Ceramah Master Cheng Yen: Waspada terhadap Ketidakkekalan

Dalam hidup ini, kita hendaknya menunaikan kewajiban kita dan tidak perlu bertualang. Bertualang hanya akan mendatangkan penyesalan yang tidak dapat diperbaiki. Sungguh, melihat kecelakaan seperti ini, saya merasa sangat tidak tega. Kecelakaan ini seharusnya bisa dihindari, tetapi malah terjadi akibat tindakan manusia. Kita sungguh merasa tidak berdaya. Banyak orang yang melupakan banyak hal dengan cepat dan tidak bersikap waspada.

Apakah kalian masih ingat ledakan yang tiba-tiba terjadi pada malam tanggal 31 Juli menjelang tanggal 1 Agustus di Kaohsiung dua tahun yang lalu? Kita sungguh beruntung karena dampak yang ditimbulkan termasuk kecil. Sejak sekitar pukul 8 malam, sudah tercium aroma yang aneh. Beruntung, orang-orang meningkatkan kewaspadaan dan para petugas memblokade area tersebut.

Para petugas terus meningkatkan kewaspadaan dan mencari sumber dari aroma aneh tersebut. Orang-orang pun mulai meninggalkan area itu. Pada pukul 11.57 malam, tiba-tiba terjadi ledakan yang melukai para petugas yang sedang mencari sumber dari aroma aneh itu. Petugas pemadam kebakaran, polisi, dan personel militer, semuanya berada di sana. Mereka semua merupakan insan berbakat.

Pada musim dingin dua tahun yang lalu, saya pergi ke Kaohsiung dalam rangka Pemberkahan Akhir Tahun. Saya melihat para korban ledakan yang menderita luka bakar di sekujur tubuh mereka. Saat itu merupakan musim dingin. Melihat kondisi mereka, saya sungguh tidak tega. Mereka masih bisa mengenakan pakaian kompresi pada musim dingin. Namun, bagaimana saat musim panas tiba? Sejak saat itu, saya berharap kita dapat mengembangkan kain baru yang lebih tembus udara dan sejuk agar mereka tidak kepanasan. Saat itu, kita bekerja sama dengan Sunshine Social Welfare Foundation untuk mengembangkan pakaian kompresi yang lebih nyaman bagi para korban luka bakar. Kita dapat menumbuhkan kebijaksanaan lewat hal yang kita alami. Kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan para korban luka bakar.

Saat ada yang dilanda bencana dan mengalami penderitaan jiwa dan raga, kita berusaha untuk meringankan tekanan batin mereka dan mengembangkan pakaian kompresi yang lebih tembus udara dan lebih ringan bagi mereka. Ini semua membutuhkan kesungguhan hati. Pascaledakan kali itu, insan Tzu Chi mengunjungi warga setiap hari selama 40 hari lebih tanpa henti. Setiap hari, insan Tzu Chi berjalan di bawah terik matahari. Tidak peduli cuaca hujan maupun cerah, kita mengantarkan makanan hangat setiap hari karena banyak rumah yang aliran air dan listriknya belum dipulihkan.

Sebagian rumah juga terkena dampak ledakan sehingga aliran air dan listriknya terputus. Karena itu, insan Tzu Chi mengantarkan makanan hangat dan menghibur warga setiap hari. Sungguh, kehidupan manusia tidaklah kekal. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan setiap waktu. Berhubung hidup manusia penuh penderitaan, maka kita harus memperhatikan sesama dengan kekuatan cinta kasih. Kita bisa melihat relawan kita di Taitung masih mencurahkan perhatian.

Dua hari yang lalu, kita mengajak warga menghadiri acara doa bersama. Mereka menghadiri acara doa bersama sesuai komunitas masing-masing. Ini untuk menenangkan hati mereka dan membantu mereka menemukan arah tujuan hidup mereka. Wali kota dan ketua RT sangat bersyukur saat mereka membutuhkan bantuan, insan Tzu Chi segera muncul untuk membantu. Mereka juga tahu bahwa ada insan Tzu Chi yang terkena dampak bencana, tetapi mengesampingkan kepentingan pribadi dan turut menyalurkan bantuan bencana.

Pascatopan hingga kini, berapa banyak rumah yang kalian kunjungi? Entahlah, tidak terhitung. Kalian terus melakukan kunjungan? Ya, kita menanyai setiap orang yang ditemui.  Saat melihat ada rumah yang rusak, kita akan masuk ke dalamnya dan mengobrol dengan pemiliknya. Kita meminta mereka untuk melapangkan hati dan jangan terlalu khawatir. Kita juga menyemangati mereka. Ini adalah surat doa dari Master. Lapangkanlah hati Anda. Jika hati lapang, maka berkah pun datang.

Di Taimali,kita juga melihat seorang relawan Tzu Chi, Lin Yu-mei yang berusia 65 tahunyang merupakan penerima bantuan Tzu Chi. Seluruh tanamannya rusak akibat terjangan topan. Namun, dia tidak tenggelam dalam kesedihan. Dengan penuh senyuman, dia bergabung bersama relawan kita untuk melakukan survei. “Apakah Anda baik-baik saja? Bagian mana yang rusak? Saat ada waktu luang, saya akan datang untuk memperbaikinya, oke? Itu harus diperbaiki secara perlahan. Baik. Ini adalah surat untuk mendoakan Anda. Ini adalah angpau. Anda bisa menggunakannya untuk membeli makanan yang Anda inginkan. Kakek, Tzu Chi datang untuk memperhatikan Anda.”

Sesungguhnya, dia juga sangat menderita. Namun, demi menenangkan orang lain, dia mengembangkan welas asih dan kebijaksanaannya. Jadi, dengan mengubah pola pikir dan membangkitkan keberanian, dia juga bisa menolong orang lain. Benar, inilah kehidupan. Waktu terus berlalu. Apakah kita bisa terus mengingat penderitaan yang didatangkan oleh bencana? Apa sumber dari bencana-bencana yang mendatangkan penderitaan ini? Terdapat berbagai sumber.

Kita harus terus mencari sumber bencana. Contohnya ledakan pipa gas di sepanjang jalan di Kaohsiung. Pernahkah terpikir oleh kita bahwa kehidupan sehari-hari warga mungkin dipenuhi mara bahaya yang terkubur di bawah tanah? Pernahkah kita memikirkannya? Kehidupan manusia tidaklah kekal. Berhubung kehidupan manusia tidak kekal, pernahkah kita memikirkan apa yang harus segera dilakukan saat hidup kita aman dan tenteram? Kita harus menggenggam waktu untuk menciptakan hidup yang bernilai.

Mengenang ledakan pipa gas di Kaohsiung dan penghiburan relawan yang penuh cinta kasih

Mengembangkan kain baru yang tembus udara dan meringankan tekanan batin korban luka bakar

Mengubah pola pikir untuk menolong sesama dengan penuh welas asih dan kebijaksanaan

Mengadakan acara doa bersama untuk melewati masa-masa sulit

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 03 Agustus 2016

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -