Memanfaatkan Waktu untuk Bersumbangsih sebagai Bodhisatwa

Pada upacara pelantikan terakhir yang diadakan di Kaohsiung kali ini, hadir pula sekelompok relawan dari Malaysia. Di antara mereka, ada yang menderita sakit, tetapi juga tetap datang untuk dilantik. Mereka berjumlah lebih dari 200 orangdan datang dengan pesawat carteran. Saya pun bertanya apakah dengan mencarter biayanya lebih murah. Ternyata tidak, biayanya lebih mahal 30 persen."Mengapa begitu mahal?" Namun, mereka sangat ingin kembali ke Taiwan dan tidak mau melewatkan kesempatan untuk dilantik langsung oleh saya. Mereka datang dari Penang dan daerah sekitarnya. Mereka terlebih dahulu berkumpul di Penang untuk kemudian berangkat ke Taiwan. Biaya carter pesawat itu mencapai lebih dari 20 ribu dolar NT (Rp8 juta) per orang. Ji Hang dan Ji Yuan berkata kepada saya bahwa mereka bukan semuanya orang berada. Sebagian dari mereka harus menabung selama lebih dari tiga tahun untuk dapat membeli tiket ke Taiwan.

Di antaranya, ada keluarga yang beranggota 4 orang. Mereka dilantik bersama-sama. Mulanya, mereka berdagang makanan nonvegetaris. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi dan mendengar Dharma, mereka mengerti pentingnya bervegetaris. Mereka paham bahwa hewan memiliki nyawa. Mereka juga memahami hukum sebab akibat dan kelahiran kembali. Karena itu, mereka semua kini menjadi vegetarian. Berhubung sudah menjadi vegetarian, mereka memutuskan untuk mengganti usaha mi mereka menjadi mi vegetaris. Semangkuk mi dijual seharga 2 ringgit Malaysia atau sekitar 20 dolar NT (Rp8.000) Jadi, mereka harus menabung.

Kali ini, mereka tidak mau melewatkan kesempatan untuk dilantik. Sepasang suami istri dan dua orang putra mereka dilantik menjadi anggota komite dan Tzu Cheng. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Intinya, Tzu Chi bukanlah monopoli orang berada, melainkan milik orang yang kaya batinnya. Masing-masing dari anggota keluarga tersebut benar-benar harus menabung sedikit demi sedikit selama tiga tahun untuk bisa kembali ke Taiwan. Keluarga ini sungguh penuh berkah. Selain berkah, mereka juga membina kebijaksanaan.

Selain itu, dalam kunjungan ke Tainan kali ini,  saya melihat sepasang orang tua yang tegar. Putra sulung mereka mengalami kecelakaan. Anak ini baru berusia 22 tahun. Namun, dia meninggalkan banyak kenangan bagi banyak orang karena dia adalah anak yang baik dan sangat berbakti. Sejak kecil dia suka berkebun dan menaruh minat pada desain lanskap. Inilah kegemarannya. Dia juga pernah mewakili Taiwan dalam kompetisi dan memperoleh medali emas. Prestasinya sangat cemerlang. Setelah lulus dari perguruan tinggi, dia bekerja di sebuah perusahaan lanskap. Belum sebulan dia bekerja, ketidakkekalan datang. Suatu hari, dia bertugas memindahkan sebatang pohon besar bersama rekannya. Setelah berhasil membebaskan akarnya, dia beristirahat dan makan siang sejenak. Saat akan kembali bekerja dan menghampiri pohon itu, pohon itu tumbang dan menimpanya. Dia pun meninggal dunia. Orang tuanya adalah insan Tzu Chi. Mereka sangat mendalami ajaran Buddha.

Saat pertama kali mendengar kabar itu, mereka teringat "Tiga Tiada". Kata-kata saya sudah merasuk ke dalam hati mereka. Jadi, mereka memilih untuk memaafkan dan menerima dengan lapang dada. Mereka juga menyumbangkan organ tubuh putranya ini. Ayahnya bahkan tetap bangga pada putranya karena putranya telah membantu mereka  menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, dia bangga pada putranya dan berterima kasih karena putranya telah membuat mereka memahami ketidakkekalan, hukum alam, dan hukum sebab akibat. Dia sungguh menyerap Dharma ke dalam hati. Dia berkata kepada saya bahwa malah majikan putranya yang belum rela dan terus merasa risau. Sepasang orang tua ini datang menemui saya dan terus menghibur majikan putranya. Kejadian ini terjadi beberapa hari sebelum saya menuju Tainan. Kita dapat melihat ketegaran kedua orang tua ini. Saya sungguh merasa tersentuh. Inilah Bodhisatwa dunia yang memiliki semangat Mahayana. Mereka menyerap Dharma ke dalam hati sehingga mampu melenyapkan kerisauan dan kesedihan mereka. Selain itu, mereka juga dapat menghibur orang lain.

Kehidupan penuh ketidakkekalan. Kemarin, saya juga merasa kehilangan atas kepergian benih Tzu Chi pertama di Yuanlin, Hong Xie-xue. Saat terakhir kali melihatnya, dia sudah duduk di kursi roda. Saya berkata, "Kamu harus bersemangat." Dia menjawab, "Saya tahu, Master. Saya masih punya lebih dari seribu donatur." Saya berkata, "Ya, banyak orang membutuhkanmu. Karena itu, jangan biarkan akar kebajikan mereka terputus." Dia membalas, "Tidak akan. Saya akan meminta menantu saya untuk mewakili saya mengurus para donatur." Saya menjawab,  "Tetapi kamu sendiri juga harus terus giat." Namun, dalam hati saya mengerti bahwa waktunya tidak lama lagi karena dia menderita kanker stadium akhir.

Kemarin, putranya mengantarkan jenazahnya ke Hualien untuk memenuhi harapan sang ibu menjadi Silent Mentor. Kemarin jenazahnya telah diantar ke Universitas Tzu Chi. Anak-anaknya menyampaikan terima kasih karena selama lebih dari 20 tahun ini, ibu mereka sangat bersukacita di Tzu Chi. Kekuatan cinta kasih ibu mereka akan mereka teruskan. Mereka berkata, "Kakek Guru tenang saja. Kami akan melanjutkan tekad Ibu." Lihatlah, dia masih memiliki seribu lebih donatur. Dia sudah menjadi relawan selama 25 tahun. Dia adalah relawan pertama di Yuanlin. Saya sangat kehilangan. Namun, ini adalah hukum alam. Orang yang dia bimbing menjadi anggota komite mencapai lebih dari 60 orang. Para anggota komite ini pun terus mendampinginya. Lihatlah, dia dikasihi banyak orang.

 Singkat kata, dia penuh kekuatan cinta kasih. Dia hidup selama 73 tahun. Jika dia tidak bergabung dengan Tzu Chi, mungkin kehidupannya akan biasa-biasa saja. Dengan bersumbangsih di Tzu Chi selama lebih dari 20 tahun ini, dia telah membawa manfaat besar. Xie-xue telah membantu pencapaian banyak orang dan memperdalam makna kehidupannya. Saya juga turut berbahagia untuknya. Kini dia akan menjadi Silent Mentor. Saya mendoakannya. Kehidupan sungguh tidak kekal. Apa yang patut kita lekati? Yang terpenting adalah memanfaatkan saat ini untuk melakukan yang seharusnya dilakukan. Memanfaatkan Waktu untuk Bersumbangsih sebagai Bodhisatwa

Para relawan datang dari jauh untuk dilantik

Sebuah keluarga mengganti usahanya demi welas asih

Menyerap Dharma ke dalam hati sehingga mampu merelakan

Memperluas makna kehidupan dan mengembangkan kebijaksanaan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -