Saat ini, kita harus mengendalikan nafsu terhadap makanan atau cita rasa. Kita harus memiliki hati yang tulus. Tiada obat mujarab selain ketulusan. Kita harus tulus. Jadi, kita harus yakin bahwa bervegetaris dapat meredam wabah. Ini adalah obat batin mujarab yang saya bagikan kepada semua orang belakangan ini.

Mari kita bervegetaris dengan tulus demi meredam bencana. Kita hendaknya tulus berdoa demi keselamatan dan berkah. Saat ini, orang-orang di seluruh dunia harus memahami, menjalankan, dan meyakini hal ini. Kapankah wabah ini akan berakhir? Tiada obat mujarab selain ketulusan. Yakin dan sungguh-sungguhlah bervegetaris demi meredam bencana wabah. Berdoalah dengan tulus demi keselamatan dan berkah.

 

Kata-kata ini harus kalian ingat di dalam hati. Inilah obat paling mujarab saat ini. Tidak ada cara lain. Kini kita harus memetik pelajaran besar. Dalam waktu yang panjang selama ini, kita menanti obat ini. Sudahkah kita meminumnya? Sudahkah kita mengetahui, memahami, dan meyakininya? Bersediakah kita menjalankannya? Bersediakah kita bervegetaris? Jika bersedia, barulah kita dapat meredam bencana wabah ini.

Selain itu, tuluskah kita dalam bervegetaris? Sungguh, jangan lagi menciptakan karma pembunuhan. Meski tidak membunuh secara langsung, kita tetap harus mengubah nafsu makan kita. Jika Anda tidak mau makan daging, tidak akan ada pembunuhan hewan. Inilah yang benar. Jadi, dalam bervegetaris, kita juga harus tulus. Kita harus yakin.

Dalam masa wabah kali ini, semua orang sungguh harus memahami dan mengetahui hal ini. Kita juga harus menjalankannya. Tiada obat mujarab selain ketulusan. Tanpa ketulusan, tidak akan ada obat yang mujarab. Tulus berarti Anda harus yakin, yakin bahwa dengan bervegetaris, barulah kita bisa meredam wabah kali ini.

Jadi, kita harus tulus dan bersedia menjalankannya. Dengan demikian, barulah kita dapat berdoa untuk memohon berkah dan keselamatan. Saya berharap semua orang bersungguh hati menerima ajaran ini.

Menggenggam kehidupan ini untuk menyadarkan diri sendiri
Menghargai jalinan jodoh dan bersama-sama memutar roda Dharma
Bervegetaris sebagai wujud doa adalah obat mujarab
Bertindak bersama dengan tulus demi meredam bencana

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 April 2020  
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 27 April 2020
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -