Ceramah Master Cheng Yen: Ungkapan Rasa Syukur yang Tulus
Seumur
hidupnya, Sesepuh Zhen Guang penuh dengan sikap yang hangat dan amat
berdedikasi demi ajaran Buddha. Beliau meninggalkan keduniawian sejak
berusia 13 tahun. Sumbangsihnya bagi ajaran Buddha juga tidak
sedikit. Intinya, seiring berlalunya hari, usia pun ikut berkurang.
Dalam setiap detik yang berlalu setiap hari, usia kehidupan manusia
juga tergerus.
Beliau
juga sudah mencapai usia 92 tahun. Kini beliau telah wafat diiringi
penghormatan dari kalangan Buddhis. Lewat siaran berita kemarin, saya
melihat upacara yang khidmat. Kemarin, sepanjang hari kita juga
memikirkan berbagai bencana di dunia. Bagaimana kita dapat
menyalurkan bantuan ke daerah yang ada bencana atau pengungsi?
Waktu
juga terus berlalu dengan cepat. Kemarin, sekelompok relawan dari
Filipina juga kembali ke Griya Jing Si. Di dalam rombongan itu ada
gubernur, tiga orang anggota kongres, kepala sekolah, guru, murid,
dan penerima bantuan Tzu Chi. Jumlah seluruhnya mencapai 33 orang.
Mereka didampingi oleh Relawan Yang dan Relawan Cai untuk datang ke
Taiwan.
Mereka
hanya ingin menyampaikan terima kasih kepada Tzu Chi karena mereka
telah memiliki jalinan jodoh dengan Tzu Chi, tepatnya dimulai pada 15
Oktober 2013, saat terjadi gempa bumi yang berkekuatan besar di Pulau
Bohol. Insan Tzu Chi dengan segera bergerak untuk meninjau lokasi
bencana. Setelah melakukan peninjauan dan evaluasi, mereka segera
menyalurkan bantuan dengan
sangat cepat.
Laporan
penyaluran bantuan mereka juga terus dikirimkan ke Taiwan. Menurut
laporan yang kita terima, yang paling dibutuhkan adalah sarana
pendidikan bagi anak-anak. Tentu, perencanaan bantuan lanjutan juga
mencakup tempat tinggal warga. Namun, prioritas utama adalah
pendidikan anak-anak. Inilah yang paling mendesak.
Para
orang tua murid kita ajak berpartisipasi dalam program bantuan lewat
pemberian upah karena kabarnya di daerah itu, kondisi ekonomi warga
kurang baik. Saat itu kita terus mengajak warga untuk turut membantu
pemasangan konblok. Para warga datang dengan sukarela. Mereka
berkata, "Tidak perlu diberi upah, ini semua demi pendidikan
anak-anak kami," ungkap salah seorang warga, Sisinia Dologuin.
"Sebagai warga daerah ini, sudah seharusnya kami memikul
tanggung jawab ini."
Mereka
bersedia membantu mencetak batako. Batu bata dan konblok mereka cetak
sendiri. Mereka juga mengajak anak-anak untuk turut membantu. Jadi,
saya sangat terharu karena mereka sangat giat, sangat sederhana,
mudah untuk berterima kasih, mengenal rasa puas, dan tahu untuk
bersyukur.
Mereka
bersumbangsih secara mandiri. Rumah rakitan yang kita kirimkan mereka
rakit dan dirikan sendiri. Sungguh sangat langka bahwasanya warga di
daerah bencana bisa bergerak bersama-sama atas inisiatif sendiri
secara sukarela. Rasa syukur mereka membuat kita terharu.
Selain itu, seorang anggota kongres berkata bahwa dirinya sangat terharu karena setelah Bohol dilanda gempa dan insan Tzu Chi datang membantu, beberapa minggu kemudian juga terjadi bencana Topan Haiyan di Tacloban. Tzu Chi juga mengerahkan relawan ke Tacloban dan Ormoc. Namun, Relawan Cai juga membawa pesan saya.
Beliau
menyampaikan, "Guru kami berpesan, meski bencana di Tacloban
sangat besar, tetapi kita tidak boleh melupakan Bohol." "Bencana
di bohol juga amat besar." "Jangan tinggalkan atau lupakan
Bohol."
Mendengar
hal ini, para pejabat pemerintah sangat terharu. Mereka berkata bahwa
kata-kata ini akan terus mereka ingat di dalam hati. Mereka sangat
bersyukur. Mereka juga memahami semangat "Tiga Tiada" dan
Kata Renungan Jing Si. Mereka sudah pernah membaca Kata Renungan Jing
Si. Jadi, terhadap kekuatan semangat Tzu Chi, mereka tidak ragu sama
sekali. Selain itu, di pulau tersebut, selain membangun lebih dari
100 ruang kelas bagi anak-anak, insan Tzu Chi juga menyediakan rumah
rakitan bagi warga kurang mampu agar mereka dapat hidup dengan
tenang. Para pejabat pemerintah juga berterima kasih atas baksos
kesehatan yang Tzu Chi adakan.
“Jika
mencari dokter di luar, kami mungkin harus menguras tabungan.
Tetangga memberi tahu saya untuk datang ke Tzu Chi karena ada
pengobatan gratis. Saat baru datang kemari, saya menemukan ada
ratusan orang yang juga datang untuk berobat di sini. Saya hanya bisa
berdoa kepada Tuhan. Akhirnya, tadi ada yang memberi tahu saya bahwa
saya bisa dioperasi. Saya pun menangis. Saya sungguh berterima kasih
kepada Tzu Chi yang membuat saya berkesampatan untuk kembali melihat
harapan,” ungkap Angylie Cabesas, salah satu pasien baksos.
Untuk
mengadakan baksos di sana, kita membawa peralatan dari Manila dan
mengundang banyak dokter. Kita lihat pejabat kementerian kesehatan
setempat juga datang untuk melihat cara kita menjalankan baksos. Di
sana mereka melihat bahwa peralatan yang digunakan berteknologi
tinggi. Para dokter pun sangat terampil.
Mereka
juga melihat bagaimana relawan menuntun dan memapah pasien. Pasien
yang datang dengan meraba-raba, bisa pulang dengan mata yang bisa
melihat. Melihat semua itu, mereka sangat kagum dan sangat berterima
kasih. Para pasien yang sakit atau terluka parah juga dibantu oleh
relawan Tzu Chi. Saya sangat gembira insan Tzu Chi datang ke Pulau
Bohol. Berkat mereka, saya terinspirasi. Mereka membuat saya sadar
bahwa saya kuat dan punya keberanian untuk menjalani operasi.
Kita bisa melihat bagaimana insan Tzu Chi Filipina telah banyak bersumbangsih sehingga tak habis diceritakan satu per satu. Tak heran jika warga setempat begitu terharu. Singkat kata, kisah-kisah penuh cinta kasih sungguh tak habis diceritakan. Terima kasih kepada insan Tzu Chi Filipina yang telah bersumbangsih. Kita telah melihat buah dari sumbangsih mereka. Tentu, ini harus terus kita lanjutkan. Kondisi ekonomi warga setempat tidak begitu baik, maka kita harus lebih giat berusaha untuk merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia.
Mengenang keluhuran Sesepuh Zhen Guang
Bantuan bencana berlanjut ke misi pendidikan dan kesehatan
Bersama-sama bergerak membangun masa depan
Datang dari jauh untuk menyampaikan rasa terima kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Februari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Februari 2017