Hati Nurani dan Kebajikan Merupakan Fondasi Sebuah Negara
Lihatlah bencana berwujud yang terjadi di dunia. Wilayah barat laut di Brasil diguyur hujan lebat yang menyebabkan banjir, sedangkan di wilayah selatan Brasil, terjadi kekeringan terparah selama 85 tahun terakhir. Selain itu, di bagian selatan Amerika Serikat terjadi kebakaran hutan, sedangkan di bagian timur laut terjadi bencana akibat es yang mencair.
Di Taiwan, yang paling mengkhawatirkan sekarang adalah volume air di waduk yang terus berkurang. Semua ini adalah bencana berwujud di dunia. Kita jangan membiarkan bencana melanda batin kita. Kita harus selalu menyelaraskan pikiran memahami kebenaran, dan membasahi ladang batin dengan air Dharma agar jiwa kebijaksanaan bisa bertumbuh.
Setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan menyelaraskan pikiran agar masyarakat bisa damai dan tenteram. Untuk bersama-sama melewati bencana di luar, ketulusan di dalam hati sangatlah penting. Saat dunia ini dipenuhi cinta kasih, maka pikiran kita akan terasa damai.
Saya juga melihat relawan Tzu Chi di Dominika yang secara berkala berkunjung ke wilayah pedesaan. Berhubung banyak orang di wilayah pedalaman yang hidup kurang mampu, maka relawan Tzu Chi selalu pergi untuk memberi bantuan materi secara rutin. Inilah kekuatan cinta kasih. Meski para warga di sana tak memiliki hubungan keluarga dengan kita, tetapi relawan Tzu Chi tetap tak gentar mencurahkan cinta kasih. Meski harus menempuh perjalanan yang jauh, mereka tetap mencurahkan cinta kasih yang sangat tulus di wilayah pegunungan ataupun pedesaan.
Saya berharap warga Taiwan bisa memiliki keyakinan terhadap Tzu Chi. Saya tak berani mengatakan bahwa Tzu Chi sangat sempurna, tetapi Tzu Chi telah berusaha segenap hati dan tenaga untuk bersumbangsih bagi Taiwan selama hampir 50 tahun. Saya selalu merasa bersyukur karena kita harus memegang semangat Buddhisme. Setiap kali, jika ada orang bercerita kepada saya tentang masalah keluarga mereka ataupun masalah yang tengah mereka hadapi, saya selalu mengingatkan mereka untuk menghadapinya dengan hati penuh rasa syukur.
Pada kehidupan di dunia ini, kita harus lebih banyak menjalin jodoh baik. Janganlah kita bertikai dengan sesama. Kita harus mempraktikkan Enam Paramita, yakni yang pertama adalah berdana. Kita harus giat bersumbangsih. Selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga harus berterima kasih kepada penerima bantuan.
Selain membangun sekolah, kita juga segera meminjam lahan untuk membangun rumah rakitan sementara. Inilah yang kita lakukan untuk menenangkan fisik dan batin para warga agar semangat hidup mereka bisa segera pulih. Dalam waktu kurang dari 3 tahun, warga yang tinggal di rumah rakitan sementara mulai perlahan-lahan pindah ke rumah mereka masing-masing. Setelah itu, kita mulai membongkar konblok dan bahan material rumah rakitan agar bisa digunakan lagi di tempat lain. Inilah yang kita lakukan pada saat itu.
Saat terjadi bencana, kita berusaha semaksimal mungkin untuk menenangkan fisik dan batin setiap orang agar mereka bisa membangun kembali karier mereka. Setelah rumah rakitan sementara dibongkar, kita membersihkan lahannya dan mengembalikannya kepada pemiliknya. Itulah bantuan jangka panjang yang kita berikan pascagempa itu. Mungkin banyak orang sudah melupakannya.
Saat terjadi Topan Morakot, insan Tzu Chi dari seluruh Taiwan juga bergerak menuju lokasi bencana. Lebih dari 100.000 relawan bergerak untuk membantu membersihkan lokasi bencana. Selain itu, kita juga menggerakkan banyak alat berat untuk membantu proses pembersihan di wilayah selatan Taiwan. Selain itu, kita juga berusaha membantu orang-orang di wilayah pegunungan yang kehilangan rumah mereka agar memiliki tempat tinggal yang aman. Kita membangun sebuah perumahan dalam waktu 88 hari dengan harapan para warga dapat menempati rumah baru sebelum Tahun Baru Imlek.
Bodhisatwa sekalian, jika diulas kembali, sungguh panjang ceritanya. Itulah sumbangsih yang dilakukan oleh insan Tzu Chi untuk Taiwan. Saya berharap setiap orang bisa menenangkan hati untuk merenungkannya. Segala pencapaian kita bisa terwujud bukan hanya mengandalkan sepasang tangan dari setiap relawan Tzu Chi, melainkan berkat himpunan kekuatan cinta kasih, dana, dan tenaga dari banyak orang. Jika tidak, bagaimana Tzu Chi dapat mengemban misi?
Tahun lalu, saat jatuhnya pesawat TransAsia Airways di Penghu dan terjadi ledakan pipa gas di Kaohsiung, kita bisa melihat relawan Tzu Chi terus memberi pendampingan selama sebulan lebih. Tidak lama ini, sebuah pesawat TransAsia Airways kembali jatuh di sebuah sungai di Taipei. Di tengah cuaca yang demikian dingin, insan Tzu Chi mendampingi anggota tim penyelamat selama sembilan hari untuk menyiapkan segala barang kebutuhan.
Melihat setiap orang saling bekerja sama dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih, saya sungguh merasa bersyukur. Hati nurani dan kebajikan manusia merupakan fondasi kekuatan sebuah negara, landasan untuk keharmonisan masyarakat, dan sumber kebahagiaan bagi dunia.
Saya sangat berterima kasih atas saran dari berbagai pihak untuk Tzu Chi. Saya sungguh berterima kasih atas semuanya. Namun, kita tetap harus menjaga pikiran dengan baik agar tidak terjadi ketidakharmonisan di Taiwan. Inilah harapan saya yang terbesar. Ini juga merupakan doa dan harapan saya untuk semua orang di Taiwan.
Ketidakselarasan empat unsur alam menjadi peringatan bagi orang-orang
Hemat dalam penggunaan air untuk menghadapi masa-masa sulit
Membangkitkan cinta kasih universal untuk menolong orang yang menderita
Menjaga pikiran dengan baik agar keharmonisan masyarakat bisa tercipta
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Maret 2015