Kehangatan Perhatian Pada Perayaan Festival Perahu Naga


Kita telah menyaksikan tim medis di berbagai RS Tzu Chi kita merayakan Festival Perahu Naga. Meski berada di rumah sakit, tetapi suasananya penuh kehangatan. Hari ini adalah hari perayaan Festival Perahu Naga. Dahulu, saat saya masih kecil, Festival Perahu Naga selalu dirayakan dengan sangat meriah. Namun, juga ada banyak pantangan. Sesuai dengan tradisi, kami akan pergi memotong daun Artemisia untuk mengadakan berbagai ritual di siang harinya. Setiap keluarga juga harus menancapkan seikat daun Artemisia di depan pintu rumah. Semua tradisi itu ada asal usulnya. Namun, sebagian besar orang zaman sekarang tinggal di gedung bertingkat, di mana mereka harus menancapkan daun Artemisia? Karena itu, banyak tradis yang secara perlahan-lahan mulai pudar.

Kini, insan Tzu Chi memanfaatkan kesempatan ini untuk membimbing masyarakat. Baik di rumah sakit maupun di komunitas setempat, insan Tzu Chi merangkul semua orang untuk menjalin jodoh baik dengan sesama. Mereka mengajak warga di komunitas untuk membuat bacang bersama-sama. Membuat bacang bersama-sama juga merupakan salah satu cara untuk membangun rasa persaudaraan.

Kita bisa melihat dr. Chao juga berkunjung ke rumah pasien dengan penuh kehangatan. Lihatlah salah seorang pasiennya yang tangannya berubah bentuk karena menderita asam urat. Melihat hal itu, dr. Chao pun membangkitkan ikrar luhur. Dokter Chao You-cheng (Kepala RS Tzu Chi Taipei) berkata, “Saat itu, saya berikrar bahwa jika di dunia ini ditemukan obat baru, saya akan membantunya untuk mencarinya. Saya sangat bersyukur karena akhirnya ditemukan jenis obat baru untuk mengobati asam urat. Hari ini, saya khusus datang untuk mengantarkan obatnya sekaligus membawa sedikit bingkisan untuk mendoakan kesehatannya pada hari Festival Perahu Naga ini.” Setelah jenis obat baru ditemukan, dia segera menepati janjinya dengan mengantarkan obat baru itu beserta bacang dan apel kepada keluarga pasien tersebut. Dokter Chao mengantarkan cinta kasih dan obat-obatan kepada pasien yang menderita. Pasiennya, Bapak Tu berkata, “Saya berterima kasih kepadanya karena sering datang menjenguk saya dan memperhatikan saya. Saya sangat tersentuh.”

Kita juga melihat dr. Huang. Dokter Chao dan dr. Huang secara terpisah melakukan kunjungan ke wilayah yang berbeda untuk mengungkapkan rasa hormat dan perhatian mereka terhadap para warga. Semua ini sungguh penuh kehangatan. Mereka adalah guru yang tak diundang yang berinisiatif mengantarkan cinta kasih kepada orang-orang yang membutuhkan. Dokter Chien di Taichung juga membagikan bacang yang dia buat sendiri. Pasiennya bertanya, “Bacangnya kalian buat sendiri?” Dokter Chien segera menjawab, “Ya. Ia tak terlihat cantik, tetapi rasanya sangat enak. Ini adalah makanan sehat. Jadi, Anda juga bisa memakannya.”

Mereka begitu perhatian. Berhubung kandungan kalori beras ketan lebih tinggi, ada beberapa pasien yang tidak bisa mengonsumsinya. Namun, agar para pasien ini juga bisa menikmati bacang, mereka menggunakan beras yang lebih sehat seperti beras indica, beras japonica, atau beras merah untuk membuat bacang. Mereka sangat bersungguh hati. Mereka mencurahkan perhatian dengan mengantarkan bacang ke rumah pasien. Melihat tayangan tersebut, saya merasa sangat tersentuh.

Begitu pula dengan para staf di RS Tzu Chi Dalin. Para staf di sana bersama-sama membuat kantong wewangian. Ini merupakan cara yang baik untuk membina rasa persaudaraan. Setiap jahitan itu merupakan ungkapan cinta kasih yang tulus dari mereka semua. “Bacang” itu tidak bisa dimakan, tetapi ia beraroma wangi. Kantong wewangian itu dibuat berbentuk seperti bacang. Setiap kantong itu dipenuhi oleh cinta kasih. RS Tzu Chi Hualien juga melakukan hal yang sama.

Sejak lima hari lalu, kita sudah mulai membagikan bacang kepada para lansia di panti jompo setempat. Bacang yang dibuat di Griya Jing Si itu telah dibagikan oleh para relawan ke panti jompo setempat. “Selamat hari Festival Perahu Naga. Para bhiksuni di Griya Jing Si secara khusus membuat bacang ini untuk berbagi dengan kita semua. Bacang yang mereka buat sangat empuk dan mudah dicerna. Kami berharap kalian juga bisa merayakan festival ini. Jadi, hari ini, kami khusus datang kemari untuk membagikan bacang-bacang ini.,” ujar Yan Hui-mei relawan yang mengantar bacang tersebut.

Dunia yang penuh kehangatan sungguh indah dan sangat membuat orang tersentuh. Kita berusaha untuk mencurahkan cinta kasih dan perhatian kepada setiap organisasi. Di Perumahan Cinta Kasih Changjhih di Pingtung dan Perumahan Cinta Kasih Shanlin di Kaohsiung, para warga suku asli menggunakan keterampilan mereka untuk membuat kantong wewangian. Singkat kata, insan Tzu Chi Taiwan dan luar Taiwan bersama-sama bergerak untuk mengantarkan cinta kasih pada hari Festival Perahu Naga. Ada orang yang berpartisipasi dalam perlombaan perahu naga, ada pula orang yang berbagi cinta kasih. Di Amerika Serikat juga diadakan berbagai kegiatan yang penuh semangat cinta kasih. Begitu pula di Australia. Intinya, di mana ada etnis Tionghoa, maka di sana akan ada perayaan Festival Perahu Naga sehingga para etnis Tionghoa bisa memahami makna di balik tradisi dan budaya mereka.

Sungguh, kita bisa melihat dunia yang penuh dengan kehangatan. Kita harus memanfaatkan kesempatan dalam festival ini untuk berkumpul bersama dan membangkitkan cinta kasih semua orang. Kebenaran hidup yang tak berwujud dapat kita wujudkan lewat tindakan nyata untuk menyucikan hati umat manusia. Kita bisa mengantarkan cinta kasih yang penuh kehangatan ke setiap rumah agar semua orang bisa mencium keharuman bacang. Ini sungguh penuh kehangatan.

Namun, kita juga mendengar kisah seorang nenek berusia 70 tahun di Zhejiang, Tiongkok. Dia ingin memakan lobster air tawar yang dimasak hidup-hidup. Karena dia ingin memakan lobster itu, maka lobster itu pun menyepit tangannya. Janganlah kita berpikir bahwa hewan-hewan yang akan dibunuh tidak menyadari apa yang terjadi. Mereka tahu dengan jelas dan bisa menaruh rasa dendam. Saat akan dibunuh, kedua mata mereka akan memandang kita dengan penuh kebencian. Saat timbul rasa benci, banyak zat beracun akan terlepas di dalam tubuh mereka. Ketika memakan daging mereka, kita juga akan memakan racun yang terkandung di dalamnya. Jadi, kita sungguh harus menghentikan nafsu makan terhadap daging. Tangan nenek yang tersepit oleh lobster itu lukanya semakin parah dan menjadi infeksi. Akhirnya, nenek itu meninggal dunia. Dia sudah tersepit oleh lobster sebelum berkesempatan memakannya. Luka akibat gigitan itu tidak dapat diobati sehingga akhirnya dia meninggal.

Jadi, untuk menciptakan dunia yang aman dan tenteram, satu-satunya cara adalah pikiran manusia harus selaras. Untuk menyelaraskan pikiran manusia, kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk menjalin jodoh baik dengan sesama. Pagi tadi, saya juga mengatakan bahwa dokter juga harus banyak menjalin jodoh baik dengan sesama. Dengan adanya jalinan jodoh baik, pasien akan merasa tenang saat bertemu dokter. Setelah ditambah dengan kehangatan dan cinta kasih dokter, secara alami penyakit sang pasien akan sembuh. Jalinan jodoh ini sangat luar biasa. Dengan jalinan jodoh yang baik, kita bisa menciptakan kesempatan untuk membangkitkan cinta kasih semua orang.


Memanfaatkan hari perayaan Festival Perahu Naga untuk membimbing masyarakat

Para staf medis Tzu Chi dengan penuh cinta kasih mencurahkan perhatian kepada pasien

Mengurangi nafsu makan terhadap daging dan menjaga kesehatan tubuh

Semua orang bersatu hati menjalin jodoh baik dengan sesama


Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Juni 2014

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -