Membangkitkan Cinta Kasih Berkesadaran
Sungguh, untuk membawa kehangatan bagi dunia, dibutuhkan kebajikan dan cinta kasih. Insan Tzu Chi di Kaohsiung setiap hari tanpa henti mengembangkan hati Bodhisatwa yang tidak tega melihat semua makhluk mengalami ketakutan dan penderitaan. Semua ini dimulai dari sebersit niat.
Selain para relawan dari Kaohsiung, relawan dari daerah lain di seluruh Taiwan juga turut peduli. Mereka semua berharap memiliki kesempatan untuk turut mendampingi warga di Kaohsiung. Inilah Bodhisatwa dunia. Mereka turut merasakan penderitaan semua makhluk. Dengan cinta kasih yang dalam, mereka mendekati para warga. Cinta kasih mereka sangat luas. Para relawan memandang semua warga seperti keluarga sendiri dan tidak tega melihat mereka menderita.
Selama hampir sebulan, selain insan Tzu Chi dari Kaohsiung yang bergerak mendampingi warga dalam jangka panjang, para relawan dari luar Kaohsiung juga turut membantu. Saya sungguh berterima kasih. Inilah Bodhisatwa dunia yang menjalankan ajaran Buddha dalam keseharian. Melihat warga dapat mengungkapkan isi hati, membuka pintu hati, dan menampakkan senyuman adalah hal yang paling membahagiakan bagi para Bodhisatwa ini.
Inilah cara mereka bersumbangsih. Balasan yang mereka dapatkan adalah sukacita dalam Dharma. Sukacita dalam Dharma ini lebih membahagiakan daripada menghasilkan uang banyak. Kebahagiaan dari menghasilkan uang banyak hanya sementara dan cepat berlalu karena manusia selalu merasa tidak cukup dan ingin mengejar lebih banyak. Keinginan ini membawa penderitaan. Sebaliknya, sukacita dalam Dharma tidaklah sama. Saat ada orang yang menderita dan kita memiliki kesempatan membantu mereka, kita harus bersyukur kepada mereka. Kita bahagia karena memiliki jalinan jodoh dan kesempatan untuk mendampingi mereka. Dengan begitu, kita juga berkesempatan untuk menanam benih kebaikan. Di dalam ladang batin mereka, kita menyebarkan benih kebajikan. Dengan adanya benih dan jalinan jodoh ini, cinta kasih dapat terus berlanjut. Cinta kasih yang tulus ini terus berlanjut. Ini adalah cinta kasih yang berkesadaran.
Pada awalnya, relawan dan warga tidak saling mengenal, tetapi kini, tali kasih telah terjalin dan mereka dapat saling bersyukur. Kita bersyukur karena mereka bersedia menerima sumbangsih kita. Mereka bersyukur karena ada sekelompok Bodhisatwa dunia yang mulanya tidak ada hubungan dengan mereka, kini menyediakan makanan hangat bagi mereka. Saat mereka merasa takut dan tidak berdaya, ada sekelompok orang yang datang ke dalam kehidupan mereka untuk memberi perhatian dengan cinta kasih yang nyata dan tulus. Ini sungguh luar biasa. Tanpa jalinan jodoh baik masa lalu, mungkinkah semua ini terwujud?
Penyaluran bantuan tahap pertama sudah hampir berakhir. Karena itu, para relawan mempercepat langkah sejak kemarin, hari ini, hingga besok untuk melakukan survei lanjutan karena ada sebagian warga yang tidak berada ditempat pada kunjungan sebelumnya. Kini para relawan juga mengundang warga untuk menghadiri acara doa bersama pada tanggal 31 Agustus yang akan diadakan sebanyak dua sesi di Aula Jing Si Kaohsiung. Semoga setelah musibah ini berlalu, hati semua orang dapat tenang kembali.
Hal-hal yang harus dilakukan di tahap awal sudah hampir selesai. Kini kita ingin mengajak semua orang untuk berdoa bersama dengan tulus. Kita juga melihat para relawan membagikan alat pemutar musik kepada warga agar warga dapat mendengar lagu Doa dan berdoa setiap hari. Di dalam alat pemutar musik itu juga ada lagu Sutra Makna Tanpa Batas. Warga dapat menyanyikan dan melantunkannya. Dengan begitu, selain merasakan ketenangan hati, kita berharap para warga juga dapat terinspirasi.
Asalkan dapat melantunkan lirik lagu itu setiap hari, mereka akan paham mengapa di dunia ini ada begitu banyak Bodhisatwa hidup. Semangat Bodhisatwa ini datang dari hati Buddha yang dimiliki setiap orang. Kita berharap mereka dapat memahami bahwa ajaran Buddha memandang setara semua makhluk, tidak membedakan agama dan suku bangsa. Saat ada makhluk yang menderita, kita akan terjun menolong dan membabarkan Dharma bagi mereka. Setelah musibah di Kaohsiung berlalu, kini kita akan mulai membabarkan Dharma bagi warga agar mereka dapat menenangkan hati. Setelah mendengar Dharma dan merasakan ketenangan, lebih jauh lagi mereka dapat memahami Jalan Bodhisatwa.
Inilah yang dimaksud melenyapkan penderitaan, lalu membabarkan Dharma. Hati manusia haruslah tenang dan teguh. Jika tidak, selamanya kita tak akan merasa puas. Kita melihat mogok massal di Argentina yang berlangsung selama 36 jam. Sesungguhnya, apa penyebab mogok massal ini? Ia disebabkan oleh tingginya pajak dan rendahnya upah. Karena masalah itulah, orang-orang mengadakan mogok massal. Setelah berhenti bekerja secara massal, bukankah setelah 36 jam mereka tetap harus kembali bekerja? Jadi, manusia hendaknya saling berkomunikasi dengan baik. Tuntutan juga harus masuk akal. Jika semua orang bekerja sama dengan harmonis, barulah masyarakat akan damai dan tenteram.
Kita juga melihat pencemaran yang disebabkan oleh manusia secara tidak sadar dalam keseharian. Di Sydney, Australia, para peneliti menemukan bahan plastik berbahaya di pelabuhan Sydney. Bahan plastik ini sangat kecil. Kabarnya, bahan plastik mikro ini berasal dari serat tekstil dan krim pembersih wajah. Limbah ini mengalir ke laut lewat saluran air. Partikel kimia kecil ini telah mencemari laut dan meracuni ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Karena habitatnya tercemar, ikan-ikan pun terkontaminasi, lalu manusia tetap memakannya. Manusia memakan kembali ikan-ikan yang telah terkontaminasi. Akibatnya, bahan-bahan kimia masuk ke dalam tubuh manusia. Singkat kata, lebih baik kita bervegetaris. Ini lebih aman. Intinya, kita harus mawas diri dalam kehidupan sehari-hari.
Melenyapkan kerisauan dengan cinta kasih
Membabarkan Dharma demi membangkitkan cinta kasih berkesadaran
Bahan plastik mencemari lautan
Tulus bervegetaris demi keamanan diri sendiri
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 31 Agustus 2014.