Giat Menciptakan Berkah, Melatih Sila, Samadhi, dan Kebijaksanaan

”Kadang kala, saat kita sungguh-sungguh membangun tekad dan ikrar agung, ketidakkekalan pun datang. Saya mendengar Master berkata bahwa beliau tidak memohon kesehatan, hanya berharap memiliki pikiran yang tajam. Perkataan Master menjadi kekuatan bagi saya untuk terus berdedikasi di Tzu Chi meski sedang sakit,” cerita Chen Yan-ping, relawan Tzu Chi. 

Hong Wei, seorang relawan Tzu Chi yang lain juga berkisah, “Karena selalu mendengar ceramah pagi, saya bebas dari kerisauan dan selalu merasa damai. Namun, saya menganggap kegiatan Tzu Chi sebagai sebuah rutinitas. Saya melakukannya hingga tidak lagi merasa antusias dan semangat. Kemudian, saya berpikir, “Tidak bisa seperti ini.” Suatu hari, saya mendengar Master berkata, “Jangan menganggap kegiatan Tzu Chi sebagai sebuah pekerjaan.” Perkataan Master menyadarkan saya. Karena itu, saya berpikir bahwa saya harus kembali pada semangat awal saya. Saya harus mendalami Dharma.” 

Begitu pula relawan Liu Ren-hua mengungkapkan, “Kali ini, setelah pulang ke Beijing, kami akan menggunakan air Dharma untuk membangun tim kami agar semakin teguh dan kokoh.” Mendengar mereka berbagi, saya merasa tersentuh. Mereka sangat bersungguh hati.

Kali ini, ada sekelompok peserta dari Filipina yang merupakan nyonya dari keluarga berada. Mereka memiliki pembantu di rumah. Namun, pada saat penyaluran bantuan pascatopan Haiyan, mereka mengajak seluruh anggota keluarga untuk ikut membantu. Ibu Guo-ying juga pergi ke lokasi bencana karena putra, menantu, putri, dan cucunya, semuanya terjun ke lokasi bencana. Karena itu, dia juga ikut ke lokasi bencana untuk membantu. 

Lihatlah, insan Tzu Chi di Filipina tidak hanya kaya materi, tetapi juga memiliki hati penuh cinta kasih. Melihat kontribusi mereka, saya sungguh merasa tersentuh. Sesungguhnya, lokasi bencana di Filipina bisa dibersihkan dengan begitu cepat berkat kerja keras Guo-ying. Kontribusinya sangat besar. Saya sangat berterima kasih karena dia telah membantu mengerahkan truk besar dan alat-alat berat yang begitu banyak dari luar pulau. Jika tidak, entah kapan baru lokasi bencana bisa dibersihkan. 

Selain itu, juga ada sekelompok besar relawan yang memimpin program bantuan lewat pemberian upah. Setiap hari, selain harus memimpin 20.000 hingga 30.000 orang partisipan yang membantu membersihkan lokasi bencana, kita juga menyiapkan makanan untuk mereka. Relawan Tzu Chi sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Ketika melihat ada orang yang menderita, mereka selalu berdedikasi dengan sepenuh hati. 


Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi dari beberapa provinsi di Tiongkok mewakili tim mereka untuk berbagi pengalaman. Semua itu sangat membuat orang tersentuh. Kita mendengar relawan Wei yang datang mengikuti pelatihan bersama dengan saudaranya. Kali ini, dia juga mengimbau semua orang agar lebih giat berdedikasi. Selain melakukan daur ulang dan berdedikasi di Tzu Chi, dia juga mengimbau para relawan untuk menghirup keharuman Dharma. Ya. Dalam perjalanan kali ini, saya mendengar para insan Tzu Chi dari seluruh dunia yang kembali ke Taiwan giat menghirup keharuman Dharma. Ini membuat saya merasa sangat tersentuh dan berterima kasih. 

Beberapa waktu lalu, insan Tzu Chi dari Liaoning dan Qingdao, Tiongkok juga menempuh perjalanan jauh untuk kembali ke Griya Jing Si. Mereka berkata kepada saya bahwa mereka juga mendengar ceramah pagi. Saya berkata kepada mereka, “Saya memberikan ceramah dengan menggunakan dialek Taiwan. Apakah kalian dapag mengerti?” Mereka menjawab, “Awalnya kami tidak mengerti.” Saya kembali bertanya, “Bagaimana dengan sekarang?” Mereka berkata, “Kami tidak mengerti dialek Taiwan yang diucapkan oleh orang lain.” Mereka hanya mengerti dialek Taiwan saya. Mereka berbagi ini dengan saya sebelum saya melakukan perjalanan. 

Saya merasa inilah kekuatan jalinan jodoh. Karena memiliki jalinan jodoh, kalian bisa memahami perkataan saya. Selain memahaminya, kalian juga harus menyerapnya dan menyimpannya di dalam hati. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, baru kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa orang yang berkata bahwa mereka akan mengikuti saya dari kehidupan ke kehidupan dan akan bervegetaris. 

Relawan Ye Liang-ping dalam sharingnya mengatakan, “Saya berikrar untuk bervegetaris dari kehidupan ke kehidupan. Namun, setelah mendengar Kakak Guo-qi berbagi, saya baru tahu bahwa untuk bervegetaris dari kehidupan ke kehidupan, kita juga harus membimbing semua makhluk agar pada kehidupan mendatang, kita bisa bervegetaris sejak dalam kandungan. Dengan begitu, baru kita bisa bervegetaris dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, saya akan berusaha mencapai tujuan ini.” 


Benar. Kita harus membina pola hidup sehat. Dalam kehidupan ini, jika kita mendengar Dharma dan menyerapnya ke dalam hati, maka pada kehidupan mendatang, saya yakin kebiasaan seperti ini akan terus mengikuti kita. Jadi, dalam melatih diri, kita harus bisa melatih ke dalam batin. Mengapa ada sebagian orang begitu lahir sudah sangat memiliki kebijaksanaan? 

Pagi ini, ada sekelompok Bodhisattva cilik yang berjalan masuk dengan rapi untuk berbagi dengan saya. Setiap anak membawa buku catatan. Begitu buku catatan mereka dibuka, saya melihat ada gambar dan tulisan. Anak sekecil mereka sudah bisa membuat catatan dengan begitu rapi. Selain itu, mereka juga melukis gambar yang menjelaskan tentang fase lahir, tua, sakit, dan mati. Untuk menjelaskan fase lahir, seorang anak menggambar seorang ibu hamil. Itu menjelaskan tentang fase lahir. Lalu, ada seorang bayi sedang menangis. Itulah fase lahir. Kemudian, fase tua, fase sakit, dan untuk fase mati, mereka menggambarkan seseorang yang tumbang. Salah seorang anak berkata bahwa dia ingin bervegetaris. 

Salah seorang Bodhisatwa cilik, Pan You-cheng berkata, “Bervegetaris bisa membuat kita sehat seperti sayur. Setelah sayur dipetik, ia akan tumbuh lagi dari dalam tanah. Jika kita membunuh hewan ternak, ia tidak bisa melompat-lompat lagi.” 

Anak itu masih sangat kecil. Namun, dia sudah sangat memahami isi Sutra Makna Tanpa Batas. Dia bisa memperagakan bahasa isyarat tangan dan bisa menyanyikan lagunya. Bukankah ini karena dia terlahir dengan membawa kebiasaan baik? Karena itu, kita harus mendengar Dharma. Lama-kelamaan, Dharma akan masuk ke batin kita. Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati. Setiap kali melihat Bodhisatwa cilik, saya sungguh menyayangi mereka dari lubuk hati. Mereka semua terasa begitu dekat dengan saya. Mereka memiliki hati yang murni dan tanpa noda. Mereka telah menyerap Dharma ke dalam hati. Anak-anak itu mendengar ceramah pagi setiap hari. 


Sekelompok Bodhisatwa cilik dari Taichung melihat di Da Ai TV bahwa Bodhisatwa cilik dari Tainan datang berbagi dengan saya kesan menghirup keharuman Dharma selama sebulan. Anak-anak dari Taichung itu berkata, “Anak-anak dari Tainan bisa melakukannya, kami juga bisa.” Anak-anak itu saling belajar dan menginspirasi teman seusia mereka. Mereka bisa menginspirasi anak-anak seumuran mereka. Jadi, di Taipei, Taichung, Tainan, dan Taidong terdapat Bodhisatwa cilik yang sangat menyerap Dharma ke dalam hati. 

Sungguh, kita harus menyakini kekuatan dari belajar Dharma. Kita harus menggenggam setiap momen dengan baik. Melakukan kebajikan adalah hal yang baik. Namun, jika tidak menyerap Dharma ke dalam hati, maka kita akan bingung dan tersesat. Hanya dengan mendengar Dharma, kita baru bisa melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan sehingga tidak akan melakukan kesalahan. Karena itu, kita harus menghirup keharuman Dharma. 

Intinya, empat puluh tahun pertama, saya mengimbau orang-orang untuk bersumbangsih bagi dunia. Setelah Tzu Chi berulang tahun yang ke-40, saya mulai mengimbau orang-orang agar menyerap Dharma ke dalam hati dan mempelajari ajaran Jing Si. Selama ini, kalian sangat tekun berdedikasi, bagaimana cara saya membalas budi kalian? Karena itu, saya berharap kalian bisa menerima Dharma. Meski harus bekerja keras, saya tetap merasa rela. Bodhisatwa sekalian, kalian semua dalah murid saya. Benar tidak? (Benar) Karena itu, hati guru dan murid harus menyatu. Menyatu dengan menggunakan apa? (Dharma) Benar. Kita harus menggunakan Dharma untuk menyatukan hati kita. Kalian mendengar Dharma dan saya membabarkan Dharma. Dengan begitu, baru hati kita akan bisa menyatu. Dengan demikian, selelah apa pun saya tetap rela.

 

Melihat orang yang kaya secara batin dan materi sangat tekun melatih diri

Bertekad menjalani pola hidup vegetaris dan berjalan di jalan yang benar

Bodhisatwa cilik menginspirasi teman seusia mereka

Melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan agar tidak kehilangan arah

 

Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Juni 2014

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -