Melenyapkan Penderitaan dan Melindungi Kehidupan

Wabah flu burung H5N8 telah merebak di Eropa. Sehubungan dengan itu, dilakukan pemusnahan unggas. Kita telah melihat manusia gemar mengejar nafsu makan sesaat. Sesungguhnya, untuk menyehatkan tubuh, manusia tidak harus mengonsumsi daging. Segala tanaman pangan yang ada di bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi kita. Akan tetapi, umat manusia selalu melekat pada nafsu makan. Manusia gemar mencari kenikmatan. Mereka mengembangbiakkan hewan  secara besar-besaran, tetapi begitu suatu wabah penyakit terjadi, manusia langsung memusnahkan ratusan ribu ekor hewan. Ini berarti kita menciptakan karma buruk.

Kekuatan karma buruk kolektif ini semakin lama akan semakin besar. Jika begitu, bagaimana dunia bisa damai? Manusia begitu kejam. Kita harus lebih mendalami ajaran Buddha yang mulanya tidak kita sadari meski sudah begitu jelas  dan mudah untuk dapat kita pahami. Kita hendaknya melakukan antisipasi sebelum suatu wabah terjadi. Bukankah ini lebih baik karena dapat membuat masyarakat lebih sehat dan dunia menjadi lebih damai?

Inilah ajaran Buddha yang dapat menolong dunia. Kita hendaknya mendalaminya dengan sungguh-sungguh. Kita telah melihat kolaborasi dari badan misi pendidikan kita, mulai dari universitas, sekolah menengah, sekolah dasar, hingga taman kanak-kanak. Para murid, guru, dan orang tua murid mementaskan adaptasi Sutra. Melihatnya, saya merasa tersentuh. Para murid TK hingga universitas beserta para guru dan orang tua bersama-sama menyatukan tekad sehingga dapat menampilkan gerakan yang seragam dan selaras. Gerakan-gerakan mereka sungguh menampilkan hati dan tekad mereka. Lewat kesatuan hati dan kerja sama yang harmonis, mereka dapat menampilkan budaya humanis dalam misi pendidikan Tzu Chi.

Anak-anak tak hanya diajari pengetahuan. Yang terpenting adalah prinsip kebenaran harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah berpartisipasi  dalam pementasan adaptasi Sutra, di bawah bimbingan para guru yang sepenuh hati, anak-anak kita tidak hanya  mengerti untuk berbakti, tetapi juga mengerti untuk berbuat baik dan menghargai kehidupan. Banyak dari mereka yang sudah bervegetaris dan lebih teguh daripada orang dewasa. Tekad mereka untuk bervegetaris sungguh sangat teguh. Mereka telah menyerap Dharma ke dalam hati. Mereka sungguh merupakan harapan dan aliran jernih bagi masyarakat di masa depan. Pementasan adapatasi Sutra ini diadakan dalam rangka 25 tahun misi pendidikan Tzu Chi.

Semua sekolah kita sungguh telah bekerja sama dengan harmonis dalam mendidik anak-anak sehingga  begitu murni dan penuh harapan. Saya sangat bersyukur atas semua ini. Kini kita harus lebih berusaha keras dalam mendidik anak-anak, bukan hanya mengajari mereka pengetahuan, melainkan juga mendidik mereka untuk menjaga tubuh dan pikiran. Ini sangatlah penting. Tiga hari yang lalu, Kepala RS Kao kembali dari Filipina. Beliau mengikuti baksos kesehatan di sana dan memberikan vaksinasi bagi anak-anak.

Dalam baksos tersebut ditemukan sepasang bayi kembar siam yang sama seperti Lea dan Rachel dahulu, yakni menempel di bagian perut. Dari gambar yang dibawa dr. Kao, kita dapat melihat tinggi Lea dan Rachel sudah melebihi bahu dr. Kao. Saat mereka dibawa ke Hualien, mereka masih digendong oleh ibu mereka dalam keadaan menempel. Saat itu, tim medis dari setiap departemen berusaha sepenuh hati memisahkan tubuh mereka. Kini, kakak beradik ini sudah besar. Mereka sangat cantik, lincah, baik, dan telah menjadi vegetarian. Mereka juga ikut dalam kegiatan daur ulang serta kegiatan Tzu Chi lainnya. Saya teringat tiga tahun lalu kita juga memisahkan kembar siam lain. Inilah manfaat misi pengobatan, yakni membuat manusia terbebas dari penderitaan. Untuk itu, saya sungguh bersyukur.

Kita juga mendengar kisah seorang anak yang tempurung kepalanya tidak tertutup rapat sejak dia dilahirkan. Jadi, jaringan otaknya terus menekan ke luar kepala. Dia baru berusia lima bulan. Keluarganya tak mampu membiayai perawatannya. Dokter setempat juga menyarankan operasi, tetapi tentu sangat berisiko. Tim medis masih harus menunggu perkembangan empat bulan ke depan. Apakah tidak akan terlambat? Jadi, kita terus berharap untuk dapat berkoordinasi dengan RS setempat. Kita juga melihat ketidakkekalan hidup. Ada seorang pria yang mengalami luka bakar serius saat berusia 30-an tahun. Tangan dan jarinya masih tidak dapat digerakkan meski sembilan tahun telah berlalu. Lihatlah, bagaimana dia menjalani kehidupannya?

Banyak orang yang hidup menderita. Kita juga mendengar laporan departemen pediatri RS Tzu Chi Hualien. dr. Chu melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan yang mereka lakukan di seluruh Hualien. Ini telah berlangsung selama 8 tahun. Masing-masing anak mendapatkan pemeriksaan empat tahun sekali. Kita mengadakan pemeriksaan kesehatan bagi anak-anak di 130 sekolah di seluruh Hualien. Anak-anak akan mulai diperiksa 4 tahun sekali sejak duduk di kelas satu SD. Program ini sudah menginjak tahun kedelapan. Saya lalu bertanya apakah berarti setiap anak telah mendapatkan dua kali pemeriksaan selama delapan tahun ini, dr. Chu menjawab, “Benar.” Program ini akan terus berlanjut.

Program ini diamanatkan oleh Dinas Kesehatan untuk menjaga kesehatan anak-anak di Hualien. Inilah cara kita mengasihi anak-anak dengan cinta kasih. Saya sungguh bersyukur. Kemarin kita juga melihat beberapa dokter memperlihatkan penghargaan yang mereka dapat. Mereka membawa semua tanda penghargaan itu hingga memenuhi meja saya. Semua penghargaan itu saya dedikasikan kembali kepada mereka. Intinya, cinta kasih mereka sangat tulus. Kehangatan ini tak akan habis diceritakan. Akhir kata, kita harus bersungguh hati untuk menjaga hati setiap orang agar semua orang memiliki pola hidup yang benar. Kita harus mengasihi segala sesuatu di alam semesta. Dengan begitu, barulah manusia dapat hidup damai dan iklim akan bersahabat.

 

Akumulasi karma buruk dari membunuh sulit terkikis

Budaya humanis dalam misi pendidikan mengajarkan untuk melindungi kehidupan

Memberi pengobatan di daerah yang membutuhkan

Bersatu hati menolong orang yang menderita


Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 November 2014

 

 

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -