Ceramah Master Cheng Yen: Waspada Mengantisipasi Penyakit Batin

Hidup di dunia ini, kita harus belajar menyelaraskan pikiran. Jika kita memiliki setitik noda batin dan sebersit pikiran buruk, keburukan akan terus tercipta dan konflik akan terus terjadi. Akibat pengaruh kondisi luar, pikiran kita bisa ternoda. Pikiran yang ternoda sangat mengkhawatirkan.

Contohnya sehelai kain putih. Jika kain itu tidak sengaja kelunturan, akan sulit untuk mencucinya hingga kembali putih seperti semula. Ini disebut meresap secara mendalam. Berhubung sudah meresap secara mendalam, sulit bagi kita untuk menjernihkan pikiran yang ternoda. Demikianlah pikiran yang ternoda.

Pikiran kita akan ternoda jika timbul pikiran yang tidak benar dan menyimpang. Saat pikiran kita menyimpang, niat jahat akan terus terbangkitkan. Akhirnya, pikiran yang menyimpang ini berubah menjadi sebutir benih karma buruk. Jadi, pikiran menyimpang bagaikan benih yang terpengaruh oleh kondisi luar.

Ketamakan akan terbangkitkan saat melihat kondisi luar yang bagus, seperti ketenaran, keuntungan, harta, dan rupa. Semua ini termasuk kondisi yang bagus. Makhluk awam memandang harta, rupa, ketenaran, dan keuntungan sebagai hal terbaik dan tujuan hidup. Akibat pengaruh kondisi luar ini, pikiran orang-orang mulai ternoda.

 

Kondisi luar ini bagaikan kondisi pendukung. Di mana ada benih, di situ ada kondisi pendukung. Harta, rupa, ketenaran, dan keuntungan merupakan kondisi yang menggoda pikiran kita. Jika kita terhanyut di dalamnya, lama-kelamaan, kita akan terbenam. Jadi, pikiran bisa ternoda oleh kondisi luar.

Karena itulah, kekayaan, rupa, ketenaran, dan makanan dapat membangkitkan ketamakan. Saat ketamakan seseorang terbangkitkan, baik ketamakan akan kekayaan maupun rupa, dia akan mudah menciptakan karma buruk akibat membunuh. Terlebih, akibat ketamakan akan makanan, manusia juga menciptakan banyak karma buruk. Beginilah karma buruk tercipta melalui tubuh.

Saat kita berada di tengah kondisi yang buruk, yakni segala sesuatu tidak sesuai keinginan, kebencian akan terbangkitkan. Saat kita berada di tengah kondisi yang tidak baik dan tidak buruk, yakni kondisi netral yang bebas dari godaan ketenaran dan keuntungan, kebodohan akan terbangkitkan.

Kebodohan ialah ketidaktahuan atau tidak memahami prinsip kebenaran sehingga tidak dapat membedakan baik dan buruk. Walaupun berada di tengah kondisi yang tidak baik dan tidak buruk, tetapi kebodohan itu tetap ada. Jadi, saat ada pengaruh kondisi luar, orang-orang akan mudah tergoda. Ini disebut kebodohan.

 

Saat kekayaan, nafsu keinginan, ketenaran, dan keuntungan datang menghampiri, pikiran yang penuh kebodohan akan mudah tergoda. Kebodohan ini layaknya wabah penyakit yang dapat menular dari satu orang pada banyak orang. Akibat virus yang mewabah belakangan ini, banyak orang merasa ketakutan dan mengkhawatirkan keselamatan diri.

Virus yang mewabah kali ini seperti wabah SARS pada waktu itu. Ini sangat mengkhawatirkan. Setiap dari kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi diri. Selain itu, orang-orang yang sepenuh hati melakukan penelitian mengenai wabah ini dan orang-orang yang melawan wabah ini di garis terdepan juga hendaknya dilindungi, dihormati, dan didukung.

Kita sungguh harus bersyukur kepada mereka yang berada di garis terdepan untuk mencegah penyebaran virus. Kita harus mengetahui kewajiban kita dan melindungi diri dari virus batin. Virus batin ialah noda batin. Noda batin berasal dari ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Ketamakan, kebencian, dan kebodohan berasal dari pikiran menyimpang. Jika pikiran kita menyimpang, kondisi luar dapat membuat pikiran kita ternoda dan noda ini akan meresap secara mendalam.

Peresapan juga berarti perendaman. Pikiran yang dipenuhi noda batin dan dikepung oleh kondisi luar bagaikan kain putih yang direndam di dalam tinta dalam waktu lama hingga akhirnya tintanya meresap. Saat pikiran menyimpang timbul, batin kita akan ternoda oleh kondisi luar, yakni ketenaran, keuntungan, dan kedudukan.

 

Kondisi yang dianggap makhluk awam sebagai kondisi yang paling menyenangkan ini dapat membangkitkan ketamakan, sedangkan kondisi yang tidak menyenangkan dapat membangkitkan kebencian sehingga orang-orang marah dan melakukan perbuatan yang tidak baik.

Di tengah kondisi yang tidak baik dan tidak buruk, orang-orang sering diselimuti kebodohan. Kebodohan berarti tidak memahami  prinsip kebenaran. Untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan stabil, kita harus melenyapkan kebodohan. Jika kita melenyapkan kebodohan, maka kita dapat mengendalikan kebencian Jika kita dapat mengendalikan kebencian, ketamakan juga akan lenyap.

Ketamakan, kebencian, dan kebodohan adalah tiga penyakit batin. Harap kalian semua dapat meningkatkan kewaspadaan. Kebodohan pada dasarnya bersifat netral. Pada dasarnya, orang yang diselimuti kebodohan tidak memiliki pendirian. Godaan kondisi luar bisa membuat mereka membangkitkan pikiran buruk dan melakukan hal yang tidak baik. Semuanya dipengaruhi oleh kondisi luar. Ini disebut kebodohan.

Jadi, kita harus bersungguh hati melenyapkan kebodohan. Jangan berkata, “Saya tidak tamak.”  “Saya tidak mudah marah.” “Dengan begitu, saya sudah melatih diri.” Saya ingin mengingatkan kalian bahwa tanpa kita sadari, kebodohan bisa terbangkitkan di tengah kondisi yang tidak baik dan tidak buruk. Tanpa kita sadari, kebodohan telah menciptakan noda batin. Jadi, harap kalian lebih bersungguh hati.

Waspada dalam mengantisipasi penyakit batin
Melenyapkan kebodohan, kebencian, dan ketamakan
Menunaikan kewajiban masing-masing dan senantiasa bersyukur
Saling mendukung untuk melalui masa sulit

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Januari 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 31 Januari 2020
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -