Keyakinan Benar Melenyapkan Bencana, Menyucikan Hati Manusia Lewat Pementasan

Lihatlah ke seluruh dunia, orang yang menderita sungguh banyak. Banyak anak yang ingin bersekolah, tetapi mereka tidak bisa. Lihatlah, konflik di Gaza kali ini telah menyebabkan banyak anak yang meninggal dunia dan mengalami luka-luka. Ditambah lagi, banyak anak yang kehilangan tempat tinggal. Apa kesalahan anak-anak itu? Mereka sungguh tak bersalah. Namun, mereka terlahir di Negara yang tidak aman dan penuh pergolakan.

Ajaran Buddha sering mengulas tentang dua jenis buah karma. Yang pertama adalah buah karma pengondisi dan yang lainnya adalah buah karma langsung. Buah karma pengondisi adalah hasil dari jalinan jodoh kita di kehidupan lampau. Jalinan jodoh di masa lampau mengondisikan mereka terlahir di negara yang penuh pergolakan, masyarakat dan keluarga yang tidak harmonis. Ada pula buah karma langsung. Artinya, meski terlahir di negara yang makmur, tetapi karena berbagai alasan, mereka pergi ke tempat yang tidak aman sehingga kehilangan nyawa dan mengalami luka-luka. Inilah buah karma langsung.

Dibandingkan dengan orang-orang di sana, kita sungguh memiliki berkah karena bisa hidup tenteram di masyarakat. Kita harus menghargai berkah dan bersyukur setiap saat karena bisa hidup di masyarakat yang demikian makmur. Selain itu, anak-anak di Taiwan memiliki sarana pendidikan yang cukup untuk bersekolah. Namun, apakah mereka tahu berpuas diri?

Demikian pula para siswa kedokteran. Mereka berniat dan bertekad untuk menjadi dokter. Dengan adanya lingkungan yang baik ini, mereka bisa mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk menyelamatkan lebih banyak orang. Jika setiap orang bisa tahu berpuas diri dan berpegang teguh pada tekad awalnya untuk menyelamatkan kehidupan manusia, maka kehidupan mereka pastilah sangat indah dan bernilai. Jadi, untuk menciptakan kehidupan yang bernilai dan merasakan kebahagiaan setiap hari, kita harus tahu berpuas diri dan bersyukur. Selain itu, bisa bersumbangsih bagi sesame adalah hal yang paling bernilai bagi hidup kita.

Lihatlah para relawan daur ulang kita. Saya sungguh mengasihi mereka dari lubuk hati terdalam. Kita dapat melihat Relawan Chwee Wan Kua di Singapura. Dia memiliki tekad yang teguh untuk mengasihi bumi. Ia berkata, “Saya tidak dapat membantu Master melakukan hal lain. Saat Master mengimbau kita untuk melakukan daur ulang, saya berusaha untuk melakukannya. Sebagai murid, saya harus melakukan imbauan Master. Saya ingin berkata kepada Master bahwa saya sudah melakukannya.” Sesungguhnya, dia sudah melakukan daur ulang selama puluhan tahun. Dia selalu hidup hemat. Selain waktu untuk bekerja, dia menggunakan sisa waktunya untuk mengumpulkan botol dan kaleng. Lalu, dia menjualnya di pabrik darang daur setiap hari.

Sementara Liu Dao De, pemilik pabrik barang daur ulang mengungkapkan, “Saya sudah mengenalnya puluhan tahun. Dia sangat tekun. Dia hampir datang setiap malam. Dia bilang beramal sangat baik.” Reporter kita bertanya padanya, “Berapakah hasil penjualannya?” Relawan Chwee Wan Kua menjawab, “Empat setengah dolar.” Tapi dia menambahkan, “Kita harus menyelamatkan bumi. Jangan kita menghitungnya dengan uang. Jika kita menghitungnya dengan uang, maka tak ada orang yang mau melakukannya.”

Dia juga sangat menghemat air. Air es bekas mendinginkan bir dia kumpulkan untuk digunakan di rumah. Karena itu, tagihan airnya setiap bulan hanya 10 sen Singapura. Bayangkanlah betapa hematnya dia. Namun, dia sudah hampir mendonasikan 1 juta dolar NT untuk yang kedua kalinya. Dia mempertahankan pola hidupnya yang hemat, mempertahankan tekadnya untuk melindungi bumi dan melakukan daur ulang. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh.

Ada pula seorang relawan yang selalu percaya bahwa bulan 7 Imlek adalah “bulan hantu”. Karena itu, dia harus membakar banyak kertas sembahyang dan tidak boleh melakukan apa pun selama bulan 7 Imlek. Semua itu adalah takhayul. Takhayul membuatnya sangat kerepotan. Beruntung, dia memiliki jalinan jodoh untuk menghadiri acara bulan 7 penuh berkah yang diselenggarakan oleh Tzu Chi sehingga akhirnya dia sadar.

Namun, untuk mengubah kebiasaan lamanya tidaklah mudah. Awalnya, dia mengurangi jumlah kertas yang dibakar. Setelah menguranginya, dia merasa hidupnya tetap aman dan tenteram. Lalu, dia berhenti membakar kertas sembahyang dan merasa hidupnya tetap aman dan tenteram. Kini dia hidup dengan damai karena hatinya bebas dari kemelekatan dan noda batin. Jadi, dengan mengubah pola pikir, bukankah kita bisa hidup dengan bersih, tidak menciptakan pencemaran lingkungan, serta bisa menghemat sumber daya alam? Selain itu, kita juga bisa menciptakan berkah bagi dunia. Dia sungguh seorang teladan yang menggugah hati.

Dalam rangka bulan 7 Imlek, kita juga menggelar pementasan tentang pesan terakhir Buddha. Ketahuilah bahwa setiap kali menggelar acara berskala besar, para relawan Tzu Chi harus mengadakan kegiatan bersih-bersih secara besar-besaran karena itu adalah persamuhan Dharma. Karena itu, di Kompleks Tzu Chi Banqiao, para relawan membersihkan setiap tempat dari atas sampai bawah. Mereka juga harus mendekorasi lokasi.

Kita melihat layar di luar ruangan sangat tinggi. Mereka harus mengatur pencahayaan dengan baik agar para hadirin bisa melihat layar dengan jelas bagai melihat di dalam ruangan. Mereka memasang jaring berwarna gelap untuk menahan silau. Karena takut para hadirin kepanasan, mereka memasang kipas angin embun di sekitar lokasi untuk menurunkan suhu udara agar setiap orang merasa sejuk. Mereka begitu perhatian dan bersungguh hati.

Apa tujuan mereka melakukan semua ini? Agar setiap orang di masyarakat bisa menenangkan hati dan memahami bulan 7 penuh berkah adalah bulan penuh sukacita bagi Buddha dan bulan bakti. Kita harus mengajak orang-orang untuk menyelamatkan semua makhluk. Semoga Dharma bisa meresap ke dalam hati mereka. Inilah kesungguhan hati Bodhisatwa.

Setiap pemeran di atas panggung sungguh telah menyerap Dharma ke dalam hati sehingga bisa mementaskan kisah itu dengan penuh kesungguhan hati. Dimulai dari Changhua, mereka sudah menggelar belasan sesi pementasan. Para pemeran sudah kelelahan, bahkan kehilangan suara. Kemarin Hsu Ya-fen sudah diinfus. Demi membuat para hadirin menyerap Dharma ke dalam hati, setiap pemain di atas panggung berusaha segenap hati dan tenaga untuk mementaskan isi Sutra dengan sangat jelas. Saya sangat tersentuh melihatnya.

Karena itu, kita harus menontonnya dengan hati bersyukur dan tulus untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Sungguh, Dharma harus dipraktikkan dalam keseharian. Banyak sekali rasa syukur yang tak habis saya ungkapkan. Demi dunia yang lebih baik, demi menyucikan hati manusia, setiap orang sungguh memanfaatkan waktu dengan baik. Berhubung sudah tak ada waktu lagi, kita membutuhkan lebih banyak orang untuk bersama-sama melakukannya.

 

Sulit bertahan hidup di negara yang penuh pergolakan

Bersyukur atas ketenteraman saat ini dan membangkitkan hati yang baik

Melakukan daur ulang dan memiliki keyakinan benar

Para pemain opera berusaha keras demi menyucikan hati manusia

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 Agustus 2014

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -