Memanfaatkan Waktu untuk Menciptakan Berkah

Acara Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan setahun sekali memiliki suasana Tahun Baru Imlek yang kental. Setiap tahun, saya mengulas tentang waktu. Sungguh, waktu selalu tidak cukup. Waktu bagaikan jam pasir yang terus mengalir secara diam-diam tanpa kita sadari. Detik demi detik terakumulasi menjadi jam. Jam demi jam terakumulasi menjadi hari dan bulan. Bulan demi bulan terakumulasi menjadi tahun. Jadi, setiap tahun dan bulan berasal dari akumulasi setiap detik. Kita tidak dapat menahan waktu yang terus berlalu. Namun, waktu yang terus berlalu ini dapat mendukung segala pencapaian. Dengan pencapaian yang diperoleh seiring berjalannya waktu, kita juga semakin tua. Jadi, usia kehidupan manusia terus berkurang seiring berjalannya waktu. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik.

Kita sering melihat relawan daur ulang kita yang sedari muda mendedikasikan diri demi keluarga, membesarkan anak-anak, dan membantu usaha suami mereka. Dengan mangandalkan sepasang tangan, mereka bersumbangsih demi keluarga mereka. Meski kini anak-anak mereka telah dewasa dan banyak di antaranya yang menjadi orang sukses di tengah masyarakat, mereka tetap memanfaatkan waktu untuk bersumbangsih. Kini, mereka ingin mengasihi dan melindungi bumi. Mereka melakukan daur ulang demi mengasihi bumi dan demi merawat bumi untuk anak cucu mereka. Karena itu, para relawan lansia kita sering berkata, “Melakukan daur ulang membebaskan kami dari kerisauan dan baik untuk anak cucu kami.”

Selain dapat merawat bumi, juga baik untuk anak cucu mereka. Inilah yang dikatakan para Bodhisatwa lansia kita. Mereka tidak ingin beristirahat. Mereka selalu mendedikasikan semua waktu mereka. Berhubung kini sudah tidak perlu mengkhawatirkan keluarga dan anak cucu mereka, mereka sepenuh hati mendedikasikan diri dalam kegiatan daur ulang. Tzu Chi mendaur ulang banyak sumber daya alam. Barang yang kini kita gunakan, banyak yang diolah dari minyak bumi. Umat manusia menambang minyak bumi dari perut bumi dan mengolahnya untuk memproduksi berbagai barang, seperti produk-produk plastik, tekstil, dan lain-lain. Namun, bumi hanya ada satu, sumber daya alam di dalamnya juga terbatas.

Lihatlah, kini populasi manusia di dunia telah lebih dari tujuh miliar. Semakin banyak populasi, maka semakin banyak sumber daya alam yang dibutuhkan. Belakangan ini, kita sering mendengar masalah krisis air. Belakangan ini, Taiwan juga mulai mengalami krisis air. Mungkin penggunaan air di Taiwan akan dibatasi. Begitu pula dengan minyak bumi. Jika kita terus menambang minyak bumi, apa yang tersisa untuk anak cucu kita kelak? Jika air kering dan minyak bumi juga habis, apa yang harus kita lakukan? Berhubung para relawan daur ulang mengasihi bumi dan menghargai sumber daya alam, maka mereka melakukan daur ulang.

Bukan hanya di Taiwan, kini di Tiongkok juga demikian. Kita memiliki sekelompok relawan lansia yang sangat mengagumkan di sana. Contohnya di Fujian, Tiongkok. Mereka tinggal di lereng gunung secara turun-temurun. Mereka melakukan daur ulang dengan memungut barang daur ulang dengan teliti dari desa ke desa. Setelah itu, mereka memasukkan barang daur ulang ke dalam karung besar, lalu memikulnya dengan pikulan. Terkadang, isi satu karung hampir lebih tinggi dari relawan daur ulang kita. Namun, mereka tetap menuruni gunung dengan memikul karung demi karung barang daur ulang dari atas gunung. Mereka bisa melakukannya dengan penuh sukacita karena mereka telah mengubah tabiat buruk masa lalu.

Kini, beberapa relawan menggunakan tangan yang dahulu digunakan untuk bermain mahyong untuk melakukan daur ulang. Beberapa relawan lainnya memiliki tabiat yang sangat buruk di masa lalu. Kisah seperti ini sangat panjang dan banyak. Sumbangsih mereka dalam melakukan daur ulang telah membuat banyak orang tersentuh dan membimbing banyak orang untuk mendengar Dharma sekaligus melakukan praktik nyata. Banyak orang yang kehidupannya berubah dan keluarganya menjadi lebih harmonis.

Di Tiongkok kisah relawan daur ulang sangatlah banyak. Tentu saja di Taiwan juga demikian. Para relawan daur ulang telah membuka pintu hati untuk mengenal ajaran Buddha. Mereka mewujudkan cinta mereka terhadap bumi ke dalam tindakan nyata. Setelah mendengar ceramah saya, mereka juga menyerapnya ke dalam hati. Mereka tidak pernah merasa Dharma sangat sulit dipahami. Mereka juga membuat catatan.

Kemarin, saat memasuki lobi, saya bisa melihat buku catatan para relawan yang tersusun dengan sangat rapi. Saya menggunakan kaca pembesar untuk membaca catatan mereka dengan serius. Tulisan mereka sangat kecil. Mereka dengan bersungguh hati membuat catatan dengan tulisan yang sangat kecil. Ada juga relawan yang telah menggunakan kertas dari posko daur ulang untuk membuat catatan selama delapan tahun. Dalam setahun, mereka menghasilkan setumpuk catatan. Mereka membuat catatan selembar demi selembar dari hari ke hari. Mereka mencatat setiap perkataan saya tanpa melewatkan satu kata pun. Selain itu, mereka juga mencatat pemahaman yang diperoleh. Karena itu, di dalam catatan mereka terdapat warna yang berbeda-beda, seperti warna biru, kuning, dan merah. Mereka menggunakan warna yang berbeda untuk mencatat isi Sutra, Gatha yang saya tulis, penjelasan saya, dan pemahaman yang mereka peroleh. Mereka menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Sesungguhnya, ajaran Buddha memang harus diterapkan dalam keseharian kita. Buddha datang ke dunia ini untuk mengajari kita bagaimana menjalani hidup dengan penuh makna dan bagaimana berinteraksi dengan sesama dengan hati yang tulus. Setiap profesi di masyarakat kita memiliki misinya masing-masing. Anggota polisi memiliki misinya sendiri, petugas pemadam kebakaran memiliki misinya sendiri, dokter juga memiliki misinya sendiri. Intinya, setiap profesi bertujuan untuk bersumbangsih demi masyarakat. Karena itu, setiap orang hendaknya memiliki rasa hormat yang tulus terhadap semua profesi ini dan selalu memiliki hati penuh rasa syukur. Mereka bersumbangsih demi masyarakat. Karena itu, kita harus berterima kasih kepada mereka.

Singkat kata, di dunia ini, waktu terus berlalu. Kita tidak pernah tahu kapan ketidakkekalan akan datang. Jadi, sebaiknya kita memanfaatkan waktu saat kita masih hidup aman dan tenteram untuk selalu bersyukur atas kerja sama dan sumbangsih semua orang di masyarakat.Ini semua harus kita syukuri.Kita juga harus membangkitkan cinta kasih untuk bersumbangsih demi orang-orang yang menderita di dunia ini. Inilah yang disebut menciptakan berkah. Dengan bertambahnya satu berkah, maka bencana akan berkurang satu. Jadi, jika bisa menjadi orang yang bisa menyelamatkan orang lain,kita akan dipenuhi berkah.

 

Mendedikasikan diri sedari muda untuk menjaga keluarga dan membesarkan anak-anak

Mendedikasikan diri pada masa tua demi mengasihi bumi

Setiap orang bisa menapaki Jalan Bodhisatwa

Memanfaatkan waktu untuk menciptakan berkah

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 24 Januari 2015

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -