Melihat Lukisan Kehidupan dengan Mengemban Misi Amal Tzu Chi

Lai Mei-zhi adalah murid saya yang baik. Kehidupannya sesuai dengan namanya, penuh keindahan, kebajikan, dan kebijaksanaan. Saya masih ingat dia bergabung ke dalam Tzu Chi saat masih muda,  sekitar 20 hingga 30 tahun yang lalu. Suaminya adalah seorang pengacara. Kehidupan keluarganya sangat berada. Dia sangat gemar melukis dan berwisata. Namun, setelah mengenal Tzu Chi, dia dengan bijaksana memilih untuk menggunakan waktu bagi hal yang bermakna. Dia berkata bahwa mengemban misi amal Tzu Chi bagai melukis kehidupan. Dia juga dapat berinteraksi dengan sesama.

Dia memilih untuk ikut dalam survei kasus. Bahkan pegunungan atau desa terpencil pun rela dia datangi. Dia tidak takut dengan tubuh yang tidak bersih dan bau tidak sedap dari pasien yang dikunjungi. Dengan penuh kebajikan dan cinta kasih, dia terus berusaha menjangkau para lansia, orang yang sakit, dan orang yang berketerbatasan fisik. Dia juga menenteramkan hati dan terus membimbing mereka bagai keluarga sendiri.

“Saat kita mengadakan kunjungan kasih untuk berbicara atau melakukan interaksi lain dengan para warga, sesungguhnya interaksi antarsesama seperti ini juga termasuk seni. Dengan mengadakan kunjungan kasih, kita tahu apa yang boleh kita ucapkan bagaimana menghormati para warga, serta hal apa yang harus disampaikan secara jelas pada mereka untuk membimbing mereka ke arah yang lebih baik. Kita bukan hanya terus merawat dan membantu mereka saja. Bukan begitu.”

Meski menjalankan survei kasus sangat melelahkan, tetapi dia merasa itu jauh lebih bermakna daripada berwisata. Dia berkata bahwa meski keduanya dilakukan dengan melakukan perjalanan, tetapi saat menjalankan survei kasus, dia dapat melihat kebenaran hidup, sedangkan saat berwisata,dia hanya bisa melihat pemandangan dan waktu pun berlalu begitu saja. Karena itu, dia rela mendedikasikan diri untuk menjalankan misi amal dan survei kasus dan menggunakan hidupnya untuk menolong orang-orang yang menderita.

“Selama menjalankan misi amal, saya merasa bahwa keindahan pemandangan yang terlihat berbeda dengan keindahan lukisan. Keindahan dalam misi amal sungguh berbeda. Keindahan yang terlihat sepanjang  perjalanan ini berasal dari dalam hati dan sangat nyata. Ini adalah jalan yang nyata,” ucapnya.

Dia melakukannya dengan tekad yang teguh. Saat terjun ke tengah masyarakat, dia tidak banyak berkata-kata. Namun, setiap kata yang dia ucapkan selalu penuh keindahan dan kebajikan. Kehidupannya sungguh penuh dengan keindahan dan kebajikan. Selain itu, dia juga penuh kebijaksanaan, cinta kasih, dan welas asih. Dia mengubah hobinya dari melukis dan berwisata dari melukis dan berwisata menjadi melukis kehidupan lewat kegiatan survei kasus. Dia dapat melihat dan mendengar banyak orang yang mengutarakan segala kesulitan keluarga mereka. Dia berkata bahwa ini adalah lukisan yang hidup. Lukisan hidup setiap keluarga terukir di dalam hatinya.

Selama beberapa tahun ini, akibat menderita penyakit leukemia, dia harus menerima transfusi darah secara berkala. Namun, demi membebaskan semua makhluk dari penderitaan, dia tetap bertahan. Dia terus menjalankan survei kasus dan membimbing para relawan junior. Dengan semangat bersatu hati dan bergotong royong, dia mengajari para relawan junior bagaimana menjalankan survei kasus, bagaimana melalukan evaluasi, dan lain-lain. Meski selama beberapa tahun ini dia harus menerima transfusi darah beberapa kali dalam seminggu, tetapi dia selalu tersenyum dan membimbing relawan lain dengan lembut.

Kehidupannya sangat mengagumkan dan penuh kemurnian. Dia datang dan pergi dengan damai. Begitu waktunya tiba, dia pun meninggalkan dunia ini dengan damai. Saya yakin dia sudah paham untuk memilih terlahir di keluarga seperti apa. Kita harus mendoakannya. Melihat kepergiannya, saya sungguh merasa kehilangan. Namun, di dalam kesadaran kedelapannya, dia memiliki butir demi butir benih yang murni, indah, dan bajik. Karena itu, saya yakin dia akan kembali.

Dalam perjalanan kali ini, saya melihat banyak relawan cilik yang mendengar ceramah pagi. Bagi yang belum bisa menulis, mereka membuat catatan dengan menggambar. Mereka mencatat kisah yang saya ceritakan dengan menggambarnya. Ini karena di dalam kesadaran kedelapan mereka sudah terdapat Dharma. Lihatlah anak berusia empat tahun itu. Dia bisa melantunkan 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan dengan begitu lancar dan lantang. Di dalam kesadaran kedelapan anak itu, terdapat benih Dharma.

Begitu pula dengan para relawan lansia. Contohnya salah satu relawan kita. Meski tidak dapat membaca, tetapi dia dapat memahami kebenaran. Dengan sedikit petunjuk dari orang lain, dia dapat memahami makna dari aksara Mandarin “Dharma”. Jika aksara “Dharma” kekurangan radikal “air”, maka akan menjadi aksara “pergi”. Memahami hal itu, dia memutuskan untuk memanfaatkan setiap waktu dengan baik. Dia mendengar ceramah pagi dengan sepenuh hati.

Ada juga kisah sepasang suami istri di Taichung. Sang suami berkata, “Kita ini buta huruf, tidak bisa membuat catatan. Kita ini buta huruf, tidak bisa membuat catatan.” Istrinya berkata, “Tidak apa-apa, yang penting kita mendengar Dharma dengan sepenuh hati. Dengan demikian, di dalam kesadaran kedelapan kita juga dapat tertanam benih Dharma.” Lihatlah, relawan cilik dan relawan lansia juga bisa melakukannya.

Ada pula seorang relawan lansia di Yilan. Lihatlah, dia sudah berusia 80 tahun. Setiap hari, sebelum langit terang, dia sudah keluar rumah demi mendengar ceramah pagi. Dia berkata, “Meski sudah berusia lanjut, Master tetap bekerja keras untuk membabarkan Dharma. Kita juga sudah lanjut usia. Jadi, kita harus memanfaatkan waktu untuk melatih diri dengan tekun dan bersemangat.” Lihatlah, bersama relawan lain, dia menuju Sanxia untuk  membantu pembuatan kerangka rumah rakitan sementara. Dari Yilan, dia pergi ke Sanxia sebanyak 7 kali. Dia tidak menganggap dirinya sudah tua.

Singkat kata, giat, tekun, dan bersemangat melatih diri adalah kehidupan Bodhisatwa dunia yang mengagumkan. Jadi, janganlah kita mengkhawatirkan tentang di mana kita akan terlahir pada kehidupan berikutnya. Jika kita tidak berbuat baik pada kehidupan ini, kita tidak akan tahu di mana kita akan terlahir pada kehidupan berikutnya. Daripada membawa karma buruk ke kehidupan berikutnya, bukankah lebih baik membawa Dharma ke kehidupan berikutnya? Kita harus sungguh-sungguh mendengar Dharma dan menanamkannya dalam kesadaran ke-8 kita agar bisa menentukan arah kita pada kehidupan berikutnya. Dengan memiliki pengetahuan dan pandangan benar, barulah kita bisa disebut Bodhisatwa dunia.

 

Melihat lukisan kehidupan dengan mengemban misi amal Tzu Chi

Mendalami Dharma dalam kegiatan survey

Menanamkan benih yang murni ke dalam kesadaran kedelapan

Membawa Dharma ke kehidupan berikutnya dan memiliki pengetahuan benar

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 03 Februari 2015

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -