Membangkitkan Kekayaan Batin dan Menciptakan Berkah
Lihatlah penderitaan hidup sungguh di luar kendali kita. Kakek ini terlahir di India. Dia pergi ke Mozambik untuk berbisnis dan menjadi sangat kaya di sana. Namun, hidupnya berubah total setelah mengalami dua kali ketidakkekalan. Pertama kali adalah istri dan anaknya yang meninggalkannya dengan membawa sebagian hartanya. Kedua kali adalah orang tidak dikenal yang merampas seluruh hartanya. Dalam sekejap, yang tersisa bagi miliarder ini hanyalah sebuah uang koin. Lalu, dia diterima di sebuah komunitas kurang mampu. Ini terjadi sekitar belasan tahun yang lalu. Setelah itu, dia menikah dengan Paula.
Namun, setelah menikah, istrinya harus menghadapi diskriminasi rasial. Keluarga Paula tidak merestui pernikahan mereka. Karena itu, selama hampir 10 tahun, Paula tidak berani keluar. Dia hanya beraktivitas di lingkungan komunitas mereka. Berkat insan Tzu Chi dari Afrika Selatan yang terus mencurahkan perhatian lintas negara dan menyebarkan benih cinta kasih ke Mozambik, kini sekelompok Bodhisatwa di Mozambik telah dipenuhi kekayaan batin. Mereka mendengar Dharma sekaligus menyebarkan Dharma. Akhirnya, pada suatu hari, mereka menjangkau komunitas Paula. Paula juga ikut mendengar Dharma. Dengan menggunakan komputer, insan Tzu Chi berbagi program Lentera Kehidupan di sana.
Lewat teks terjemahan bahasa Inggris dan terjemahan secara lisan di sana, mereka bisa menerjemahkannya secara lisan ke dalam bahasa setempat. Paula pun bisa menyerap kata-kata saya ke dalam hati. “Di dunia ini, tidak ada orang yang tidak saya kasihi. Di dunia ini, tidak ada orang yang tidak saya percayai. Mengapa saya harus mengurung diri?” ucapnya. Karena itu, dia membuka pintu hatinya dan yakin bahwa tidak ada orang yang tidak bisa dipercayai. Setelah membangkitkan keyakinan, dia bergabung ke dalam barisan relawan. Lewat survei kasus dan kunjungan kasih, dia bisa melihat kehidupan orang lain yang lebih menderita dari dirinya.
Dia melihat orang-orang yang hidup kekurangan sekaligus menderita penyakit. Dia telah melihat semuanya. Setelah melihat berbagai penderitaan, tekadnya semakin teguh. Jadi, setelah melakukan survei kasus, bersumbangsih, dan lain-lain, dia sering berbagi kasus yang ditemuinya dengan suaminya. Sejak saat itu, Paula bergabung ke dalam Tzu Chi dan menyebarkan Dharma ke berbagai tempat. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih. Dia juga selalu berbagi dengan orang-orang tentang semangat celengan bambu. Setiap sen donasi yang diterimanya selalu dia catat. Dia mencatat tanggalnya, siapa donaturnya, dan berapa jumlah donasinya. Setiap donasi dicatat dengan jelas.
Cinta kasih telah mengubah kehidupannya dari orang yang hidup kekurangan menjadi orang yang kaya batinnya. Ini berkat setetes air Dharma yang meresap ke dalam hatinya dan membangkitkan sifat hakikinya sehingga dia dapat mengembangkan cinta kasih yang tulus dan bersumbangsih dengan bahagia dan damai. Bukankah ini yang disebut Bodhisatwa dunia? Selain mengasihi sesama, dia juga memperhatikan orang yang membutuhkan. Setiap donasi dari warga kurang mampu, tidak peduli nilainya 10 sen ataupun 50 sen, dia selalu menerimanya dengan penuh hormat. Dengan demikian, warga kurang mampu juga berkesempatan untuk membangkitkan kekayaan batin. Demikianlah kita mengubah kehidupan sesama agar setiap orang berkesempatan untuk menciptakan berkah meski hanya dengan sumbangsih kecil.
Ini bagaikan saat Buddha masih hidup. Saat itu, ada seorang nenek miskin yang tidak memiliki apa pun, tetapi Buddha tetap memberinya kesempatan berdana. Buddha meminta sepotong kain dari pakaian sang nenek yang sudah kotor dan robek. Tujuan Buddha adalah memberikan kesempatan kepada nenek tersebut untuk memberikan persembahan kepada Sangha dan menciptakan berkah. Setelah menerima potongan kain tersebut, Buddha berkata kepada anggota Sangha bahwa potongan kain itu bisa didapatkan oleh setiap orang. Karena itu, bagian punggung pakaian para Sangha, seperti yang saya pakai ini, semuanya ada sepotong kain kecil yang disebut “tanda”. Ini menandakan bahwa kekuatan cinta kasih setiap orang setara tanpa memedulikan besar atau kecilnya donasi. Ini juga disebut pandangan cinta kasih dan welas asih yang setara. Setiap orang bisa melakukannya. Buddha ingin membangkitkan cinta kasih di dalam hati setiap orang di dunia ini.
Kita bisa melihat di Medan, Indonesia, pemerintah setempat mengundang insan Tzu Chi untuk bekerja sama dengan mereka guna mengadakan baksos katarak bagi para lansia kurang mampu. Para anggota TIMA telah mengembangkan potensi kebajikan yang sangat besar di Indonesia. Demikian pula dengan Filipina. Selama tujuh tahun ini, ada lebih dari 50.000 orang yang penglihatannya telah pulih kembali. Ini karena di Filipina, poli mata setempat telah mengembangkan potensi dengan sangat baik. Inilah laporan insan Tzu Chi Filipina pada beberapa hari yang lalu. Saya sangat gembira mendengar laporan mereka. Di dunia ini, asalkan ada kebajikan dan cinta kasih di dalam hati kita, maka kita bisa menyebarkan benih cinta kasih ke dalam hati orang lain dan menginspirasi setiap orang menjadi Bodhisatwa dunia.
Kita juga bisa melihat pondok pesantren yang telah dibantu Tzu Chi selama belasan tahun. Sejak Habib Saggaf masih hidup, Tzu Chi pun telah membantu pondok pesantren tersebut selama bertahun-tahun. Pihak pesantren juga berharap kita bisa menggunakan Kata Renungan Jing Si untuk mengajari anak-anak bahasa Mandarin. Mereka bisa berbahasa Mandarin dengan lancar setelah mempelajarinya selama beberapa tahun ini.
Selain itu, kita juga mengajak mereka untuk melakukan swasembada pangan. Saat itu, mereka memiliki lahan yang sangat luas. Namun, mereka tidak tahu bagaimana memanfaatkan lahan-lahan tersebut. Insan Tzu Chi lalu mengajak para ahli pertanian ke sana untuk mengajari mereka bercocok tanam. Mereka diajari cara menabur benih, cara merawat tanaman, cara memanen tanaman, cara mengolahnya menjadi tepung, dan cara mengolah tepung menjadi roti. Inilah yang terus insan Tzu Chi lakukan di sana hingga kini. Lihatlah seorang siswa lulusan pesantren yang kini sudah berusia 30-an tahun. Setelah kembali ke kampung halamannya, dia juga mencurahkan perhatian dan meneruskan cinta kasih insan Tzu Chi kepada sekelompok anak dengan memberikan pendidikan kepada mereka. Saya sangat tersentuh melihatnya.
Waktu tidak menunggu orang. Namun, seiring berjalannya waktu, kita terus membimbing anak-anak untuk berkembang dan mengembangkan potensi mereka yang tidak terbatas. Singkat kata, meski menganut keyakinan yang berbeda-beda, tetapi mereka dapat meneruskan semangat Tzu Chi dan saling membantu. Dengan kekuatan cinta kasih dan kebajikan yang tulus, kita terus bersumbangsih bagi sesama. Inilah yang harus diusahakan oleh setiap orang.
Menginspirasi orang yang hidup kekurangan untuk membangkitkan kekayaan batin
Bersama-sama menciptakan berkah dengan semangat celengan bambu
Banyak orang yang penglihatannya pulih kembali berkat baksos kesehatan
Anak-anak bertumbuh menjadi insan berbakat
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 April 2015