Giat Melatih Diri di Jalan Bodhisatwa
Setiap hari, melalui telekonferensi, semua insan Tzu Chi dari berbagai tempat di dunia berkumpul bersama untuk melatih diri dan mendengar Dharma yang sama. Ini sungguh patut disebut sebagai pertemuan para Bodhisatwa. Berbicara mengenai menghirup keharuman Dharma di pagi hari, belakangan ini saya terus merasa sepertinya saya sedikit memaksa setiap orang untuk mengikutinya. Tujuan saya adalah ingin menyemangati semua orang agar menyerap Dharma ke dalam hati.
Kalian menggunakan begitu banyak waktu dan tenaga untuk berdedikasi di Tzu Chi. Bagaimana saya membalas budi kalian? Saya hanya bisa membagikan Dharma kepada kalian. Jika kalian tidak menerima Dharma, itu artinya kalian tidak menerima hadiah yang saya berikan kepada kalian sehingga kalian tidak bisa mendapatkan apa-apa. Saya terus berkata kepada kalian bahwa sudah tidak ada waktu lagi. Itu karena masalah-masalah di dunia, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, membuat saya merasa terdesak setiap hari. Karena itu, saya terus merasa sudah tidak ada waktu lagi. Ada banyak masalah di dunia. Apakah kalian ada bersungguh hati memahami kondisi dunia sekarang?
Buddha membabarkan ajaran-Nya demi menolong semua makhluk. Setelah mencapai pencerahan, Buddha ingin berbagi dengan semua orang dan membimbing manusia agar menyadari kebenaran yang belum kita sadari dengan cara merasakan langsung segala hal yang berlaku di dunia. Karena itu, saya terus berharap semua orang bisa memahami Dharma. Dengan demikian, kita baru bisa mengetahui perasaan yang kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan Dharma yang mana dan Dharma mana yang dapat membimbing kita untuk memahami masalah-masalah di dunia. Jika kita ada memperhatikannya, maka kita akan dapat merasakannya. Setelah merasakannya, kita baru bisa menggunakan Dharma ini untuk mengubah kehidupan kita.
Ketika melakukan kekeliruan dalam hidup, kita tidak menyadarinya. Setelah mempelajari Dharma, kita akan menyadari kekeliruan kita dan tahu cara untuk mengubahnya. Selain itu, kita juga harus mengetahui Tiga Pencerahan dan Dua Keluhuran. Tiga Pencerahan adalah menyadarkan diri sendiri, menyadarkan orang lain, serta kesempurnaan dalam kesadaran dan praktik. Untuk mencerahkan diri sendiri, setelah mendengar Dharma, kita harus menyerapnya ke dalam hati dan menyinergikan Dharma ini dengan segala hal yang kita hadapi di dunia.
Jika tidak mendengar Dharma, kita tidak bisa memahami prinsip kebenaran sehingga tidak bisa hidup harmonis dengan sesama. Jika demikian, pikirkanlah, apakah kita bisa menyelesaikan masalah dengan sempurna? Jadi, agar bisa menghadapi setiap orang dan masalah dengan harmonis, kita harus terlebih dahulu memahami prinsip kebenaran. Inilah mencerahkan diri sendiri dan orang lain, serta sempurna dalam kesadaran dan praktik. Inilah yang disebut sempurna dalam kebenaran.
Dua Keluhuran adalah welas asih dan kebijaksanaan. Untuk memiliki hati yang penuh welas asih, kita harus kita harus berbuat kebajikan, menciptakan berkah, dan menjalin jodoh baik. Ini disebut keluhuran welas asih. Kita juga harus mengembangkan kebijaksanaan untuk mencapai pencerahan sempurna. Kita harus melakukan praktik nyata. Inilah Dua Keluhuran. Bodhisatwa sekalian, jika kita tidak membina welas asih dan kebijaksanaan dan tidak berpartisipasi langsung untuk terjun ke tengah masyarakat, maka menjadi relawan hanyalah sebuah nama. Kita sungguh harus memahami ajaran Buddha dan bersumbangsih hingga kebajikan kita diakui oleh orang lain. Jika hanya mementingkan tampak luar, kita akan seperti kiambang yang tidak memiliki akar. Jadi, kita melatih diri untuk diri sendiri, bukan demi orang lain.
Jika kita memiliki sifat luhur, maka saat terjun ke tengah masyarakat dan berbaur dengan sesama, kita akan diterima dan diakui oleh orang lain. Jika memiliki Dharma, kita akan dapat membangkitkan perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata dalam diri orang lain. Konfusius berkata, “Orang kaya menghias rumah, tetapi orang yang luhur memperkaya batin sendiri.” Ketika kita pergi ke rumah orang kaya, melalui dekorasi rumah mereka, kita bisa merasakan bahwa mereka adalah orang kaya. Kita juga bisa mengetahui apakah seseorang memiliki sifat luhur atau tidak. Ketika bersama dengan orang yang memiliki sifat luhur, dengan sendirinya kita akan merasa menghormati mereka karena sifat luhurnya dapat mengambil hati kita. Itu karena mereka benar-benar melatih diri, bukan berpura-pura atau hanya sekadar berbicara.
Intinya, dalam belajar Dharma, kita harus membina sifat luhur agar dapat membimbing orang lain. Tujuan kita mempelajari Dharma adalah untuk membimbing orang yang memiliki jalinan jodoh dengan kita. Bodhisatwa adalah orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Kita harus membina cinta kasih berkesadaran agar dapat membimbing orang-orang yang berjodoh dengan kita. Kalian jangan berpikir bahwa itu artinya kita hanya perlu membimbing teman dan anggota keluarga sendiri. Sesungguhnya, ada banyak orang yang berjodoh dengan kita termasuk orang yang belum mengenal kita. Meski tidak saling kenal, tetapi dia merasa senang saat melihat kita dan tertarik oleh sifat luhur kita sehingga merasa terinspirasi untuk berdedikasi di Tzu Chi.
Buddha membimbing orang yang berjodoh. Jika tidak menjalin jodoh baik dengan orang, maka kita akan selamanya menjalin jodoh buruk dengan semua makhluk. Di kehidupan ini, kita memiliki kesempatan untuk menjalin jodoh baik dengan orang lain. Dengan bergabung di keluarga besar Tzu Chi, kita memiliki kesempatan untuk menjalin jodoh baik dengan sesama dengan cara menceritakan Tzu Chi kepada setiap orang yang kita temui sehingga dengan sendirinya, orang itu akan terinspirasi. Jadi, asalkan memiliki niat, maka tiada hal yang tidak bisa dilakukan. Untuk membimbing orang lain, kita harus menjernihkan hati dan pikiran sendiri. Kita harus memiliki kepribadian yang baik seperti kepribadian Bodhisatwa. Karena itu, kita harus melatih diri.
Jika tidak mempelajari Dharma, kita tidak akan bisa menemukan jalan pelatihan diri. Untuk menemukan jalan pelatihan diri, kita harus terlebih dahulu meratakan jalan hidup kita. Kita harus terlebih dahulu membina kepribadian, baru bisa memasuki Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita harus memiliki batin yang cemerlang. Kita harus memahami Tiga Tahap Menuju Kebijaksanaan dan Empat Kebenaran Mulia. Tiga Tahap Menuju Kebijaksanaan meliputi mendengar, merenungkan, dan praktik. Setelah mendengar Dharma, kita harus merenungkannya dengan cermat dan melakukan praktik nyata.
Empat Kebenaran Mulia adalah penderitaan, sebab, akhir, dan jalan mengakhiri penderitaan. Kita dapat menemukan semua kebenaran ini di dalam kehidupan sehari-hari dan di tengah masyarakat. Ketika mendengar isi hati orang lain dengan sepenuh hati, kita akan menemukan Empat Kebenaran Mulia yang terkandung di dalamnya. Jadi, jika kita bisa lebih banyak memahami ajaran Buddha, maka tidak akan sulit bagi kita untuk membimbing sesama. Bodhisatwa sekalian, mempelajari ajaran Buddha kita sungguh tidak boleh asal-asalan mendengar atau kurang mendengar. Sebaliknya, kita harus mendengar atau hanya setengah-setengah. Kita harus tahu bahwa hanya dengan menyerap Dharma ke dalam hati dan giat menggarap lahan batin, kita baru bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan menemukan banyak makanan spiritual.
Untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, juga diperlukan gizi. Sama seperti tubuh manusia yang memerlukan gizi dan bahan pangan berlimpah agar tidak kelaparan, kita juga membutuhkan makanan spiritual, yakni Dharma yang memenuhi hati kita. Saat bertemu dengan berbagai jenis orang, kita harus menggunakan metode yang sesuai untuk membimbing mereka. Inilah yang disebut berjalan di Jalan Bodhisatwa dan mendapatkan banyak makanan spiritual. Dengan begitu, kita akan mendapat kebijaksanaan. Jika kita bisa menerima Dharma dan menumbuhkan kebijaksanaan, maka saat menghadapi orang, masalah, dan segala sesuatu di dunia, kita akan merasa tenang tanpa rasa takut dan kebimbangan sehingga kita bisa melangkah maju dengan mantap dalam pelatihan diri.
Semua Bodhisatwa berkumpul melalui telekonferensi
Menyerap Dharma ke dalam hati dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Memahami Tiga Tahap Menuju Kebijaksanaan dan Empat Kebenaran Mulia
Giat melatih diri dengan damai di jalan kesadaran
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita
Ditayangkan tanggal 19 Juli 2014.