Kembali pada Kecemerlangan Hakiki
Tayangan yang kita lihat sekarang ini adalah tayangan tahun 2001. Tubuh Bodhisatwa lansia kita masih begitu tegap. Tahun itu, suaminya, Relawan Lu berusia 76 tahun. Lihatlah, meski sudah berusia 76 tahun, dia masih begitu cekatan. Namun, dia sudah meninggal 3 tahun lalu. Lihatlah, pada tahun 2001, rambut Nenek Lu masih begitu hitam, tetapi dalam tayangan yang kita lihat sekarang, rambut sang nenek sudah penuh uban. Dengan tubuhnya yang bungkuk sekarang, dia terlihat seperti bhiksuni lansia yang memberi hormat kepada bumi.
Meski demikian, dia masih tetap melakukan daur ulang. Mengapa Nenek ingin melakukan daur ulang? ”Jika bisa berbuat baik dan menolong orang, mengapa kita enggan melakukannya? Di mana pun melihat barang daur ulang, saya akan memungutnya. Memungut barang daur ulang seperti sedang bertamasya. Seperti sedang berolahraga,” jawabnya. Kini dia sering menderita sakit. Dia juga pernah mengalami kecelakaan. “Karma buruk saya sangat berat. Saya sering menderita sakit. Melakukan kegiatan Tzu Chi membuat kondisi saya lebih baik. Jika tidak, saya sering menderita sakit. Buddha melindungi saya. Beliau tahu saya suka melakukan kebaikan. Beliau melindungi saya agar bisa selalu berbuat kebaikan. Saya mendorong kereta ini sambil melafalkan nama Buddha. Saya tidak merasa ini adalah pekerjaan yang keras. Tidak. Saya sudah pernah mengalami dua kali kecelakaan. Saat mobil ambulans sudah menunggu di samping, saya masih bisa bangun dan baik-baik saja,” cerita Nenek Lu.
Dia berkata bahwa Buddha dan Bodhisattva akan melindunginya. Sebenarnya, pelindungnya yang sesungguhnya adalah anjing berwarna hitam itu. Meski anjing itu bukan peliharaan sang nenek, tetapi ia selalu bersama nenek setiap hari. Setiap kali waktunya tiba, anjing itu akan mencari nenek dan mendampinginya. Tak peduli berapa jauh nenek berjalan, anjing itu selalu mengikutinya. Suatu kali, saat sang nenek dirawat di rumah sakit berhari-hari, anjing itu setia menunggu di samping kereta nenek setiap hari. Saat melihat nenek kembali, anjing itu sangat gembira dan terus mengibaskan ekornya. Dari hal ini, kita bisa melihat bahwa hewan juga memiliki perasaan. Lihatlah anjing itu selalu mendampingi sang nenek untuk melakukan daur ulang.
Sesungguhnya, anak-anak sang nenek sangatlah berbakti. Jadi, dia tidak memiliki masalah ekonomi. Setiap hari, sebelum ke posko daur ulang, sang nenek akan pergi membeli sedikit sayur untuk dibawa ke posko daur ulang. Dia berkata bahwa dia selalu makan siang di sana. Dia ingin menjalin jodoh baik dengan kakak-kakak Tzu Chi di sana. Dia sangat menyukai kulit sayur. “Kulitnya jangan dibuang. Ini sangat bergizi.. Saya akan membawanya pulang untuk dimasak. Ini semua ada manfaatnya, tidak sembarangan. Saya sudah hidup terlalu boros pada kehidupan lampau, bagaimana boleh saya tidak hidup hemat di kehidupan ini? Pada kehidupan lampau, saya pasti hidup terlalu boros. Karena itu, pada kehidupan ini saya harus menghargai berkah,” ucapnya.
Dia memiliki satu harapan, yaitu dia ingin memberi tahu saya jika dia sudah tidak bisa melakukan daur ulang, apakah dia boleh datang ke sisi saya. Perkataannya sungguh menghangatkan hati saya. Pada saat memegang kereta, dia menjadi dapat berdiri tegak. Pada saat berjalan, dia seperti bhiksuni lansia yang sedang memberi hormat. Daya penglihatan Nenek sangat bagus. “Daya penglihatan saya sangat bagus. Barang daur ulang juga bisa mencari saya. Amitabha. Buddha melindungi saya. Karena tahu saya mencari barang daur ulang, Beliau menunjukkan jalan kepada saya,” ucap Nenek Lu. Melihat dedikasinya, saya ingin mewakili bumi ini berterima kasih padanya. Dia sungguh mengasihi dan melindungi bumi. Tujuan dia melakukan daur ulang adalah ingin membersihkan udara dan melindungi bumi. Dedikasinya untuk melindungi bumi ini sungguh luar biasa. Dia adalah orang yang patut kita teladani.
Sungguh, kita harus selalu memperhatikan kondisi iklim. Beberapa hari lalu, sebuah Topan Kalmaegi yang berada di atas permukaan laut mendatangkan angin rebut dan hujan lebat bagi Tiongkok. Topan itu berdampak pada lebih dari 3 juta orang. Kita yang berada di Taiwan juga harus mulai waspada terhadap Badai Tropis Fung-Wong. Meski sekarang cuaca masih sangat stabil, tetapi kita jangan meremehkan badai tropis tersebut. Kita harus memercayai peringatan Badan Meteorologi. Kita harus memercayai peringatan Badan Meteorologi. Meski kini badai tersebut terlihat seperti mengarah ke utara, tetapi kita tetap harus mawas diri dan berhati tulus. Kita harus meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi. Kita harus melakukan antisipasi dengan baik.
Kita juga melihat di Shenzhen, Tiongkok. Dengan cinta kasih yang penuh ketulusan dan kasih sayang, relawan kita berhasil menginspirasi seorang anak muda yang dahulu pernah terlibat kasus pembunuhan. Anak muda ini pernah ditahan selama 11 tahun. Setelah keluar dari tahanan, dengan pikiran yang tidak benar, dia datang ke kantor Tzu Chi di sana untuk menipu uang. Meski mengetahui tujuannya, tetapi insan Tzu Chi tidak membongkarnya. Mereka tetap melayaninya dengan penuh cinta kasih. Karena itu, anak muda ini merasa sangat tersentuh dan bertekad untuk memperbaiki diri.
Kini dia sangat berhati tulus dan sudah mulai menjadi relawan. Dia juga sudah mendapat pekerjaan yang stabil. Menyucikan hati dan menstabilkan kehidupan adalah tujuan dasar setiap orang. Dia bersedia bekerja keras untuk menyokong kehidupannya sendiri. Dengan bekerja segenap tenaga, hatinya menjadi bersinar terang tanpa ada rasa bersalah. Dia merasa kehidupannya sekarang sangat damai. Dahulu, karena memiliki pikiran yang buruk, dia harus selalu hidup bersembunyi. Hatinya tidak dapat bersinar terang. Lihatlah, kini dia bisa berdiri di atas panggung untuk berbagi dengan orang-orang tentang masa lalunya.
Setiap orang bisa melihat perubahan yang ada pada dirinya. Kini dia merasa hidupnya sangat damai. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Jadi, untuk menyucikan hati manusia kita membutuhkan ajaran Buddha. Namun, jika tidak ada orang yang menyebarkan ajaran Buddha, bagaimana hati manusia bisa tersucikan? Setiap orang bertanggung jawab untuk mengimbau orang agar menghindari kejahatan dan memperbanyak kebajikan. Inilah yang harus kita bagikan dan ingatkan kepada mereka. Semoga setiap orang bisa memperbanyak kebajikan dan menghindari kejahatan. Dengan ajaran Buddha, kita bisa menyelamatkan hati manusia.
Relawan lansia yang berbadan bungkuk bagai memberi hormat kepada bumi
Bekerja keras untuk mengumpulkan barang daur ulang
Melakukan antisipasi badai tropis
Seorang anak kembali ke jalan yang benar
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 September 2014.