Melatih Diri dan Melakukan Praktik Nyata Sesuai Dharma
Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Saya berharap kita semua dapat memiliki kesatuan hati. Sebagai insan Tzu Chi, kita harus memiliki semangat ajaran Jing Si. Ajaran Buddha yang kita pelajari ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dunia ini adalah ladang pelatihan kita. Janganlah kita membeda-bedakan agama dan suku. Kita harus melapangkan hati untuk merangkul setiap makhluk di dunia ini dengan cinta kasih universal. Inilah mazhab Tzu Chi.
Ajaran di Tzu Chi berasal dari ajaran Buddha. Ke dalam diri, setiap insan Tzu Chi harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan kesungguhan. Empat kata ini sudah mencakup seluruh sikap yang harus kita kembangkan dalam melatih diri. Setelah berhasil melenyapkan noda batin dan memperoleh kesucian hati, kita harus menghadapi setiap orang dengan tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Ini merupakan dasar untuk menjadi praktisi Buddhis. Jadi, kita harus menjalin kasih saying yang tulus dengan sesama.
Dalam interaksi antarmanusia, kita hendaknya menggunakan hati yang tulus. Hsinchu adalah wilayah dengan banyak perusahaan teknologi. Karena itu, banyak orang yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan yang tinggi. Untuk bisa memahami ajaran Buddha, kita membutuhkan kebijaksanaan. Karena itu, ajaran Buddha seharusnya dapat tersebar secara luas di Hsinchu. Seperti yang kalian ketahui, jalinan jodoh antara Hsinchu dan Tzu Chi sangat mendalam. Ini karena setelah datang ke Taiwan, guru saya melatih diri di Hsinchu dan menyebarkan Dharma di Taipei. Tempat beliau menyebarkan Dharma di Taipei disebut Auditorium Hui Ri, sedangkan tempat beliau melatih diri di Hsinchu disebut Vihara Fu Yan. Ya, kita harus membina berkah (Fu) dan kebijaksanaan (Hui) sekaligus.
Jalinan jodoh Tzu Chi dengan Hsinchu sangat mendalam. Karena itu, insan Tzu Chi di Hsinchu harus lebih mendalami ajaran Jing Si. Ini adalah hal yang harus kita lakukan. Kita harus memahami makna kata “Jing Si” dan “Jing Si”. Kata “Jing Si” yang pertama berkaitan dengan ajaran Buddha. Kata “Jing Si” yang kedua berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan segala sesuatu. Untuk memahami segala ajaran Buddha, kita harus memulainya dengan “Jing Si” yang berarti merenung dengan hening karena ajaran Buddha sangatlah dalam. Segala sesuatu di dunia mengandung Dharma. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bergantung pada berbagai hal dan benda. Sesungguhnya, segala sesuatu dalam kehidupan terkandung dalam kata “Jing Si” yang kedua. Huruf “Si” dalam kata “Jing Si” yang kedua mengingatkan kita untuk merenungkan dengan sungguh-sungguh bahwa segala sesuatu adalah hasil dari perpaduan.
Semua barang yang kita gunakan berasal dari perpaduan berbagai materi. Para ilmuwan tahu lebih jelas akan hal ini. Untuk membuat sehelai baju, dahulu orang-orang menanam kapas dan sisal. Untuk bisa menghasilkan kapas dan sisal, dibutuhkan benih, tanah, air, dan sinar matahari. Dengan gabungan semua kondisi pendukung ini, barulah kapas dan sisal bisa dipanen dan diolah menjadi tekstil. Kapas dipintal dan ditenun menjadi kain, barulah bisa dibuat menjadi sehelai baju. Kini, orang-orang menggunakan serat sintetis yang dibuat dari minyak bumi. Akibatnya, timbullah polusi. Dahulu, lingkungan kita sangat bersih.
Sebagian Bodhisatwa cilik kita pernah berkata, “Kita harus bervegetaris. Jika kita memetik sayuran, ia masih bisa tumbuh kembali. Namun, jika kita membunuh hewan, ia tidak bisa hidup kembali.” Begitulah, segala sesuatu yang alami selalu sangat bersih. Asalkan semua kondisi pendukung terpenuhi, sumber daya alam akan tumbuh secara alami dalam kondisi murni dan bersih. Inilah makna “Jing Si” yang kedua. Jadi, segala sesuatu berasal dari perpaduan berbagai hal.
Dengan majunya teknologi masa kini, kita semakin bisa memahami bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti mengalami tahap pembentukan, kelangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Tubuh kita juga mengalami lahir, tua, sakit, dan mati. Badan jasmani kita juga termasuk materi dan tidak bersih. Namun, pada dasarnya kita memiliki sifat hakiki yang suci. Akan tetapi, badan jasmani kita tidaklah suci. Jika kita bisa mengamati dan memahami kebenaran bahwa badan jasmani kita tidak suci, maka kita bisa kembali pada sifat hakiki kita yang suci. Untuk itu, kita harus merenungkan ajaran Buddha dengan hening. Badan jasmani kita tidaklah kekal. Kita harus tahu jelas bahwa bencana atau berkah bisa datang dalam sekejap. Badan jasmani yang tidak suci dan merupakan perpaduan berbagai materi ini bisa terancam bahaya kapan saja.
Kini setiap keluarga membutuhkan gas. Namun, gas juga sangat berbahaya. Jadi, jika kita menelaah segala sesuatu di dunia ini, kita akan menyadari bahwa pada dasarnya, semuanya sangat bersih. Namun, akibat himpunan ketamakan manusia, dunia ini menjadi tercemar. Jadi, kita harus menyelami makna dua kata “Jing Si” tadi. Kita harus sepenuh hati merenungkan asal dari segala sumber daya alam. Segala sumber daya alam harus kita hargai. Jangan hanya terus membuat produk baru dan memboroskannya.
Kita juga harus sepenuh hati merenungkan Dharma, apa yang Buddha ajarkan kepada kita, bagaimana cara mengembangkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesunggguhan serta bagaimana cara bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin di tengah masyarakat? Jika setiap orang dapat memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan, cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin, maka dunia ini akan tersucikan.
Bodhisatwa sekalian, saya berharap kalian bisa mengubah Hsinchu menjadi Tanah Suci. Inilah harapan terbesar saya. Kita harus mengganti pikiran awam kita menjadi hati Buddha. Pikiran awam dipenuhi oleh nafsu keinginan dan noda batin. Mulai sekarang, kita harus mengubah pikiran kita menjadi hati Buddha. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus memiliki hati Buddha. Jadi, kalian harus menjadikan hati Buddha yang penuh cinta kasih dan welas asih agung sebagai hati sendiri. Kalian juga harus memiliki tekad Guru.
Setiap orang harus memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan serta melenyapkan noda batin. Kalian harus menapaki Jalan Bodhisatwa dengan jalinan kasih sayang yang tulus.Inilah harapan saya terhadap kalian semua. Jadi, kalian harus memiliki hati Buddha dan tekad Guru untuk membimbing lebih banyak Bodhisatwa dengan cinta kasih dan welas asih agung. Untuk itu, kalian harus melenyapkan noda batin terlebih dahulu. Inilah ajaran Jing Si dan ladang pelatihan mazhab Tzu Chi. Saya berharap setiap orang dapat melakukan praktik nyata.
Jalinan jodoh antara Tzu Chi dan Hsinchu sangat mendalam
Merenung Dharma dengan hening dan menghargai sumber daya alam
Selalu mawas diri karena bencana dan berkah dapat datang dalam sekejap
Melakukan praktik nyata dengan hati Buddha dan tekad Guru
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Januari 2015