Ceramah Master Cheng Yen: Warga Lansia bagaikan Permata

“Halo, Xiang-zhi. Suamimu sudah dimandikan? Sudah diberi makan?” tanya Mei-fang, relawan Tzu Chi yang mengunjungi seorang penerima bantuan bernama Xiang-zhi. “Sudah, sudah kenyang,” jawabnya. “Hari ini saya senang sekali bertemu kalian dan bisa mengeluarkan isi hati,” lanjut Xiang-zhi. “Berusahalah untuk membuka hati, tubuh baru bisa sehat. Kami mendoakanmu. Bersemangatlah,” timpal Mei-fang memotivasi penerima bantuan.

“Kesan saya terhadap Ibu Mei-fang adalah beliau sungguh merupakan orang yang bertekad untuk terus bersumbangsih sampai embusan napas terakhir. Beliau tak pernah berhenti. Selama beliau mampu, beliau akan sungguh-sungguh melakukannya,” tutur Xu Qiu-fang, relawan Tzu Chi.

Kita melihat seorang relawan di Miaoli. Usianya sama dengan saya. Namun, dia dapat bersumbangsih bersama orang-orang yang lebih muda, bahkan melewati medan yang bergunung-gunung untuk mengunjungi pasien.

“Nek, mari keluar sebentar. Nek, kami datang. Hati-hati,” panggil relawan ketika mengunjungi rumah Zhu Wu Cai-mei yang menderita katarak.

doc tzu chi

Kelihatannya mereka sudah lama akrab. Mereka berhubungan baik dan saling kenal. Lihatlah, saat berkunjung ke rumah pasien, dia bagai datang ke rumah sendiri. Dia membawa makanan lezat. Begitu masuk ke dalam rumah, dia sudah tahu letak dapur dan segera mempersiapkan semuanya. Kita lihat dia yang sudah berusia lanjut masih sangat cekatan merangkul orang yang ditemui. Dia sungguh luar biasa. Dengan begitu, barulah kita bisa masuk ke dalam hati orang.

Dia sangat akrab dengan pasien, sangat luar biasa. Selain itu, dia juga memiliki kekuatan di dalam kelembutan. Dia juga membimbing seorang pasien yang usianya sedikit lebih muda darinya. Pasien ini memiliki kebiasaan buruk. Dia gemar membeli barang. Lihatlah, di rumahnya banyak bungkusan.

“Jangan membeli barang lagi, lemari es di rumahmu sudah penuh. Ya, saya tahu. Entah berapa lama baru semuanya habis dimakan. Dalam dua hari saya kembali lagi. Barang-barang ini harus kamu bereskan,” kata Mei-fang menasihati Liu De-cai. “Baiklah, saya mengerti. Mengerti?” jawabnya.

Barang-barang itu menumpuk jadi sampah hingga banyak sekali. Mei-fang dapat membimbing pasien itu dengan tutur kata yang baik. Lihatlah, bukankah mereka bagai satu keluarga? Saya sungguh kagum kepadanya. Dia juga terampil dalam membimbing relawan. Dalam membimbing para anggota komite yang berusia lebih muda darinya, dia sangat baik.

doc tzu chi

Di dalam perjalanan, dia gemar bercerita dan berbagi pengetahuan kepada yang lain. Dia berbagi tentang kapan waktu yang tepat untuk memetik kacang panjang agar lebih lezat saat dimasak. Memang benar bahwa orang lanjut usia bagaikan permata. Gudang permata mereka menyimpan permata yang tak ada habisnya. Ini sungguh menyentuh.

Kita juga melihat tempat perawatan lansia di RS Tzu Chi Taichung juga telah memberi kontribusi besar dalam merawat para lansia dalam jangka panjang. Para lansia yang memiliki kondisi cukup berat bisa menerima perawatan di sana dan memiliki harapan untuk pulih kembali. Setelah pulih, mereka bisa pulang dan tinggal bersama keluarga. Keluarga mereka pun sangat bersyukur.

Selain lansia, ada pula seorang pria muda yang dirawat di rumah perawatan kita. Setelah menerima perawatan, dia pun pulih perlahan-lahan. Mulanya dokter menyatakan saya mungkin harus duduk di kursi roda Ini mungkin juga suatu keajaiban. Pasien ini mulanya mengalami luka tulang belakang. Dia tidak dapat bergerak. Setelah menjalani terapi, dia kini bergabung menjadi relawan kita untuk menghibur para kakek dan nenek agar lebih bersemangat.

Dia menjalani terapi hingga bisa berjalan dan bertemu dengan saya. Bagi mereka yang mengalami penyakit berat, kita memberi mereka sebuah arah hidup yang berisi harapan untuk pulih kembali. Ini sungguh mengharukan.

doc tzu chi

Sehubungan dengan program pemerintah, kini rumah perawatan kita juga membuka pusat pelayanan harian yang menyediakan perawatan harian agar para lansia dapat merasa tenang dan damai. Tempat ini sungguh merupakan surga bagi lansia untuk memperlambat penuaan. Tempat itu dirancang dengan sangat baik. Di hari peresmiannya, turut hadir seorang lansia berusia seratus tahun. Beliau adalah relawan kita, Cai Kuan. Dia sudah genap berusia seratus tahun dan masih menjadi relawan di rumah sakit. Dalam upacara pembukaan tempat itu, Cai Kuan pun turut hadir.

Di Taiwan, kita melihat para relawan menjalankan misi mulai dari misi amal hingga kesehatan. Mereka memberi pendampingan dan perawatan jangka panjang. Segala kebutuhan masyarakat diakomodasi oleh insan Tzu Chi dengan penuh keberanian. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan saling berbagi rasa sukacita. Sukacita dalam Dharma inilah tujuan dalam hidup. Saya sungguh bersyukur.

Kemarin kita menggelar rapat komisaris misi pendidikan Tzu Chi. Melihat Prof. Yang, saya juga terharu. Tahun ini beliau sudah berusia 98 tahun. Beliau sudah bergabung sejak Tzu Chi hendak membangun RS, sekolah, hingga kini. Beliau juga masih melayani di RS Tzu Chi Dalin dan Taichung. Tak peduli jauhnya jarak, beliau tetap menjadi guru yang tak diundang. Semua ini sungguh mengagumkan. Penglihatannya masih lebih baik dari saya. Pendengarannya pun demikian.

Seusai rapat kemarin, beliau berbicara kepada saya, “Setiap hari saya memperhatikan Master. Saya berpesan kepada mereka untuk mencatat kondisi kesehatan Master dan menyampaikannya kepada saya.” Saya juga bagaikan pasiennya. Saya sungguh terharu dan berterima kasih. Beliau berkata, “Jika ada waktu di lain hari, saya akan ajari Master cara menjaga kesehatan.”

Saya sangat mengagumi dan mengasihinya. Banyak hal yang mengharukan dan patut disyukuri. Jadi, kita harus menaruh perhatian pada lansia. Di usia yang lanjut, banyak dari mereka yang masih bersumbangsih dengan tulus di Tzu Chi dan memperhatikan kita semua. Ini sungguh mengharukan.

Para relawan lansia bagaikan permata
Menjadi guru yang tak diundang yang terus memberi bimbingan
Tenaga medis RS Tzu Chi merawat para lansia dengan sepenuh hati
Para lansia memiliki tempat untuk tinggal dengan nyaman dan damai

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 November 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 November 2017
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -