Melihat Kasih Sayang yang Tulus

Lihatlah himpunan kekuatan cinta kasih telah membawa kehangatan bagi banyak orang. Selain itu, orang-orang yang hidup menderita juga bisa menerima bantuan dari sang penyelamat. Alangkah indahnya dunia seperti ini. Namun, kita juga melihat banyaknya ketidakberdayaan dan ketidakkekalan di dunia ini. Semua itu tercipta akibat akumulasi kekuatan karma semua makhluk. Saya sering mengulas tentang ketidakselarasan empat unsur dan bencana akibat ulah manusia yang terjadi silih berganti. Semua itu terjadi akibat karma buruk kolektif semua makhluk.

Saat bencana melanda, dibutuhkan jalinan kasih sayang antarmanusia. Pascagempa di Jepang tanggal 11 Maret 2011, hingga kini relawan Tzu Chi masih terus memberikan bantuan. Sebanyak 3 kali dalam setahun, mereka pergi ke lokasi bencana untuk mengunjungi warga yang pernah dilanda bencana. “Kunjungan kalian membuat saya tahu bahwa saya tidak sendirian. Bayangan kalian teringat jelas di dalam benak saya. Saya sering menggunakan selimut ini karena saya menerima bantuan dari organisasi ini,” ucap seorang penerima bantuan. Nenek ini sudah berusia 85 tahun. Dia menganggap bantuan selimut dari Tzu Chi sebagai harta keluarganya. Selain menghargai barang bantuan yang berwujud, dia juga sangat menghargai kasih sayang dari relawan Tzu Chi.

Karena telah kehilangan rumah dan anaknya juga sudah meninggal dunia, kini dia tinggal seorang diri. Karena itu, dia menganggap relawan Tzu Chi bagai keluarganya sendiri. Dia tetap merasakan kehangatan di dunia. Melihatnya, saya turut merasa gembira. Meski para korban pernah mengalami penderitaan hidup, tetapi untungnya ada Bodhisatwa dunia yang memperhatikan mereka dengan kasih sayang yang tulus. Ini sungguh jarang ditemui.

Dua hari lalu, bayi kembar siam dari Filipina telah kembali ke Filipina. Saat tiba di bandara, banyak insan media yang mengelilingi mereka. Selain itu, banyak orang yang menyambut kepulangan mereka, termasuk relawan Tzu Chi dan tetangga mereka. Ayah dan kakak dari bayi kembar itu juga datang. Mereka sekeluarga sudah berpisah selama hampir 100 hari. Saat meninggalkan Filipina, sang ibu menggendong sepasang bayi itu dengan kedua tangannya. Begitu mereka tiba di stasiun kereta api di Hualien, relawan Tzu Chi segera memperhatikan mereka dengan penuh kasih sayang dan kehangatan. Setelah mereka tiba di RS Tzu Chi Hualien, tim medis dari berbagai departemen berulang kali mengadakan rapat dan persiapan untuk operasi pemisahan. Mereka tidak berani bertindak gegabah. Mereka melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati.

Selama di RS Tzu Chi Hualien, relawan Tzu Chi dari Filipina juga terus melakukan pendampingan karena sang ibu memiliki kendala bahasa. Mereka memberi pendampingan sekitar 100 hari. Relawan Tzu Chi lain dari Filipina juga secara bergilir datang untuk mengunjungi mereka. Sebelum pulang, ketua pelaksana Tzu Chi Filipina juga secara khusus datang ke Taiwan. Wakil ketua pelaksana Tzu Chi Filipina tetap berada di Filipina untuk menyambut warga dan insan media  yang datang ke bandara Filipina. Demikianlah mereka bekerja sama dengan cinta kasih yang tulus untuk keluarga bayi kembar itu. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Kita bisa melihat kedua bayi tersebut kembali ke Filipina dalam kondisi sehat. Saya sungguh merasa gembira. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi setiap hari dengan penuh kebajikan dan cinta kasih. Setelah hampir setengah abad, dari sebuah organisasi kecil, Tzu Chi berkembang menjadi organisasi besar. Dimulai dari sedikit orang, hingga kini, Bodhisatwa dunia terus bertambah dan tersebar ke setiap sudut dunia untuk bersumbangsih tanpa membedakan agama dan ras. Melihat sumbangsih mereka yang tulus, saya merasa sangat terharu.

Kita juga melihat seorang penerima bantuan kita yang merupakan umat Kristen. Di saat dia sangat membutuhkan bantuan, relawan Tzu Chi memberikan bantuan dengan penuh ketulusan dan mendampinginya selama belasan tahun. “Tzu Chi membantu saya sama seperti pihak gereja yang terus mendukung dan menyemangati saya. Tzu Chi memberikan bantuan dana tunai kepada saya setiap bulan. Semua itu tercatat di buku rekening saya. Ini tak bisa direkayasa,” ucapnya. Dia menerima dukungan dari gerejanya dan perhatian yang tulus dari relawan Tzu Chi. Inilah kekuatan cinta kasih. Kisah seperti ini sangat banyak.

Kita juga melihat relawan kita yang mengikuti ceramah pagi dengan penuh ketulusan. Kantor Perwakilan Tzu Chi Zhongshan berlokasi di sebuah gedung di Taipei. Demi mengikuti ceramah pagi, sekelompok relawan kita terus berkomunikasi dengan pihak pengelola hingga akhirnya mendapat dukungan  dari pihak pengelola gedung. Kini, mereka bisa pergi ke kantor Tzu Chi setiap hari untuk mendengar ceramah pagi. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita baru bisa mewujudkannya lewat tindakan nyata dengan cara terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih.

Sungguh, kita harus memiliki keyakinan yang teguh dan tidak mendiskriminasi keyakinan orang lain. Kekuatan cinta kasih tidak membeda-bedakan bentuk tubuh. Semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Anjing ini juga ikut mendengar ceramah pagi setiap hari. Anjing ini memiliki jalinan jodoh yang baik karena majikannya sangat menyayanginya, bahkan mengajaknya untuk mendengar Dharma. Ia datang setiap hari dan duduk diam untuk mendengar ceramah saya. Saya sangat tersentuh. Singkat kata, ini sungguh hal yang luar biasa. Melihat hal seperti ini, saya merasa tenang dan bahagia. Kekuatan cinta kasih seperti ini sungguh indah.

Melihat kasih sayang yang tulus di saat-saat yang sulit

Penerima bantuan Tzu Chi mengungkapkan terima kasih dengan penuh ketulusan

Giat mendengar ceramah pagi serta membina berkah dan kebijaksanaan

Melepaskan keraguan dan memperkokoh keyakinan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 April 2015

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -