Melenyapkan Kegelapan Batin dan Mengembangkan Cinta Kasih Tanpa Pamrih

Mengapa hidup ini penuh dengan penderitaan? Mengapa ada begitu banyak bencana yang terjadi? Semua itu karena pikiran manusia. Noda batin, kegelapan batin, dan ketamakan manusia yang tiada batas menimbulkan kebencian, keluhan, dan dendam di antara manusia. Ini karena di dalam hati manusia tertanam sebutir benih ketamakan yang dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Akibatnya, noda batin menjadi sulit dilenyapkan. Setiap hari, pikiran kita diliputi oleh kegelapan batin dan ketamakan yang tiada batasnya. Ini bagaikan hidup di tengah kabut. Langit jelas-jelas sangat cerah. Namun, kabut yang menyelimuti sekeliling kita menghalangi cahaya mentari yang cerah sehingga yang terlihat hanyalah kabut.

Sungguh, kita tidak bisa melihat jalan yang akan kita tempuh dengan jelas. Ini sangat berbahaya. Ini terjadi karena kita tidak menyerap Dharma ke dalam hati. Jika dalam keseharian, kita menyimpang dari jalan kebenaran dan berjalan di jalan yang berbahaya, kita akan mudah terbawa oleh gelombang ombak. Ini membawa penderitaan yang tak terhingga dan membuat orang tidak berdaya. Hidup ini penuh dengan penderitaan karena pikiran manusia yang tersesat. Ini akan memengaruhi keselarasan unsur alam dan mengubah kehidupan semua makhluk.

Tujuan dari ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi adalah menyucikan dunia dengan ajaran Dharma. Ajaran Jing Si bagaikan air yang dapat membersihkan kegelapan batin dan noda batin semua makhluk. Saya berharap setelah orang-orang yang diliputi noda batin mengenal ajaran Jing Si, noda batin mereka dapat terbersihkan. Setelah bergabung ke dalam Tzu Chi, orang-orang bisa merasakan kebahagiaan dari ketulusan dalam interaksi antarsesama. Ini karena mereka telah membangun tekad dan ikrar agung. Dalam interaksi antarsesama, semua orang saling menginspirasi dan menghimpun kekuatan cinta kasih untuk bersumbangsih bagi semua orang yang menderita di dunia ini.

Kita bisa melihat pembagian bantuan musim dingin tahun ini di 18 provinsi dan 2 kota di Tiongkok. Jadi, kita membagikan bantuan musim dingin di 20 wilayah. Saya sungguh bersyukur melihat benih cinta kasih setempat Saya sungguh bersyukur melihat benih cinta kasih setempat yang terus bertunas. Benih kebajikan yang kita taburkan di sana telah bertunas. Selain itu, akar cinta kasih juga telah tertanam ke dalam hati relawan lokal. Kita bisa melihat cinta kasih mereka bagaikan para insan Tzu Chi pada masa-masa awal. Rasa empati dan perhatian yang mereka miliki tidak kalah dengan insan Tzu Chi pada masa-masa awal. Mereka memiliki kasih sayang, cinta kasih yang tulus, dan rasa empati yang sama. Kita harus bersumbangsih sekaligus menghormati penerima bantuan. Dengan hati yang tulus, kita membantu mereka dengan memberikan barang yang mereka butuhkan. Ini menunjukkan cinta kasih dan rasa hormat kita.

Selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga harus berterima kasih. Lihatlah, hubungan insan Tzu Chi dan penerima bantuan begitu dekat. Ini karena Bodhisatwa dunia tidak tega melihat semua makhluk menderita. Kebahagiaan semua makhluk memberi kita sukacita dalam Dharma. Lihatlah, mereka bagaikan satu keluarga. Insan Tzu Chi bahkan lebih berbakti dan bersahabat daripada anak kandung para penerima bantuan. Kekuatan cinta kasih ini merupakan penyuci dunia. Dengan cinta kasih, barulah kita bisa melenyapkan kabut dan kegelapan batin.

Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi di Guangdong menangani sebuah kasus. Saat berusia 2 tahun, nenek ini diadopsi orang lain karena kondisi keluarga yang serba kekurangan. Saat berusia belasan tahun, dia sudah menikah. Saat dia berusia 20-an tahun, suaminya meninggal dunia. Setelah itu, dia membesarkan anaknya hingga berusia 20-an tahun dan akhirnya menikah. Namun, anaknya juga meninggal dunia saat berusia 20-an tahun. Berhubung masih muda, menantunya lalu membawa pergi cucunya dan menikah lagi dengan orang lain. Inilah kisah hidup nenek itu. Hanya dengan beberapa kata dan beberapa detik atau beberapa menit saja, kita dapat menceritakan kisah hidupnya. Namun, ketahuilah bahwa cerita selama beberapa menit ini merupakan kisah hidupnya selama puluhan tahun yang dimulai sejak dia berusia 2 tahun.

Lihatlah, hidup ini sangat singkat, tetapi penuh dengan penderitaan. Meski demikian, dia selalu berhati lapang dan berpikiran murni. “Ayam-ayam ini sehari menghasilkan berapa butir telur?” tanya relawan kepada nenek yang memelihara ayam ini. “Tiga butir. Beberapa tetangga saya tidak punya telur untuk dimakan. Saya akan memberikan telur ini kepada mereka,” jawab nenek. Lalu relawan kembali bertanya, “Nek, bagaimana kalau kita menyebarkan cinta kasih universal dengan memberikan telur-telur ini kepada semua penerima bantuan Tzu Chi? Nenek setuju?” Nenek pun setuju dengan ajakan relawan. “Kami sungguh berterima kasih. Untung ada Nenek. Terima kasih, semuanya,” jawab relawan.

Nenek itu dapat berbagi dengan sesama. Meski hidup kekurangan, tetapi nenek itu memiliki kekayaan batin. Namun, berhubung sudah lanjut usia, gerakannya menjadi tidak leluasa. Ini sudah pasti. Karena itu, insan Tzu Chi membelikannya termos yang aman untuk digunakannya dan membantunya memasang pemanas air di kamar mandi.  Sungguh, ini adalah cinta kasih yang penuh perhatian. Nenek itu juga merasa sangat gembira. Ini hanyalah sebuah contoh. Sesungguhnya, di 20 wilayah ini, sejak musim panas, insan Tzu Chi setempat sudah mulai memasuki desa-desa terpencil untuk memahami kondisi kehidupan para warga. Karena itulah, insan Tzu Chi bisa membagikan bantuan musim dingin sesuai kebutuhan para warga. Ini sungguh mengagumkan. Saya juga sangat bersyukur.

Musim dingin tahun ini sangat dingin. Untuk insan Tzu Chi dari setiap wilayah di Taiwan yang ingin pergi ke Tiongkok, saya terus berpesan kepada mereka untukmenjaga kehangatan tubuh dengan baik. Perjalanan ini sungguh tidak mudah. Namun, kini kita tidak perlu menggerakkan banyak insan Tzu Chi Taiwan ke Tiongkok karena insan Tzu Chi setempat sudah terlatih. Tekad mereka juga sangat tulus. Melihat mereka bekerja sama dengan harmonis dan mendedikasikan diri dengan cinta kasih tanpa pamrih, saya merasa sangat tenang. Saya sangat bersyukur melihat sumbangsih penuh cinta kasih dari insan Tzu Chi setempat. Saya sangat bersyukur dan tersentuh.

Pikiran manusia diselimuti oleh noda batin yang bagaikan kabut

Benih kebajikan bertunas setelah kegelapan batin lenyap

Mencurahkan perhatian yang paling tulus untuk menolong orang yang menderita

Menciptakan hidup yang tenteram dengan mengembangkan cinta kasih tanpa pamrih

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 15 Februari 2015

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -