Membangkitkan Kekayaan Batin dan Menjalin Jodoh Baik
Dalam kunjungannya ke Aula Jing Si Hsinchu, (05/12/2014) untuk menghadiri Pertemuan relawan lansia, Master disambut dengan nyanyian dari para relawan setempat. “Hati Master adalah hati Bodhisatwa. Jelmaan Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu Meringankan penderitaan dan mengobati penyakit Bekerja keras tanpa memikirkan diri sendiri Master sungguh penuh welas asih Beribu-ribu terima kasih atas kebaikanmu.”
Akhir-akhir ini, saya sering merasa diburu waktu. Banyak hal yang belum sempat diselesaikan, sedangkan yang menanti untuk diselesaikan juga sangat banyak. Saya selamanya merasa tidak cukup waktu. Seharusnya bukan hanya saya yang merasakan hal ini. Saya berharap seluruh insan Tzu Chi dapat memiliki pandangan yang sama dengan saya, yakni bahwa sudah tiada waktu lagi.
Apa untungnya memiliki pandangan ini? Pandangan ini dapat membuat kita memanfaatkan setiap waktu dan jalinan jodoh dengan baik. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh Bodhisatwa yang tekun dan bersemangat. Kalian selalu memanfaatkan waktu dengan baik. Setiap orang hendaknya memiliki hati penuh rasa syukur karena tidak mudah terlahir sebagai manusia dan berkesempatan untuk bertemu ajaran Buddha. Memasuki pintu ajaran Buddha berarti mulai menapaki Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus. Contohnya dalam perakitan rumah sementara.
Lihatlah, setiap orang begitu bekerja keras. Insan Tzu Chi dari wilayah Hsinchu juga membantu membuat kerangka rumah rakitan. Setengah tahun yang lalu, saat saya datang ke sini, saya juga mengunjungi mereka. Setiap orang mengerahkan segenap hati dan tenaga. Relawan perempuan juga bekerja keras bagaikan relawan laki-laki. Relawan laki-laki juga mengajari relawan perempuan cara pembuatan kerangka dengan penuh kelembutan.
Lihatlah sekelompok anggota Tzu Cheng yang mendedikasikan diri dengan sepenuh hati. Sekelompok anggota komite juga mengemban tanggung jawab ini bersama. Baik relawan laki-laki maupun perempuan, semuanya bekerja sama untuk membantu pembuatan kerangka rumah rakitan.
Kini, di lokasi bencana Topan Haiyan di Filipina, kita telah membangun rumah rakitan dan ruang kelas sementara. Ruang kelas sementara telah berfungsi. Anak-anak dapat melanjutkan pendidikan dengan tenang. Akhir-akhir ini, meski diterjang beberapa topan, ruang kelas sementara kita dapat melewati ujian ini. Kini, kita tengah mempercepat langkah untuk membangun rumah rakitan sementara. Kita bisa melihat sumbangsih para relawan demi membantu perakitan rumah sementara.
Sebagian relawan pergi ke Sanxia dan membawa material rumah rakitan kembali ke Hsinchu agar semakin banyak orang yang memiliki kesempatan untuk bersumbangsih. Melihat sumbangsih mereka, saya merasa sangat bersyukur. Setiap orang berinisiatif untuk membantu. Ini semua dilakukan dengan sepenuh hati dan tenaga. Setelah kerangkanya selesai dibuat dan dimasukkan ke dalam peti kemas, mereka juga merasa puas atas pencapaian mereka. Semua ini tak lepas dari jalinan jodoh. Karena bencana Topan Haiyan, kita dapat menjalin jodoh dengan warga Filipina. Setiap orang dengan penuh sukacita berpartisipasi dalam perakitan rumah sementara. Banyak kerangka rumah rakitan yang telah kita buat di Taiwan. Ini merupakan Ini adalah rangkaian sebab akibat. Alhasil, setiap orang dari kita merasa sangat bersyukur dari lubuk hati.
Kita sungguh memiliki berkah karena dapat menjalin jodoh dengan warga Filipina dengan menyediakan tempat tinggal bagi setiap keluarga yang dilanda bencana. Kini, para korban bencana di sana telah memiliki tempat tinggal, sedangkan buah yang kita dapat adalah ketenangan di dalam hati.
Buddha mengajarkan kepada kita untuk memiliki cinta kasih agung dan welas asih agung. Melihat warga Filipina dilanda penderitaan, para Bodhisattva dunia merasa tidak tega. Karena itu, kita bersumbangsih dengan uang dan tenaga.
Pascatopan Haiyan, insan Tzu Chi bukan hanya bersumbangsih dengan tenaga, tetapi juga menggalang hati dari banyak orang agar ribuan hingga puluhan ribu korban bencana di Filipina dapat hidup dengan tenang dan damai. Berkat uluran tangan insan Tzu Chi, pendidikan anak-anak di sana dapat berlanjut. Berkat usaha kita, para korban bencana memiliki tempat tinggal. Begitu teringat hal ini, hati kita akan penuh dengan sukacita. Ini karena Buddha mengajarkan kepada kita untuk memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Kalian telah menerapkannya. Ini membuktikan bahwa Dharma ada di dalam hati dan tindakan kalian.
Ini semua merupakan praktik Dharma. Bukankah jalan ini merupakan Jalan Bodhisatwa? Jalan Bodhisatwa Tzu Chi bukan hanya membicarakan teori, melainkan melakukan praktik nyata. Bodhisatwa sekalian, kita harus banyak bersumbangsih. Jika kita tidak melakukan praktik nyata, maka sebanyak apa pun Dharma yang kita pelajari juga tidak ada gunanya.
Saya mendengar insan Tzu Chi berbagi tentang kunjungan kasih dan kegiatan amal yang mereka lakukan. Tzu Chi dimulai dari misi amal. Langkah awal setiap Bodhisattva juga dimulai dari misi amal. Jika ingin menjadi Bodhisatwa dunia, maka tidak bisa tanpa menjalankan misi amal. Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Bukankah Empat Misi Tzu Chi juga dimulai dari misi amal?
Banyak orang yang merasa bahwa hidup mereka sangat menderita. Sesungguhnya, karena tidak melihat penderitaan orang lain, mereka tidak tahu bahwa ada orang yang lebih menderita. Mereka hanya tidak tahu berpuas hati, bukan benar-benar hidup menderita. Bagi orang yang tidak tahu berpuas hati ini, jika kita memanfaatkan kesempatan agar mereka dapat melihat orang yang benar-benar hidup menderita, maka mereka akan terbebas dari kerisauan.Ketidakpuasan di dalam hati mereka akan berubah menjadi rasa puas.
Kita juga harus menginspirasi mereka untuk membangkitkan kekayaan batin. Jika kekayaan batin mereka terbangkitkan, kita dapat membimbing mereka menapaki Jalan Bodhisatwa. Karena itu, kita harus terus mengadakan kunjungan kasih seperti yang telah kita lakukan dahulu. Saat menerima kasus, kita harus berusaha untuk menjalin jodoh baik dengan lebih banyak umat manusia. Kita harus memanfaatkan setiap jalinan jodoh dengan baik.
Untuk menjadi Bodhisattva dan mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Kita harus lebih sering berinteraksi dengan orang-orang yang tengah dilanda penderitaan. Dengan demikian, barulah mereka memiliki kesempatan untuk memperoleh bantuan. Inilah tindakan Bodhisattva dunia.
Saya berharap setiap orang tahu bahwa memasuki pintu Dharma bukanlah hal yang mudah. Usia kehidupan manusia juga tidak panjang. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu untuk menjalin jodoh baik dengan semua makhluk dan bersumbangsih bagi masyarakat. Menapaki Jalan Bodhisattva membutuhkan waktu yang sangat panjang dari kehidupan ke kehidupan. Kita harus sangat bersungguh hati untuk menjalin jodoh baik dengan semua makhluk.
Usia kehidupan manusia semakin berkurang seiring berjalannya waktu
Memanfaatkan setiap waktu untuk menapaki Jalan Bodhisattva
Memasuki Jalan Bodhisattva lewat misi amal
Membangkitkan kekayaan batin dan menjalin jodoh baik dengan semua makhluk