Melenyapkan Kegelapan Batin dan Mengembangkan Cinta Kasih Universal
Lihatlah, titik-titik api yang kecil menimbulkan kebakaran hutan yang sulit dipadamkan. Bukankah batin kita juga demikian? Jika batin kita kekurangan air Dharma, maka himpunan pahala kita akan mudah terbakar oleh api kegelapan batin. Jadi, kita hendaknya sungguh-sungguh menenangkan batin kita. Dengan melihat segala sesuatu secara jelas dan memahaminya secara tuntas, barulah kita bisa memahami kebenaran di dunia ini. Kita bisa melihat Komisaris Kehormatan Duh di Kaohsiung. Dia menceritakan kisah masa lalunya. Saat itu, dia bertekad untuk menyumbangkan sebidang lahan kepada Tzu Chi untuk membangun Aula Jing Si. Ini bukan demi memperoleh keuntungan materi. Dia berkata bahwa keuntungan baginya adalah dapat membawa manfaat bagi semua makhluk, menjadi aliran jernih di tengah masyarakat yang dapat menyucikan hati manusia, dan menyediakan ladang pelatihan bagi masyarakat. Dia dan istrinya mendedikasikan diri di Tzu Chi. Mereka adalah relawan Tzu Chi yang mengemban Empat Misi Tzu Chi dengan sepenuh hati. Mereka menjadikan diri sendiri sebagai teladan. Karena itulah, di Kaohsiung ada banyak relawan yang meneladani mereka. Banyak relawan yang juga bertekad untuk bersumbangsih dengan penuh cinta kasih tanpa membeda-bedakan.
Untuk membangun Aula Jing Si, kita harus menjalani proses yang sangat panjang karena harus sesuai logika, prinsip kebenaran, hukum, dan ketentuan yang berlaku. Para insan Tzu Chi berusaha keras agar ladang pelatihan Tzu Chi di komunitas dapat membawa manfaat bagi banyak orang. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih. Bahkan orang di luar Tzu Chi sekalipun, saat berkunjung ke Aula Jing Si, bisa merasakan suasana yang harmonis. Suasana ini tercipta berkat kekuatan cinta kasih. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Berhubung memiliki ladang pelatihan seperti ini, kita bisa terus mengadakan kegiatan dan kelas agar orang-orang dapat belajar dan membangkitkan cinta kasih. Pendidikan bukan hanya bisa diperoleh dari sekolah, tetapi juga bisa diperoleh lewat interaksi antarsesama. Semua orang bisa menjadi teman baik satu sama lain. Dengan saling berinteraksi dan menginspirasi, barulah kita bisa menciptakan berkah bagi dunia dan menciptakan masyarakat yang kaya. Bukan hanya kaya akan materi, yang terpenting adalah kaya akan kebijaksanaan dan cinta kasih.
Kita juga bisa melihat di Hualien, insan Tzu Chi berinisiatif untuk memperhatikan dan membantu warga suku asli. Berhubung banyak lahan yang telantar, insan Tzu Chi dengan sepenuh hati membimbing warga agar memanfaatkan lahan dengan baik demi kehidupan yang lebih baik. Selain itu, kita juga mengimbau mereka untuk tidak menggunakan pestisida agar dapat menghasilkan tanaman pangan organik. Setelah panen, insan Tzu Chi akan membantu mereka dengan cara membeli beras mereka dengan harga yang pantas dan menggunakan beras itu untuk membantu sebuah sekolah luar biasa. Saya merasa ini sangat bermakna. Saat mulai menanam padi, saya tidak menyangka hasilnya akan sebaik ini. Saya tidak menyangka akan ada kegiatan yang begitu baik dan bermakna. Sekolah kami tidak memiliki anggaran makanan yang cukup. Karena itu, kami selalu manggalang dana dari luar. Saat itu, relawan Tzu Chi menyampaikan kepada saya bahwa mereka bisa memberi kami bantuan materi. Jodoh baik ini pun mulai terjalin. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi, Master, dan seluruh relawan Tzu Chi yang telah mencurahkan cinta kasih dan perhatian kepada kami.
Kita membantu sekolah ini dengan memberikan beras sekitar 3 ton setiap tahun. Ada 80 murid yang tinggal di asrama sekolah itu. Selain menyediakan barang kebutuhan sehari-hari untuk mereka, kita juga pergi ke sana untuk berinteraksi dengan mereka. Kita berharap anak-anak ini tidak menutup diri dan dapat membuka pintu kebijaksanaan mereka. Untuk anak yang mengalami keterbatasan gerak, kita juga berusaha membimbing mereka untuk dapat melakukan aktivitas ringan. Ini juga merupakan sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh kekuatan cinta kasih.
Kita bisa melihat sebuah kasus di Sanchong, Taipei yang berhasil dengan gemilang. Ada seorang anak muda yang berusia 20 tahun lebih. Keluarganya terdiri atas 3 orang. Ayahnya mengidap penyakit dan dia sendiri juga mengalami lumpuh otak. Dia selalu mengurung diri di rumah dan jarang berbicara dengan orang lain. Pada tahun 2011, insan Tzu Chi mulai menangani kasus ini. Saat itu, jika dia berbicara, maka air liur akan menetes dari mulutnya. Dia tidak bisa berbicara dengan lancar dan jelas.
Sejak saat itu, insan Tzu Chi terus mencurahkan perhatian kepada keluarga ini dan melatih anak itu berbicara agar dia mampu berkomunikasi dengan orang lain. Kita perlahan-lahan membimbingnya hingga tahu untuk berbakti kepada orang tua dan memahami kerja keras ibunya selama ini. Melihat kapalan pada tangan ibunya, dia merasa tidak tega. Kini, sebelum ibunya pulang ke rumah, dia akan berinisiatif untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan menyiapkan makanan agar ibunya bisa langsung makan begitu pulang. Melihat perkembangan anak ini, insan Tzu Chi merasa bahwa sudah saatnya untuk membimbingnya keluar rumah dan belajar bertahan hidup sendiri dengan mempelajari keterampilan dan bekerja. Karena itu, kita terlebih dahulu mengajaknya ke posko daur ulang untuk melakukan daur ulang bersama para relawan daur ulang. Setelah dia bisa berbaur dengan orang lain, kita perlahan-lahan membimbingnya untuk mempelajari keterampilan.
Sejak bulan Desember lalu, dia mempelajari keterampilan di Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Sanchong dengan biaya 5.000 dolar NT per bulan. Insan Tzu Chi membiayainya agar dia dapat menguasai suatu keterampilan. Ibunya juga semakin hari semakin tua dan akan meninggalkannya suatu hari nanti. Karena itu, dia harus belajar hidup mandiri. Lihatlah para anggota Tzu Cheng yang penuh kekuatan dan kelembutan. Mereka mendampinginya bagai ayah dan berusaha agar dia dapat beradaptasi dengan kehidupan bermasyarakat, mempertahankan pikiran yang murni, membangkitkan potensi dirinya, tahu untuk berbakti, dan menguasai suatu keterampilan. Melihat potensi kebajikan para relawan kita yang penuh cinta kasih, saya sungguh merasakan kehangatan. Dunia ini penuh dengan cinta kasih dan kebajikan yang tak terhingga. Cinta kasih dan kebajikan merupakan harta yang membuat Taiwan terlihat sangat indah.
Mengadakan berbagai kelas demi mengembangkan masyarakat
Memperhatikan warga suku asli dan memberikan bantuan beras kepada sekolah
Mendampingi anak yang mengalami lumpuh otak dan membimbingnya untuk hidup mandiri
Melindungi semua makhluk dengan cinta kasih tanpa pamrih
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 03 Maret 2015