Memanfaatkan Waktu untuk Menghimpun Berkah dan Kebijaksanaan

Setiap hari, saya berkata bahwa saya tidak punya cukup waktu lagi. Karena itu, saya sangat menghargai setiap hari. Dengan berlalunya satu hari, usia kehidupan saya juga berkurang satu hari. Dengan berlalunya satu tahun, usia kehidupan saya juga berkurang satu tahun. Karena itu, saya selalu memanfaatkan setiap hari dan setiap tahun dengan baik. Meski seiring berjalannya waktu, usia kehidupan saya juga terus berkurang, tetapi saya selalu bersyukur setiap hari.

Setiap hari, saat membuka mata, yang pertama muncul dalam pikiran saya adalah rasa syukur. Saya bersyukur karena masih bisa bergerak dan telah melewati satu hari dengan selamat. Saya memulai setiap hari yang baru dengan menyemangati diri sendiri untuk memanfaatkan setiap detik dengan baik. Dua hal ini selalu ada dalam pikiran saya. Yang pertama adalah saya selalu merasa tiada waktu lagi. Yang kedua adalah rasa syukur. Terutama pada akhir tahun, saya selalu berkata bahwa kita harus bersyukur atas hari-hari yang telah kita lewati dan menggunakan hati dan pikiran yang tulus untuk menyambut hari-hari yang akan datang. Kita harus menggunakan hati yang tulus untuk menyambut setiap hari di masa mendatang. Inilah yang harus ada dalam hati dan pikiran insan Tzu Chi setiap hari.

Di dunia ini, ada banyak hal yang harus kita lakukan. Kali ini saya melakukan perjalanan dari wilayah utara ke wilayah selatan Taiwan. Saat tiba di Kaohsiung, saya terlebih dahulu berkunjung ke Gangshan. Ini merupakan kunjungan mendadak. Saat tiba di sana, banyak orang di dalam mobil yang berkata, “Wah, tempat ini tenang sekali.” Namun, dari jauh kami melihat bahwa Ci Tong sepertinya tahu bahwa kami akan datang. Jika tidak, mengapa dia mengenakan seragam komite? Saya lalu memanggilnya dan memintanya masuk ke dalam mobil. Saya bertanya padanya, “Apakah kamu tahu bahwa saya akan datang?” Dia menjawab, “Saya tidak tahu.” Saya berkata, “Kalau begitu, mengapa kamu mengenakan Qipao?” Dia berkata, “Hari ini kami mengadakan pameran.” Mereka baru saja selesai mengadakan pameran. Jadi, ini menunjukkan bahwa pada hari-hari biasa, kompleks Tzu Chijuga memiliki kegiatan.


Contohnya, pameran daur ulang kali ini. Saya lalu pergi ke posko daur ulang. Saya sangat bersyukur melihat sekelompok relawan daur ulang di sana. Tempatnya sangat bersih dan tidak ada seekor lalat pun. Ada banyak orang di sana, tetapi tidak ada lalat atau nyamuk di sana. Tempat itu sangat bersih. Saya lalu berkata kepada mereka, “Kalian telah melakukannya dengan baik.” Mereka berkata, “Ya. Master meminta kami untuk hanya mengumpulkan barang daur ulang yang sudah dibersihkan warga. Terima kasih, Master telah mengajari kami cara membimbing warga seperti ini sehingga di posko daur ulang ini tidak ada nyamuk dan lalat.” Saya sungguh tersentuh. Relawan Su masih tetap berada di sana. Dia adalah seorang direktur. Dia terus mendedikasikan diri di sana dengan bersungguh hati. Posko daur ulang itu sungguh sangat bersih.

Saat akan memasuki Aula Jing Si, saya semakin tersentuh. Dari jauh, saya sudah bisa melihat pintu aula yang terbuka lebar. Saya juga bisa melihat keagungan di dalam Aula Jing Si. Yang lebih membuat saya tergugah adalah banyaknya orang yang ikut mendengar ceramah pagi. Saat memasuki Aula Jing Si, saya melihat buku catatan dari banyak orang. Mereka bahkan menyiapkan kaca pembesar untuk saya. Untuk catatan yang tulisannya sangat kecil, saya dapat menggunakan kaca pembesar untuk membacanya. Ada lebih dari 500 buku catatan di sana. Sungguh, tidak sia-sia saya berbagi Dharma dengan kalian setiap pagi. 


Sepanjang perjalanan dari utara ke selatan, saya telah melihat banyak buku catatan. Setiap orang mendengar Dharma dengan sepenuh hati, termasuk salah seorang dokter kita. Buku catatannya penuh dengan tulisan. Dia juga menggunakan berbagai warna untuk mencatat perkataan saya, isi Sutra, Gatha, tulisan saya, dan lain-lain. Dia mencatat semua yang dia dapat dengan berbagai warna. Dalam catatannya itu, dia bahkan mencatat berapa kali saya batuk pada hari itu. Singkat kata, murid-murid saya benar-benar mendengar Dharma, menyerap Dharma ke dalam hati, dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Mendengar mereka berbagi tentang bagaimana mereka memperhatikan saudara se-Dharma, bagaimana mereka melewati masalah dalam hidup, dan bagaimana mereka menghapus noda batin, saya merasa sangat tersentuh.

Hari ini, saya telah melihat ketertiban dan kesungguhan hati kalian. Saya juga telah mendengar tentang ketekunan dan semangat kalian. Semoga keharuman Dharma dalam hati kalian dapat menciptakan keluarga yang harmonis dan masyarakat yang aman dan tenteram. Inilah tujuan kita semua. Setelah dilantik hari ini, kalian harus menjadikan hati Buddha yang penuh cinta kasih dan welas asih agung sebagai hati sendiri. Kalian juga harus memiliki tekad Guru, yakni bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa dengan memikul bakul beras bagi dunia dan bersumbangsih demi seluruh makhluk yang menderita.

Kalian harus menonton berita Da Ai TV. Saya telah melihat berita tentang Haiti. Saat mulai melakukan perjalanan, saya terus berkata kepada insan Tzu Chi AS yang berada di samping saya tentang bagaimana membantu para korban di Haiti. Karena itu, merespons bencana di Haiti kali ini, mereka mengikuti petunjuk saya dan mulai mengadakan pembagian bantuan. Pastor dan biarawati setempat sangat berterima kasih atas sumbangsih Tzu Chi. Saat saya melakukan perjalanan keliling Taiwan, insan Tzu Chi dari AS telah tiba di Haiti untuk menjangkau orang-orang yang menderita. Kecuali beras, mereka membeli barang-barang setempat untuk dibagikan kepada para korban. Warga setempat sangat bersyukur. Insan Tzu Chi di sana telah mewujudkan misi memikul bakul beras bagi dunia dengan menolong warga Haiti.

Kalian juga sering mengatakan bahwa donatur Tzu Chi sering bertanya, “Mengapa kalian selalu menyalurkan bantuan ke luar negeri?” Sesungguhnya,  sekarung demi sekarung beras yang kita bagikan di Haiti bukan dibeli dengan uang dari Taiwan. Insan Tzu Chi Amerika Serikat-lah yang menanggung semua pengeluaran itu. Mereka hanya kembali untuk bertanya kepada saya tentang langkah-langkah penyaluran bantuan. Inilah kekuatan cinta kasih. Kekuatan cinta kasih ini membuat para warga Haiti membuka pintu hati mereka untuk bekerja sama dengan insan Tzu Chi tanpa memedulikan perbedaan agama. Inilah berita yang saya lihat. Insan Tzu Chi AS sungguh-sungguh telah memikul bakul beras bagi dunia. Setiap orang harus memiliki hati Buddha dan tekad Guru.

Kalian jangan melupakan tekad awal kalian pada hari ini. Pelantikan pada hari ini hanyalah sebuah permulaan. Dahulu adalah masa-masa persiapan. Kini kalian telah menapaki Jalan Bodhisattva. Jadi, jangan sampai melupakan tekad yang telah kalian bangun hari ini. Semua orang telah menerima Angpau Berkah dan Kebijaksanaan. Ini merupakan harta kebijaksanaan yang berasal dari royalti publikasi Jing Si, bukan uang Yayasan Tzu Chi. Setiap orang hendaknya dapat dengan bijak bersumbangsih bagi dunia untuk menciptakan berkah dan membina kebijaksanaan. Saya mendoakan kalian semua.

Memanfaatkan waktu untuk menghimpun berkah dan kebijaksanaan

Mengadakan pameran daur ulang dan menyerap Dharma ke dalam hati

Memikul bakul beras bagi dunia dengan membantu orang yang membutuhkan

Mempraktikkan hati Buddha dan tekad Guru

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -