Membalas Budi dengan Sepenuh Hati dan Bersama-sama Berbuat Baik

Lihatlah ketidakselarasan iklim di dunia. Di musim panas seperti ini, Xinjiang malah dilanda badai salju. Saya sungguh tidak tahu bagaimana mengatakannya. Semua orang di dunia ini sungguh harus berinteraksi dengan penuh cinta kasih agar dapat sungguh-sungguh mewujudkan dunia yang bebas dari bencana. Inilah yang harus kita lakukan.

Kita bisa melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia terus mengembangkan kekuatan cinta kasih melalui tindakan nyata dan menyebarluaskannya secara perlahan-lahan. Noni Thio, relawan Indonesia menjelaskan, “Kami ingin supaya anak-anak juga bisa ikut serta dalam berdana dalam program celengan bambu ini karena saya tau program ini sangat baik.” Viony Valerie Lim, seorang siswa SD Dharma Budhi Bhakti yang mengikuti program ini mengatakan, “Aku puas buat nabung, soal nabung itu menyenangkan dan bisa membantu orang.” Kita bisa melihat sosialisasi semangat celengan bambu di Indonesia telah mulai membuahkan hasil.

Bank CTBC Indonesia (Bank Chinatrust) mulai bekerja sama dengan Tzu Chi Indonesia untuk mendorong orang-orang beramal lewat program “Tabungan Bambu”. Artinya, atas nama nasabah yang ikut dalam program ini, pihak bank akan mendonasikan 0,5 persen dari nilai saldo rata-rata bulanan kepada Tzu Chi tanpa mengurangi saldo nasabah. Setelah memanfaatkan sumber daya masyarakat, sudah seharusnya kita membalas budi masyarakat. Semoga kegiatan cinta kasih ini bisa tersebar ke lebih banyak tempat. Dengan kekuatan cinta kasih, setiap orang bisa saling menginspirasi dan menyemangati. Program seperti ini sungguh membuat orang merasa tersentuh. Program ini bertujuan untuk mendorong orang-orang beramal. Selain itu, pihak bank juga bersedia mendukung nasabah untuk beramal dengan mendonasikan dana kepada Tzu Chi sebesar 0,5 persen dari jumlah saldo rata-rata nasabah. Ini juga merupakan kebajikan. Ini sungguh tidak mudah.

Sesungguhnya, lebih dari 20 tahun lalu, Bank Chinatrust Taiwan juga meluncurkan program serupa yang masih berlangsung hingga kini. Mereka meluncurkan Kartu Kredit Lotus. Dari setiap transaksi senilai 1.000 dolar NT dengan menggunakan Kartu Kredit Lotus, Bank Chinatrust Taiwan akan mendonasikan 2 dolar NT kepada Tzu Chi. Selama 20 tahun ini, Bank Chinatrust Taiwan telah mendonasikan lebih dari 400 juta dolar NT kepada Tzu Chi. Jumlah ini terhimpun setelah 20 tahun. Mereka juga menjadikan produk Tzu Chi sebagai hadiah bagi para pemegang kartu baru dengan harapan bisa membuat lebih banyak orang memahami kontribusi Tzu Chi di seluruh dunia dan membuat mereka tahu bahwa dari setiap tabungan atau transaksi, mereka juga dapat melakukan kebaikan. Inilah kesungguhan hati Bank Chinatrust. Mengetahui program yang dijalankan oleh Bank Chinatrust Taiwan untuk Tzu Chi, Bank CTBC Indonesia pun bersedia mengikutinya. Mereka telah menandatangani perjanjian kerja sama secara resmi dengan Tzu Chi. Hal ini sungguh membuat orang tersentuh. Sungguh ada banyak hal yang menggugah hati. Semangat celengan bambu sungguh sangat penting.

Kita juga bisa melihat seorang lansia di Desa Tongmen, Hualien yang dahulu pernah dibantu oleh Tzu Chi. Saat itu, putranya dirawat di RS Tzu Chi. Para relawan Tzu Chi sangat mengasihi dan menjaga mereka. Meski putranya tidak terselamatkan, tetapi insan Tzu Chi tetap terus mencurahkan cinta kasih padanya. Nenek itu pun belajar menyisihkan koin untuk berbuat baik. Dia juga mengajak para warga di desanya untuk melakukan hal yang sama. Lihatlah, begitu banyak orang bersama-sama untuk menghitung koin yang mereka sisihkan. Saya sungguh merasa tersentuh. Dana kecil bisa melakukan amal besar. Lihatlah, setiap orang begitu gembira.

Kita juga bisa melihat Chun-ying. Dia berkata bahwa dia berhasil diselamatkan dari kondisi kritis. Dahulu, dia sangat gemar mengonsumsi minuman keras dan hidup dalam ketersesatan. Chun-ying bercerita, “Pada tanggal 5 Maret tahun lalu, saya menderita gagal hati akut. Saat itu, saya mengira saya pasti tidak bisa selamat. Di ruang perawatan intensif, saya koma selama 8 hari. Tiga orang dokter memberikan pertolongan darurat untuk saya. Secara ajaib, saya terselamatkan. Jujur saja, hari ini saya melakukan daur ulang di sini dan menggalang dana bagi Tzu Chi, semua atas kemauan saya sendiri. Saya bukan terpengaruh oleh orang lain. Saya melakukan semua itu dengan sepenuh hati karena saya ingin membalas budi.” Dia berhasil diselamatkan dari kondisi kritis. Kini dia merasa seperti terlahir kembali. Dia ingin mengembangkan nilai hidupnya lewat bersumbangsih bagi sesama. Karena itu, dia mulai menjadi relawan Tzu Chi dan berdedikasi bagi warga desanya.

Selain itu, dia juga mengubah tabiat buruknya. Dia bahkan mengajak teman berjudi dan teman minumnya untuk bergabung dengan Tzu Chi. Dia tidak hanya memperbaiki diri, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk berubah. Kisah ini juga membuat orang sangat tersentuh. Sungguh, kita jangan meremehkan setiap kekuatan yang kecil. Lansia yang berusia 80-an tahun saja tahu menyadari berkah, membalas budi, dan bersumbangsih bagi sesama. Chun-ying yang pernah hidup dalam ketersesatan juga tahu untuk mengintrospeksi diri, memperbaiki diri, dan mulai berjalan ke arah yang benar. Semua ini bisa tercapai jika kita bisa bersumbangsih dengan cinta kasih, ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan.

Insan Tzu Chi selalu bersumbangsih tanpa pamrih dan selalu menyebarkan benih cinta kasih. Tidak hanya di Taiwan, insan Tzu Chi di seluruh dunia juga demikian. Para relawan muda-mudi Tzu Chi juga selalu saling menyemangati. Kita bisa melihat anggota Tzu Ching di Inggris. Mereka juga mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Dalam rangka hari pelestarian lingkungan, para anggota Tzu Ching di seluruh dunia bersama-sama menjalankan pelestarian lingkungan. Meski berada di negara yang berbeda-beda, tetapi dalam satu waktu yang sama, mereka melakukan satu kegiatan yang sama, yakni menjaga kelestarian bumi. Para anggota Tzu Ching di Inggris mengajak anak-anak dan mengajari mereka bagaimana cara melindungi bumi. Banyak orang dewasa yang sangat tersentuh melihatnya.

Jadi, berbuat baik bukanlah hal yang sulit. Ia merupakan kewajiban setiap orang. Asalkan kita bersungguh-sungguh berdedikasi bagi dunia, mengetahui dengan jelas arah hidup kita dan kewajiban kita, maka orang-orang di sekitar kita juga akan merasa tersentuh. Kedamaian di dunia dan masyarakat membutuhkan dedikasi dari setiap orang. Yang tinggal di kolong langit dan di atas bumi adalah manusia. Karena itu, kondisi iklim dan kondisi bumi bergantung pada tindakan setiap orang. Lihatlah, di dunia ini terdapat banyak bencana akibat ulah manusia dan bencana alam. Semua bencana itu berawal dari pikiran manusia. Jadi, pikiran sangat penting. Setiap pagi, kita memanjatkan doa dengan harapan dapat terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Jika setiap orang berdoa dengan hati yang tulus, maka gema doa kita akan dapat menjangkau para dewa. Setiap niat yang timbul dalam diri kita pasti akan membawa akibat. Karena itu, kita harus membimbing semua orang agar berpikiran benar. Dengan demikian, baru dunia bisa terbebas dari bencana dan masyarakat bisa hidup harmonis.


Unsur alam yang tak selaras mengakibatkan kondisi iklim menjadi ekstrem

Bank CTBC bekerja sama dengan Tzu Chi untuk berbuat baik

Relawan muda-mudi Tzu Chi mendukung hari pelestarian lingkungan

Memiliki pola pikir yang benar dan mengubah tabiat buruk


Link video (teks Mandarin dan Indonesia): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Juni 2014

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -