Giat Mendengar Dharma dan Menyatu dengan Hati Buddha
Begitu tiba di sini, saya langsung merasakan suasana penuh sukacita seperti Tahun Baru Imlek. Saya bisa melihat catatan kalian saat mendengar ceramah pagi saya. Dari sini terlihat bahwa tidak ada jarak di antara kita. Hati kita sangatlah dekat. Kalian mendengar ceramah saya dan mempraktikkannya dalam Jalan Bodhisatwa. Ini semua sungguh pantas dipuji. Setelah saya masuk ke sini, ada relawan membawa saya berkeliling. Dia berkata, “Master, di sini ada catatan anak-anak saat mendengar ceramah pagi Master.” Saat saya membuka catatan-catatan tersebut, saya melihat tulisan yang sangat rapi. Anak-anak kecil itu tidak hanya mencatat dengan tulisan yang rapi, mereka juga membuat gambar tentang kisah yang saya ceritakan. Jadi, setiap gambar memiliki kisah yang penuh makna.
Tadi pagi, ada dua relawan cilik yang datang menemui saya. Saya berkata, “Kemarin saya melihat buku catatan anak-anak. Apakah kalian juga membuat catatan?” Mereka menjawab, “Ya.” Saya berkata, “Yang mana? Bawa ke sini dan tunjukkan kepada Kakek Guru.” Dua kakak beradik itu segera pergi mengambilnya. Setelah mereka membawakannya, saya pun membukanya dan melihat ada gambar dan tulisan di dalamnya. Mereka membuat catatan dengan sangat baik. Saya lalu menguji mereka dengan menanyakan makna dari catatan mereka di halaman tertentu.
Master Cheng Yen bertanya, “Gambar apa ini?” Anak itu menjawab, “Mereka adalah makhluk di surga yang sangat gembira. Berada di surga sangat gembira, tetapi mereka tidak dapat mendengar Dharma. Karena itu, kita yang berada di alam manusia ini harus memanfaatkan waktu untuk lebih banyak mendengar Dharma”
Ada seorang nenek dan cucunya yang berikrar di hadapan Buddha bahwa mereka akan bervegetaris. Akan tetapi, sang nenek tidak dapat menahan nafsu makan dan memakan mi daging sapi. “Ada nenek seperti ini?” tanya Master. “Ada. Kakek Guru yang menceritakannya,” jawab si anak. Sang cucu lalu berkata kepada neneknya, “Tadi nenek makan daging,sekarang nenek harus bertobat. Nenek telah berbohong kepada Buddha.” Sejak saat itu, sang nenek dan cucunya terus melakukan daur ulang dan mendengar Dharma. Jadi, sang nenek benar-benar sudah bertobat. Inilah sifat hakiki anak-anak yang murni.
Melihat catatan anak-anak ini, saya sangat tercengang. Tentu saja, catatan orang dewasa juga sangat menggugah hati. Saya dapat merasakan keteguhan tekad para relawan kita. Meski adakalanya merasa lelah, tetapi para relawan kita selalu sepenuh hati mendengar ceramah pagi. Catatan yang mereka buat juga sangat rapi. Contohnya, di Taoyuan ada seorang relawan yang membuat catatan dengan tulisan yang sangat kecil dan rapi. Saya bertanya padanya, “Saya berbicara dengan sangat cepat. Bagaimana kamu bisa membuat catatan dengan begitu rapi?” Lalu, dia mengeluarkan setumpuk kertas dari tasnya. Dia berkata, “Setiap hari, saya menyobek kertas kalender dan menggunakannya untuk membuat catatan.” Setelah pulang ke rumah, dia menyalin catatan dari kertas kalender ke buku catatannya dengan tulisan yang sangat kecil dan rapi.
Tulisannya lebih kecil dari semut. Saya bertanya, “Sudah berapa lama kamu membuat catatan?” Dia menjawab, “Sudah tujuh atau delapan tahun.” Lihatlah, sebelum saya mengatakan bahwa saya ingin membaca catatan para relawan, dia sudah mulai membuat catatan saat mendengar ceramah pagi saya. Ada pula relawan daur ulang di Taoyuan yang membuat catatan dengan kertas daur ulang. Dia memotong kertasnya dengan sangat rapi dan menggunakan halaman yang masih kosong untuk membuat catatan. Saat saya berkata ingin melihat catatan para relawan,dia merasa bahwa tulisannya tidak cukup bagus untuk diperlihatkan kepada saya. Seorang relawan lain berkata padanya, “Anda memiliki waktu untuk mendengar Dharma,tetapi saya tidak. Bagaimana kalau saya membantu Anda menyalin catatan?” Jadi, satu orang membuat catatan saat mendengar Dharma dan yang lainnya merapikan dan menyalinnya ke dalam buku.Jadi, satu orang yang mendengar Dharma, dua orang yang memperoleh manfaat.
Selain itu, juga ada seorang anak berusia 2 tahun lebih yang telah mendengar ceramah pagi saya selama setahun tanpa melewatkan satu hari pun. Hari itu, kakek dan neneknya membawanya untuk bertemu dengan saya. Dia duduk dengan sangat tenang dan mendengar semua orang berbagi pengalaman mereka. Saya berkata kepada kakek dan neneknya bahwa pikiran anak-anak sangat murni dan bersih. Kita harus menyediakan sebuah lingkungan yang baik untuknya. Jika tidak, seiring pertumbuhannya, dia mungkin akan terpengaruh oleh lingkungan, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun sekolah. Pikiran murni anak-anak mungkin akan tercemar. Jika pelatihan kita belum cukup mendalam, kita juga akan mudah terpengaruh. Karena itu, kita harus menciptakan lingkungan yang baik.
Di lingkungan Tzu Chi, semua orang saling menyemangati dan berinteraksi dengan kasih sayang yang tulus. Untuk meyakini dan memahami Dharma, kita harus berusaha menyelaminya. Karena itu, setiap orang harus mendengar ceramah pagi dengan sepenuh hati. Kalian harus mendengar ceramah pagi, ya. Bodhisatwa sekalian, tidak mudah untuk terlahir sebagai manusia dan tidak mudah untuk mengenal ajaran Buddha. Yang lebih tidak mudah adalah berkesempatan untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.
Bodhisatwa sekalian, kita semua memiliki tekad yang sama, yakni bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Bahkan saudara kandung sekalipun, belum tentu bisa sejalan. Ada yang berjalan di jalan yang baik. Ada yang meski tidak berbuat jahat, tetapi juga tidak berbuat baik. Ada pula yang menjerumuskan diri ke jalan yang tidak baik. Jalan yang dipilih setiap orang berbeda-beda. Namun, di Tzu Chi, semua relawan saling mendukung untuk bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya berharap setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa. Saya sangat mengharapkan hal ini.
Dalam kehidupan ini, satu-satunya harapan saya adalah menyucikan hati manusia dengan membabarkan Dharma agar meresap ke dalam hati setiap orang. Ini adalah harapan terbesar saya. Jadi, kalian harus menjadikan tekad saya sebagai tekad kalian. Kita harus bersama-sama menjadikan hati Buddha sebagai hati kita.
Setiap hari, saya bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya memiliki hati Buddha hari ini?” Jangan pernah kita menjauh dari hati Buddha. Jika menjauh dari hati Buddha, berarti kita meninggalkan kesadaran dan menyatu dengan noda batin. Jika kita menjauh dari hati Buddha, maka noda batin akan menghampiri kita. Karena itu, janganlah kita meninggalkan kesadaran dan menyatu dengan noda batin. Sebaliknya, kita harus meninggalkan noda batin dan menyatu dengan kesadaran. Dengan meninggalkan noda batin, berarti kita menyatu dengan hati Buddha yang penuh kesadaran, murni, dan bersih. Memiliki hati yang penuh cinta kasih dan welas asih terhadap semua makhlukberarti memiliki hati Buddha.
Giat mendengar ceramah pagi Master setiap hari
Menguji anak-anak tentang gambar dan tulisan di dalam catatan mereka
Memahami Empat Kebenaran Mulia dan bersama-sama menciptakan karma baik
Meninggalkan noda batin dan menyatu dengan kesadaran
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Januari 2015