Ceramah Master Cheng Yen: Yang Terindah di Dunia ialah Kehangatan Kasih Sayang
Kita bisa melihat di dataran tinggi di Yushu, Provinsi Qinghai, terjadi badai salju yang menimbulkan dampak serius. Kali ini, ada tiga relawan dari Xining yang bergerak untuk membantu. Perjalanan mereka penuh rintangan karena menempuh jalan pegunungan. Tempat tujuan mereka di ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.
Setelah tiba di dataran tinggi, mereka pertama-tama harus menghadapi cuaca yang sangat dingin. Di tempat yang begitu tinggi, perjalanan mereka sangat sulit, ditambah lagi cuaca begitu dingin. Selain itu, mereka juga takut ketinggian sehingga merasa sangat tidak nyaman, tetapi mereka tetap bertahan. Mereka bertahan, bersabar, dan mengatasi segala rintangan, termasuk kondisi lingkungan.
Ketiga relawan kita, yakni Qi Haiming, Tang Guoliang, dan Wang Yongan, sungguh merupakan Bodhisatwa yang sangat berdedikasi. Mereka menjangkau desa demi desa dan berkunjung dari rumah ke rumah. Saat melihat mereka, ada orang yang berkata, “Saya sepertinya mengenal kalian.” Namun, mereka menjawab, “Anda mengenal saya? Namun, saya tidak pernah kemari.”
Orang itu berkata, “Saya mengenali topi Anda.” Tzu Chi pertama kali pergi ke sana pada tahun 1996. Itu sudah 20 tahun lebih yang lalu. Saat itu, wilayah tersebut juga diterjang badai salju yang menimbulkan dampak serius. Itulah pertama kalinya kita menjangkau wilayah itu.
Kondisi bencana pada 23 tahun yang lalu lebih serius dari kali ini. Relawan kita berulang kali pergi ke sana untuk mengirimkan barang bantuan dan mengadakan pembagian bantuan. Surat pemberitahuan pembagian bantuan yang kita bagikan dengan penuh hormat masih disimpan oleh warga. Melihat ketiga relawan kita yang pergi ke sana sekarang, mereka teringat akan kondisi saat itu dan dengan antusias mengajak relawan kita bertamu ke rumah mereka.
Sesungguhnya, mereka telah pindah beberapa kali. Mata pencaharian mereka ialah beternak. Di mana ada air dan rumput, mereka akan pindah ke sana bersama kawanan kambing dan sapi mereka. Mereka terus berpindah-pindah. Namun, yang sangat menyentuh ialah mereka terus menyimpan surat pemberitahuan yang kita bagikan. Ada yang menyimpannya di altar, ada pula yang menyimpannya di brankas.
Saat menunjukkannya pada relawan kita, mereka berkata bahwa itu sangat berharga dan akan mereka wariskan kepada generasi penerus agar generasi penerus tahu bahwa mereka pernah mengalami bencana sebesar ini dan pascabencana, Tzu Chi membantu mereka dengan cinta kasih yang tulus. Karena adanya rasa syukur di dalam hati, banyak orang yang menyimpan surat pemberitahuan tersebut. Saya sungguh sangat tersentuh.
Orang-orang berkata bahwa kini, kebaikan yang pernah diterima setipis selembar kertas. Sebanyak apa pun yang kita berikan, orang yang menerimanya mungkin merasa bahwa itu sudah seharusnya. Karena itu, mereka dengan cepat melupakan kebaikan orang lain. Meski kita hanya sekali memberikan bantuan di Qinghai, tetapi warga setempat sangat tersentuh dan ingin mewariskan surat pemberitahuan kita pada generasi penerus.
Ada sebuah peribahasa yang berbunyi, “Mengingat kebaikan orang setinggi gunung.” Ini sesuai dengan kondisi di wilayah itu. Mereka selamanya mengingat bantuan yang pernah kita berikan. Saya sungguh merasa bahwa saya harus bersyukur pada mereka yang memiliki hati yang murni dan dapat memahami kehangatan kasih sayang di dunia.
Untuk penyaluran bantuan kali ini, relawan kita mulai melakukan persiapan. Ketiga Bodhisatwa ini kembali ke Xining beberapa hari yang lalu untuk melakukan persiapan dan membeli barang yang dibutuhkan. Mereka harus mengirimkan barang bantuan dari dataran rendah ke dataran tinggi, ini juga membutuhkan kerja keras. Mereka juga berinteraksi dengan warga dan terus bersumbangsih.
Mereka merupakan Bodhisatwa dunia yang sangat menyentuh. Mereka tidak tega melihat semua makhluk menderita dan tidak mengejar kebahagiaan pribadi. Berhubung tidak tega melihat semua makhluk menderita, mereka bisa mengatasi berbagai kesulitan dan bersedia bersumbangsih tanpa pamrih.
Warga Sichuan juga memandang penting bantuan yang pernah Tzu Chi berikan. Pada tahun 2008, Sichuan diguncang gempa besar. Ini terjadi pada 11 tahun yang lalu. Saat itu, insan Tzu Chi yang pergi ke sana tidak sedikit. Kita juga memberikan pengobatan gratis dan bantuan lainnya. Di sana, juga ada sekelompok lansia yang tidak lupa untuk membalas budi. Sejak 11 tahun yang lalu hingga kini, mereka tidak pernah melupakan kasih sayang Tzu Chi. Mereka terjun ke jalan besar dan kecil untuk melakukan daur ulang.
Selama belasan tahun ini, mereka membalas budi Tzu Chi dengan hati penuh rasa syukur. Mereka juga memahami pentingnya melindungi bumi. Meski sudah berusia lanjut, mereka bisa membina rasa syukur, berbagi tentang Tzu Chi dengan orang yang ditemui, dan merekrut donatur. Ini sangat mengagumkan dan merupakan keindahan di dunia ini.
Keindahan yang sesungguhnya di dunia ini ialah ketulusan kasih sayang dan partisipasi dalam perbuatan baik. Lakukan saja hal yang harus dilakukan. Mereka selalu menggenggam waktu. Ini sangat menyentuh.
Insan Tzu Chi terus bertahan tanpa rasa takut demi bersumbangsih
Menyurvei kondisi bencana dan meneruskan jalinan jodoh
Menjadikan surat pemberitahuan pembagian bantuan Tzu Chi sebagai warisan
Tidak melupakan kasih sayang insan Tzu Chi
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Maret 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Maret 2019