Melindungi Kehidupan dan Jiwa Kebijaksanaan
“Dalam melatih diri, kita mendengar ada banyak orang memanjat tangga menuju kebuddhaan dengan tergesa-gesa dan melewatkan beberapa anak tangga dan tidak bisa terlahir kembali menjadi manusia. Mereka bagai memiliki sebuah keinginan untuk mencapai puncak gunung dengan menggunakan helikopter. Kakek Guru pernah berkata bahwa untuk mencapai kebuddhaan, kita harus melangkah setapak demi setapak. Melompat ke angkasa dengan menggunakan helikopter sangatlah berbahaya. Ini karena jika terjatuh, maka akan sangat sulit bagi kita untuk terlahir kembali menjadi manusia. Begitu kehilangan tubuh manusia, kapan kita baru bisa kembali? Meski bisa terlahir kembali menjadi manusia, apakah kita bisa memiliki mitra baik? Oleh karena itu, kita harus bermawas diri. Pagi ini, Kakek Guru berkata bahwa beliau bagaikan seekor lembu tua yang kelelahan mendaki gunung. Sebagai muridnya, melihat Kakek Guru yang berusaha keras mendaki setapak demi setapak, kita pun harus mengikuti langkahnya agar bisa membantu Kakek Guru memikul Empat Misi Tzu Chi dan menginspirasi semua makhluk,” ucap Chris.
Lihatlah Chris yang telah menyerap Dharma ke dalam hati setelah mendengarnya, lalu membagikannya kepada orang lain. Setiap hari, saya mendengar hal yang berbeda dan baru darinya. Bahkan saya merasa bahwa saya sendiri mandapatkan manfaat darinya. Dharma sungguh bagaikan air. Tak peduli apakah wadahnya basar atau kecil, air akan tetap bisa dimasukkan ke dalamnya. Tak peduli bagaimana bentuk wadahnya, air ini pun dapat menyesuaikan diri dengannya.
Melihat semua orang menghirup keharuman Dharma, saya merasa sangat tersentuh. Saya mendengar bahwa setiap bulan, para relawan diundang ke lembaga pemasyarakatan untuk berbagi dengan para narapidana. Dengan mendengar Dharma, kita pun dapat memahami prinsip kebenaran dan mempraktikkan Dharma ini dalam keseharian. Dapat mendengar Dharma adalah berkah bagi kita. Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan noda batin, menyucikan pikiran kita, dan menghapus kegelapan batin kita. Jika kita menghirup keharuman Dharma, maka akan memahami Dharma dan bersedia bersumbangsih bagi sesama.
Contohnya, insan Tzu Chi membantu sebuah sekolah menengah membangun ruang kelas sementara. Setelah gedung yang baru selesai dibangun, Setelah gedung yang baru selesai dibangun, kita pun membongkar 20 ruang kelas sementara yang ada di sana dan menggunakan kembali 10 di antaranya untuk sebuah sekolah dasar lainnya. Inilah yang disebut melakukan daur ulang. Jika gedung sekolah mereka selesai dibangun, maka ruang kelas sementara ini akan kembali kita bongkar dan kita gunakan untuk sekolah lain. Dengan demikian, pendidikan para murid tidak perlu terhenti dan mereka dapat terus bersekolah. Ia begitu mudah digunakan.
Bodhisatwa sekalian, saya sangat berterima kasih. Kalian telah mendengarkan ceramah pagi agar dapat menyucikan pikiran. Dengan memiliki Dharma, kita bisa menginspirasi orang lain. Dengan begitu, kita bisa membuat masyarakat lebih aman dan tenteram dan kehidupan banyak keluarga lebih harmonis. Di samping itu, Bodhisatwa daur ulang kita begitu menyayangi bumi serta melindungi kebersihan udara dan lingkungan. Ini sungguh merupakan pahala yang tak terbatas. Ada banyak hal yang patut disyukuri.
Bagi yang mendengar ceramah pagi saya, jangan keluar jika cuaca buruk atau ada kesulitan transportasi. Kalian semua, termasuk relawan daur ulang harus ingat ini. Bangunlah sebelum pukul 5.30 pagi dan lihatlah Da Ai TV. Saya akan berada di rumah kalian. Saat memasuki rumah kalian, saya akan membawa Dharma yang akan membawa ketenteraman dalam keluarga karena Dharma bisa menyucikan pikiran kita. Ingatlah apa yang saya katakan setiap hari. Janganlah mudah marah. Bayangkan, begitu banyak penderitaan di dunia. Di dalam kehidupan ini, kita harus selalu optimis, tetapi tidak boleh menghindari tanggung jawab.
Saya sungguh bersyukur melihat di sebuah desa seperti Dalin, kita memiliki sebuah rumah sakit. Sebelum rumah sakit ini dibangun, baik bupati, camat, maupun para warga setempat berkali-kali datang ke Hualien untuk meminta Tzu Chi membangun sebuah rumah sakit di sana. Bahkan kepala Dinas Kesehatan setempat, Chang Po-ya, juga datang ke Hualien dan berkata bahwa perbandingan jumlah penduduk dan jumlah ranjang RS di sana lebih dari 1 per 10.000. Mereka sangat kekurangan. Jadi, mereka berharap agar kita bisa membantu membangun sebuah rumah sakit di sana.
Mereka mengunjungi saya beberapa kali. Namun, di mana kita akan membangun rumah sakit? Setelah terus mencari, akhirnya kita menemukan sebidang tanah tempat rumah sakit kita berdiri sekarang. Tempat itu dulunya adalah perkebunan tebu. Setelah berusaha dengan susah payah, akhirnya kita bisa mendirikan rumah sakit di sana. Saya sangat bersyukur melihat keharmonisan yang menyelimuti rumah sakit itu. Keharmonisan ini dapat terwujud karena seluruh staf medis sangat bersatu hati. Namun, pandangan masyarakat sekarang terhadap pelayanan kesehatan sudah berubah. Kita berusaha melakukan yang terbaik. Akan tetapi, orang zaman sekarang terkadang tidak memiliki rasa syukur.
Saya sering berkata bahwa di antara Delapan Penderitaan di dunia, penderitaan terbesar adalah sakit. Inilah yang dikatakan Buddha. Di antara Delapan Ladang Berkah, merawat orang sakit mendatangkan pahala yang terbesar. Ini karena ketika sakit, kita tidak hanya menderita, tetapi juga merasa takut dan cemas. Jatuh sakit dan menghadapi kematian sungguh merupakan suatu penderitaan terburuk yang membawa ketidakrelaan dan ketakutan terbesar. Jika ada sekelompok relawan di rumah sakit yang bisa mendampingi dan menghibur para pasien, maka akan membuat para staf medis menjadi lebih tenang. Para relawan ini bagai jembatan yang menghubungkan dokter dan pasien.
Sejak rumah sakit kita didirikan di sana, ia menjadi rumah kita. Para staf medis, termasuk kepala dan wakil kepala rumah sakit serta seluruh kepala departemen, semuanya berusaha melakukan yang terbaik karena rumah sakit itu adalah rumah mereka. Namun, sebenarnya insan Tzu Chi-lah yang bertanggung jawab untuk melindungi rumah ini. Kita harus menjadi pendukung dan pelindung bagi rumah sakit kita. Sebelum memutuskan untuk membangun rumah sakit di atas perkebunan tebu ini, semua orang berkata, “Master, kita lakukan saja.” Berhubung telah membangunnya, tentu saja kita harus melindunginya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena tinggal begitu jauh. Satu-satunya cara adalah para relawan Tzu Chi yang ada di Yunlin harus meluangkan waktu untuk berkontribusi di sana.
Jika setiap orang bersedia mendedikasikan diri di rumah sakit, maka kita tidak perlu takut kekurangan tenaga. Kita hendaknya bekerja sama dengan harmonis. Kepala rumah sakit, wakil kepala rumah sakit, kepala semua departemen, para dokter, perawat, apoteker, dan staf lainnya, semuanya bisa merendahkan hati untuk menjalankan misi kesehatan kita dan bersumbangsih untuk mengurangi penderitaan masyarakat. Terlebih lagi, kalian yang telah mendorong saya untuk mendirikan rumah sakit di sini. Jika kalian tidak bersedia menjaganya, siapa lagi yang akan menjaga? Jika kalian tidak melindunginya, siapa yang akan melindungi?
Intinya, semua orang sungguh harus mendedikasikan diri bagi masyarakat kita dan misi Tzu Chi dengan penuh cinta kasih. Kita harus mendukung misi Tzu Chi. Untuk mewujudkan Delapan Jejak Dharma dalam masyarakat, dibutuhkan kerja sama banyak orang. Semakin banyak orang, maka beban kita akan semakin ringan. Jadi, semua orang harus berpartisipasi. Jika tidak dikerjakan, maka tidak akan ada hasilnya. Setelah melakukan, kita akan merasakan sukacita. Ini yang terus saya serukan bagi kalian. Terima kasih, semuanya.
Air Dharma membasahi batin setiap manusia
Menyebarkan Dharma ke lembaga pemasyarakatan untuk membersihkan noda batin
Menggunakan kembali ruang kelas rakitan
Melindungi kehidupan dan jiwa kebijaksanaan
Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Juni 2014
Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni