Insan Tzu Chi dari Berbagai Suku Giat Melatih Diri
“Saya akan mengarungi gunung yang tinggi dan hutan yang gela karena saya akan selamanya berjalan mengikutimu, saya akan mengikuti langkah Master yang saya kasihi untuk menapaki jalan Tzu Chi. Master, kami mengasihi Master. Selamat Tahun Baru Imlek. Semoga Master sehat selalu dan senantiasa membabarkan Dharma. Master berkata kepada para relawan bahwa ‘kita akan bertemu di Taiwan’,’” ucap relawan Afrika dalam nyanyian.
Para Bodhisatwa berkulit hitam di Afrika senantiasa bertekad untuk mengikuti langkah saya. Dengan tekad seperti ini, saya yakin dari kehidupan ke kehidupan, mereka pasti akan terus bersama dengan saya. Saya tidak akan berpisah dengan mereka. Saya selalu memuji mereka. Melihat mereka, hati saya dipenuhi sukacita. Ini karena mereka telah mengatasi berbagai kesulitan dan membangkitkan kekayaan batin. Mereka tidak karena hidup kekurangan, lantas hanya mengharapkan bantuan. Sebaliknya, mereka juga dapat menolong sesama. Mereka mengenal rasa puas dan mampu bersyukur.
Relawan Mei-juan dengan sepenuh hati membimbing mereka agar bisa menolong sesama. Selama beberapa tahun ini, beras dari Taiwan yang kita kirimkan ke sana tidak hanya mereka konsumsi sendiri. Mereka juga membagikannya kepada orang yang membutuhkan. Karena itu, mereka merasa sangat gembira. Lihatlah, mereka begitu bahagia. Bagaimana bisa saya tidak mengasihi para relawan kita yang senantiasa bersyukur dan mengenal rasa puas ini? Selain mengenal rasa puas dan bersyukur, mereka juga penuh pengertian dan berlapang dada. Mereka dapat bekerja sama dengan harmonis. Jika tidak penuh pengertian dan berlapang dada, bagaimana bisa tercipta kekuatan sebesar ini? Ini semua karena mereka telah menyerap ajaran saya. Meski mereka tidak mengerti bahasa saya, tetapi dengan adanya terjemahan bahasa Inggris, relawan setempat yang mengerti bahasa Inggris dapat memahami ajaran saya dan mendapatkan manfaat.
Terlebih lagi, kemarin saya mendengar bahwa ada banyak orang yang mendengar ceramah pagi. Cuaca di wilayah timur AS sangat dingin dengan guyuran salju lebat. Salah seorang relawan kita, Su-zhen, datang lebih awal dari relawan lain untuk membersihkan salju yang menumpuk di jalan agar orang-orang dapat berjalan dengan aman. Saya memiliki banyak murid warga Tionghoa di Amerika Serikat. Meski hidup sangat berada, mereka tetap tekun dan bersemangat. Ada ungkapan berbunyi, “Sulit bagi orang berada untuk melatih diri.” Namun, asalkan ada tekad, tidak ada yang sulit. Meski turun salju lebat dan harus bangun pagi-pagi, mereka tetap giat melatih diri. Di tengah cuaca yang begitu dingin dan badai salju, mereka tetap giat mendengar ceramah pagi.
Kemarin, saya melihat seorang anak di Chicago yang sangat menggemaskan. “Kakek Guru yang saya kasihi, saya sangat merindukan Kakek Guru. Saya mendengar ceramah pagi setiap minggu. Setelah mengikuti ceramah pagi, saya menjadi anak yang sangat patuh,” ucapnya. Ini karena saya menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian. Kakek Guru, kini saya sedang mengikuti pelatihan Tzu Cheng. Anak itu telah mendengar ceramah pagi dan menjadi relawan selama lebih dari 600 jam. Dia juga mengikuti pelatihan Tzu Cheng. Usai menjalani pelatihan, dia akan menjadi anggota Tzu Cheng yang termuda di seluruh dunia. Dia juga akan dilantik seperti kalian.
Saya juga melihat seorang biarawati dari Australia. Saya sudah bertahun-tahun tidak melihatnya. Beliau masih terlihat sehat dan sangat gembira. Dahulu, setiap tahun beliau pasti berkunjung dan tinggal selama beberapa hari di Griya Jing Si. Kami sudah beberapa tahun tidak bertemu. Kabarnya, kini kesehatannya kurang baik. Namun, saat saya melihatnya, meski terlihat agak kurus dan tua, dia masih sangat bersemangat dan gembira.
Selain itu, saya juga melihat wali kota Ipswich yang juga merupakan murid saya. Saya juga melihat ketua Tzu Chi Australia, Relawan Kan. Sebelum mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek, dia tahu bahwa saya mengkhawatirkan tentang siklon tropis yang baru saja menerjang Australia. Karena tidak ingin saya khawatir, dia terlebih dahulu melaporkan kondisi di sana dan mengabarkan bahwa semua relawan selamat. Semua insan Tzu Chi selamat. Saya juga berkata padanya bahwa setelah terjangan siklon tropis berlalu dan jalan bisa dilalui, insan Tzu Chi setempat harus memperhatikan dan menyurvei daerah yang terkena dampak. Tentu saja, kita berharap semuanya selamat.
Kemarin, Kepala RS Li dari RS Fuding memimpin para relawan dan dokter untuk mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek. Hati mereka dipenuhi rasa syukur dan cinta kasih. Sebelum dan sesudah Tahun Baru Imlek, mereka mengunjungi para pasien di kamar pasien untuk memberikan penghiburan dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih.
Pelayanan RS Fuding juga sama seperti RS Tzu Chi di Taiwan yang menghormati kehidupan, melindungi kehidupan, dan melindungi cinta kasih. Mereka telah melakukannya. Saya juga melihat laporan berita Da Ai TV. Para staf medis RS Tzu Chi bekerja keras untuk melindungi kehidupan. Saat orang-orang tengah melewati Tahun Baru Imlek, para staf medis kita tidak libur. Mereka mempersembahkan waktu mereka untuk para pasien. Karena itulah, saya sering berkata bahwa para staf medis mendedikasikan kehidupan mereka untuk menyelamatkan kehidupan orang lain.
Menjelang Tahun Baru Imlek, banyak dokter dan relawan kita yang kembali ke Griya Jing Si untuk mendirikan posko pelayanan medis. Mereka ingin melindungi kesehatan orang-orang yang berkunjung ke Griya Jing Si dalam rangka Tahun Baru Imlek. Mereka juga memberikan penyuluhan kesehatan. Mereka menjelaskan kepada orang-orang bagaimana mencegah penuaan, bagaimana tanda-tanda demensia, bagaimana menjaga kesehatan, dan lain-lain.
Dua hari yang lalu, saya berjalan mengelilingi Lorong Budaya. Saya melihat banyak cinta kasih di sana. Singkat kata, para dokter kita telah mengerahkan kekuatan untuk melindungi kehidupan, melindungi kesehatan, dan melindungi cinta kasih. Kita juga berusaha memanfaatkan kesempatan untuk membina jiwa kebijaksaan setiap orang. Begitu ada kesempatan, kita harus membimbing sesame agar hati mereka dapat menyerap Dharma yang penuh budaya humanis ini. Kekuatan cinta kasih ini sungguh membuat orang tersentuh.
Melihat Bodhisatwa berkulit hitam di Afrika
Mengulurkan tangan untuk menolong sesame karena mengenal rasa puas
Bodhisatwa lansia dan muda tekun dan bersemangat untuk melatih diri
Melindungi kesehatan semua makhluk dan menyebarkan kasih sayang yang tulus
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 22 Februari 2015