Giat Membersihkan Batin dan Mendalami Sejarah Tzu Chi
Di dunia ini, kita bisa melihat banyak bencana yang terjadi. Di Jepang, terjangan topan Phanfone telah menimbulkan bencana yang sangat besar. Inilah ketidakkekalan dalam hidup. Dalam beberapa hari ini, selain dua topan yang menerjang Jepang, ada pula bencana gunung meletus. Terjangan topan membuat upaya penyelamatan korban letusan gunung menjadi semakin sulit. Regu penyelamat sungguh harus bekerja keras. Beberapa tahun ini, Jepang telah dilanda banyak bencana.
Di tengah bencana seperti ini, kita membutuhkan Bodhisatwa dunia yang penuh dengan cinta kasih. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan. Dalam melatih diri, kita harus membersihkan noda dan kegelapan batin sendiri agar dapat bebas dari ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Jika memiliki ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, maka sangat sulit bagi kita untuk menyerap ajaran Buddha ke dalam hati.
Ajaran pertama yang Buddha babarkan kepada kita adalah tentang penderitaan di dunia. Dengan sangat bersungguh hati, Buddha menjelaskan kepada kita mengapa kehidupan ini adalah penderitaan, Buddha menggunakan berbagai perumpamaan demi menyelamatkan batin manusia. Di dalam hati-Nya tidak ada ketamakan, hanya ada cinta kasih universal. Dengan cinta kasih universal yang tanpa pamrih, beliau terus datang ke dunia ini demi satu tujuan penting, yakni demi membimbing semua makhluk. Beliau tidak takut bekerja keras dan tidak gentar dalam menghadapi penderitaan. Inilah cinta kasih universal yang dimiliki Buddha. Beliau telah melenyapkan noda batin dan terus bersumbangsih bagi seluruh makhluk hidup. Beliau bebas dari ketamakan dan bisa bersumbangsih tanpa pamrih.
Setiap insan Tzu Chi juga hendaknya bersumbangsih tanpa pamrih. Selain itu, kita juga harus bersyukur kepada orang yang kita bantu. Kemarin, sekelompok relawan kita telah kembali dari Filipina. Mereka merupakan anggota Tzu Cheng dan komite yang pergi ke Filipina untuk mewariskan keterampilan. Pada November tahun lalu, terjangan Topan Haiyan membuat beberapa kota di Provinsi Leyte mengalami kerusakan yang sangat parah. Karena merasa tidak sampai hati, insan Tzu Chi segera berangkat ke sana serta bertekad untuk memulihkan wilayah bencana dan sendi kehidupan setempat.
Ini semua mereka lakukan dengan sepenuh hati. Tentu saja, begitu mendapat informasi ini, insan Tzu Chi dari negara lain juga segera bergerak untuk membantu. Insan Tzu Chi dari 12 negara juga berangsur-angsur berangkat ke sana. Tentu saja, insan Tzu Chi Taiwan juga terus mempersiapkan barang bantuan. Saat insan Tzu Chi di Filipina sibuk menyalurkan bantuan, insan Tzu Chi di Taiwan terus mempersiapkan barang bantuan. Inilah kekuatan cinta kasih.
Selain Tzu Chi, banyak organisasi kemanusiaan lain yang turut menyalurkan bantuan. Insan Tzu Chi membentangkan sepasang tangan mereka untuk merangkul dan menghibur para korban. Kita memberi penghiburan dan pendampingan kepada mereka dengan hati yang tulus. Kita juga menjalankan program bantuan agar mereka dapat makan setiap hari, agar mereka tidak hanya duduk termenung dan terus berkeluh kesah. Berkat cinta kasih yang berlimpah dan dukungan dari insan Tzu Chi, para warga bisa perlahan-lahan bangkit kembali.
Setiap hari, mereka bisa menerima dua kali lipat upah dari upah mereka biasanya. Inilah program bantuan lewat pemberian upah yang kita jalankan. Para warga merasa sangat gembira. Setelah hati merasa tenang, mereka pun bekerja lebih keras dari biasanya. Mereka merasa tersentuh oleh insan Tzu Chi dari Taiwan dan Manila yang tak memiliki hubungan darah dengan mereka, tetapi bersedia mendampingi mereka. Terlebih lagi, pada saat itu, begitu memasuki wilayah itu, kita langsung mencium aroma tidak sedap. Karena korban meninggal sangat banyak, aromanya sangat menyengat. Namun, insan Tzu Chi tidak merasa takut. Dengan sangat tulus dan penuh keberanian, mereka terus bersumbangsih di sana. Selama berbulan-bulan, bahkan setelah pembagian bantuan dana darurat berakhir, sebagian insan Tzu Chi Filipina masih tetap berada di sana. Mereka tidak pernah meninggalkan wilayah itu.
Kita bisa melihat perekonomian di sana mulai pulih. Kini kita tengah mendirikan material rumah rakitan yang telah dikirimkan ke sana. Insan Tzu Chi Taiwan juga ikut pergi ke sana. Saya berpesan kepada mereka untuk mewariskan keterampilan kepada warga setempat karena kita tak dapat terus mendampingi mereka hingga proyek perakitan rampung. Itu terlalu lama. Selain itu, kita juga ingin warga setempat ikut memikul tanggung jawab. Jika para korban bencana dapat merakit sendiri rumah mereka maka mereka akan lebih menghargai rumah baru tersebut. Karena itu, kita berharap warga setempat dapat turut berpartisipasi.
Selain mewariskan keterampilan, yang terpenting adalah insan Tzu Chi juga mewariskan budaya humanis. Dengan sangat harmonis dan gigih, insan Tzu Chi berusaha berbagi nilai budaya humanis agar para warga Filipina dapat mengubah gaya hidup dan dapat seperti insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih, tekun bekerja, dan tidak bermalas-malasan. Ini merupakan pendidikan yang luar biasa. Kemarin, beberapa relawan kita telah kembali dari Filipina. Saat berbagi tentang pengalaman di sana, kata pertama yang mereka ucapkan adalah terima kasih karena telah memberi mereka kesempatan untuk pergi ke Filipina.
Setiap orang sangat berhati tulus dan berinisiatif untuk membantu proyek perakitan rumah sementara itu. Saya tidak bisa menceritakannya satu per satu. Karena itu, saya berharap setiap orang dapat lebih sering menonton berita Da Ai TV dan mengunjungi websiteTzu Chi atau Da Ai TV untuk mengetahui lebih lanjut Kita perlu mengetahui sejarah Tzu Chi dan mengetahui kegiatan yang kita lakukan sekarang. Karena itu, saya berharap setiap orang dapat lebih memahami Tzu Chi. Semoga semangat Tzu Chi dapat semakin meluas di dunia, dapat menyucikan hati manusia, dan dapat menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa di dunia. Inilah misi setiap insan Tzu Chi.
Melenyapkan noda dan kegelapan batin
Bersumbangsih tanpa pamrih dan senantiasa bersyukur
Lokasi bencana di Filipina mulai pulih kembali
Menggunakan internet untuk memahami sejarah dan kegiatan Tzu Chi
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Oktober 2014