Kejernihan dan Kekeruhan Bersumber pada Pikiran Manusia

Dharma yang Buddha wariskan kepada kita pada lebih dari 2.000 tahun yang lalu mengulas secara jelas tentang apa yang disebut dunia penuh Lima Kekeruhan. Kekeruhan ini terus terakumulasi hingga kini. Kita bisa merasakan dan melihatnya. Kekeruhan terus tercipta dan terakumulasi akibat adanya kegelapan batin. Dari mana kegelapan batin berasal? Dari pikiran kita.

Kekuatan pikiran sangatlah besar. Kekuatan yang sangat besar ini bisa membentuk kebajikan, juga bisa membentuk kejahatan. Kebajikan bisa menyucikan hati manusia, menciptakan Tanah Suci di dunia ini, serta membawa keamanan, ketenteraman, dan keharmonisan bagi masyarakat. Sebaliknya, kejahatan akan membuat dunia ini penuh kekeruhan, orang-orang sulit membedakan benar dan salah, dan masyarakat penuh pergolakan. Kekuatan ini juga akan membuat batin manusia tidak tenang. Jika arah pemikiran kita menyimpang, maka bukan hanya batin kita yang dipenuhi kegelapan batin dan pikiran yang tidak baik, bahkan bumi juga bisa dipenuhi oleh sampah seperti yang bisa kita lihat saat ini.

Kita bisa melihat Indonesia. Guyuran hujan deras beberapa waktu yang lalu telah menimbulkan banjir di sana. Insan Tzu Chi juga menyalurkan bantuan bencana. Saat relawan setempat kembali ke sini, saya berkata kepada mereka bahwa pascabencana, sampah yang menumpuk di sungai dan selokan hendaknya segera dibersihkan. Setelah mendengar saran dari relawan setempat, pemerintah setempat pun menggerakkan tentara untuk membersihkan lingkungan. Masyarakat dan tentara bekerja sama untuk membersihkan sampah yang menumpuk. Apakah kalian pernah melihatnya? Pascabanjir, lingkungan yang terkena dampak segera mereka bersihkan dengan sepenuh hati. Sementara itu, insan Tzu Chi menyediakan makanan hangat bagi mereka. Inilah kerja sama antara tentara dan masyarakat. Jadi, kita hendaknya meneladani mereka, yakni saling mengasihi dan melindungi serta bergotong royong. Dengan demikian, jika terjadi bencana, baik itu bencana banjir, badai, maupun bencana lainnya, setelah bencana berlalu, setiap orang dapat bersatu hati untuk membersihkan lingkungan. Ini membutuhkan kesungguhan hati setiap orang.

Di Taiwan, kita juga bisa melihat sekelompok relawan daur ulang yang mengasihi dan melindungi bumi dengan tulus. Setiap kali, saya selalu melihat sekelompok Bodhisatwa ini melindungi dan mengasihi bumi. Mereka bersumbangsih dengan tulus. Kita mengumpulkan barang daur ulang yang tidak diinginkan oleh orang lain. Barang yang kita kumpulkan adalah barang yang nilai jualnya tidak tinggi dan tidak ada orang yang menginginkannya. Setiap bulan ada banyak styrofoam yang terkumpul. Masih ada sebagian yang terlewatkan. Sebagian orang tidak tahu ini bisa didaur ulang dan sebagian lagi tidak ingin mengumpulkannya. Meski nilai jualnya tidak tinggi, tetapi kami tetap mengumpulkannya. Tujuan kami adalah melindungi bumi. Jika kami tidak melakukannya, lambat laun seluruh bumi akan rusak.

Tahun ini merupakan tahun ke-25 misi pelestarian lingkungan Tzu Chi. Perjalanan ini sungguh sangat sulit. Para relawan daur ulang melakukan daur ulang tanpa memedulikan nilai barang daur ulang. Mereka hanya ingin menjaga bumi ini agar tidak terus tercemar. Orang-orang pada umumnya tidak mendaur ulang barang yang harus melalui proses serumit ini. Berhubung merasa terlalu merepotkan, orang-orang membuang dan membakarnya. Ini dapat menciptakan sampah dan mencemari udara. 

Setiap Bodhisatwa di posko daur ulang mengasihi bumi dengan hati yang tulus. Mereka merupakan Dharma di posko daur ulang. Tumpukan sampah merupakan ladang pelatihan mereka. Meski harus menghadapi barang yang kotor dan bau yang tidak sedap, tetapi itu merupakan ladang pelatihan mereka. Mereka telah melihat bahwa di dunia ini, segala sesuatu tidaklah kekal. Saat menerima kaset audio ataupun kaset video, semuanya mereka bongkar dan pilah. Lalu, pita kaset juga mereka rapikan dan pisahkan. Plastik yang lebih keras juga dipisahkan. Baik kaset video maupun kaset audio, semuanya mereka pilah dengan sepenuh hati. Setiap perabot rumah tangga yang dibawa ke posko daur ulang telah membuat insan Tzu Chi memahami sumber dari semua barang di dunia ini. Ini telah membangkitkan kebijaksanaan mereka dan membuat mereka menghargai bumi.

Mereka memilah barang-barang itu dengan bersih agar bisa dimanfaatkan kembali untuk membuat barang lain. Inilah kegiatan daur ulang Tzu Chi. Tanpa kegiatan daur ulang Tzu Chi, tumpukan barang daur ulang bagaikan gunung yang terlihat oleh kita benar-benar akan menjadi sampah yang tidak berguna. Jika kita mengubur sampah di dalam tanah, maka akan merusak tanah. Jika kita memboroskan sumber daya alam, maka sumber daya alam yang berkualitas akan habis suatu hari nanti. Kita mendaur ulang kantong plastik. Orang-orang menganggapnya sebagai sampah. Namun, setelah melihatnya, relawan daur ulang kita merasa sayang. Karena itu, kita bertanya kepada pihak pabrik. Lalu, mereka berkata bahwa sesungguhnya, asalkan dipilah dengan teliti, kantong plastik juga bisa didaur ulang. Karena itu, selama dua hingga tiga tahun ini, kita sangat bersungguh hati dalam mendaur ulang kantong plastik. Jika ada orang yang membutuhkan, maka kita tidak akan berebut barang daur ulang dengan mereka.

Barang-barang yang tidak diinginkan orang lain atau yang nilai jualnya tidak tinggi, insan Tzu Chi akan mengumpulkannya. Selain itu, dalam kegiatan daur ulang, saat bertemu pemulung, kita akan mencurahkan perhatian kepada mereka. Orang yang mulanya mengumpulkan sampah dan akhirnya menjadi penerima bantuan kita, kini setiap tahun berjumlah lebih dari 2.000 keluarga. Sesungguhnya, asalkan ada orang yang melaporkannya kepada kita, maka kita akan melakukan survei kasus. Ini bukan hanya tidak mengurangi pendapatan mereka, tetapi juga menambah penerima bantuan kita. Kita memperhatikan mereka, berusaha memahami kondisi keluarga mereka, dan lain-lain.

Inilah perjalanan kita selama ini. Pada 25 tahun yang lalu, kita memulai misi pelestarian lingkungan. Kini, setelah 25 tahun berlalu, insan Tzu Chi tetap bersungguh hati untuk bersumbangsih demi bumi dan masyarakat. Para Bodhisatwa lansia sangat gembira dan bersukacita saat melakukan daur ulang. Kita tidak bisa memprediksi masa depan. Dunia ini penuh dengan ketidakkekalan dan noda batin. Kegelapan batin dan pikiran yang tidak baik telah menimbulkan banyak kekeruhan, bukan hanya sampah yang terlihat oleh kita. Singkat kata, kita harus menjaga batin kita dan meningkatkan kewaspadaan.

Akumulasi kekeruhan mengakibatkan bencana kerap terjadi

Masyarakat dan tentara bekerja sama untuk membersihkan lingkungan pascabencana

Melakukan daur ulang dan pemilahan demi melindungi bumi

Relawan daur ulang menyucikan hati dan menjaga kelestarian lingkungan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 Maret 2015

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -