Membangun Kembali Kehidupan, Melihat Pementasan Adaptasi Sutra

Para relawan Tzu Chi sudah bekerja keras. Hujan yang terus turun membuat para relawan kita tidak leluasa untuk keluar masuk dan membuat proses pemulihan kota semakin sulit. Sungguh, para pekerja konstruksi juga sangat bekerja keras. Para warga yang tinggal di sekitar area bencana tetap merasa sangat khawatir dan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Mereka khawatir jika hujan terus turun dan jalan belum diperbaiki, maka jalan akan kembali runtuh. Yang lebih membuat mereka khawatir adalah rumah mereka akan roboh dan lain-lain.

Mereka melewati hari dengan penuh kekhawatiran. Ini bisa dimengerti. Karena itu, kita harus menggunakan kebijaksanaan dan welas asih untuk menghibur setiap keluarga dan mengantarkan doa ke rumah mereka. Dengan melakukan kunjungan, itu sama seperti kita mendoakan semoga berkah mereka bertambah dan bencana mereka berkurang serta bisa segera membangun kembali kehidupan mereka. Inilah doa kita untuk mereka. Semoga para warga bisa menghadapi semua ini dengan hati yang tulus.

Kita juga melihat masih ada warga yang ingin bersembahyang di depan rumah mereka. Namun, pada saat seperti ini kita harus ingat untuk tidak membakar kertas sembahyang dan tidak menyalakan petasan. Pada saat ini, sesungguhnya persembahan yang terbaik berasal dari ketulusan hati. Kita harus berdoa dengan menggunakan hati yang tulus. Dengan doa dan ketulusan yang tak berwujud, kita berharap bisa memahami kebenaran yang tak berwujud dan mengintrospeksi gaya hidup yang salah di masa lalu.

Lihatlah di dalam tanah tertanam begitu banyak pipa untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti air, listrik, kabel internet, dan lain-lain. Selain itu, juga ada pipa yang dibutuhkan pabrik untuk menyalurkan bahan kimia. Semua pipa itu tertanam di dalam tanah. Setelah tertanam dalam waktu panjang, beberapa pipa mungkin mengalami kerusakan atau perubahan, tetapi tidak ada orang yang tahu. Ini bisa menimbulkan bahaya. Namun, bukankah semua itu ditanam demi memenuhi kebutuhan manusia? Semua itu dilakukan demi mendapatkan keuntungan. Karena itu, kita harus ingat bahwa di balik keuntungan ada bahaya. Ada keuntungan, maka ada bahaya. Karena itu, daripada berkeluh kesah, lebih baik kita bertanya pada diri sendiri daripada berkeluh kesah, apakah kita sungguh membutuhkan begitu banyak.

Jika ada, maka kita harus berintrospeksi. Saat bencana terjadi, jangan berkeluh kesah dan menyalahkan orang lain. Terjadinya bencana merupakan tanda peringatan. Pada saat ini, setiap orang seharusnya memusatkan pikiran untuk memperbaiki keadaan. Para ahli harus bersungguh hati memikirkan bagaimana membangun tempat tinggal yang aman dan baik bagi para warga. Ini membutuhkan perencanaan yang matang dan kerja sama yang harmonis. Setiap orang harus berpikir dengan tenang. Namun, kita juga jangan menyelesaikan masalah seperti menempel koyok hanya pada bagian yang sakit. Jika demikian, maka akan semakin berbahaya. Karena itu, yang kita butuhkan sekarangadalah memiliki hati yang damai dan harmonis.

Untuk menciptakan masyarakat yang aman dan tenteram, kita harus membina suasana yang harmonis. Keharmonisan ini harus dibangkitkan oleh setiap orang. Lihatlah acara doa beberapa hari ini di Changhua. Dalam bulan 7 penuh berkah ini, kita harus berusaha menyucikan hati manusiadan mengingatkan setiap orang bahwa kehidupan manusia tidak kekal. Bahkan Buddha pun sangat khawatir bagaimana ajaran-Nya diwariskan hingga ke masa depan. Karena itu, sebelum Parinirvana, Buddha kembali membabarkan ajaran-Nya untuk mengingatkan setiap orang agar menjaga pikiran dengan baik.

Buddha ingin memberi tahu setiap orang bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan. Beliau juga ingin kita selalu mempraktikkan Empat Landasan Perenungan dan menyadari bahwa segala sesuatu di dunia tidaklah bersih. Jadi, bagaimana kita mengasihi diri dan menjaga kemurnian hati? Buddha juga mengingatkan kita untuk mempraktikkan 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan, di antaranya yang terpenting adalah Jalan Mulia Beruas Delapan yang mengajarkan kita untuk mempunyai pandangan benar, keyakinan benar, pikiran benar, perhatian benar, penghidupan benar, mata pencaharian benar, dan lain-lain. Inilah nasihat dan pesan terakhir dari Buddha kepada semua orang.

Jadi, kita sungguh berterima kasih kepada rombongan opera Hsu Ya-fen. Tahun ini, mereka mementaskan kisah tentang pesan terakhir Buddha di beberapa Aula Jing Si di Taiwan. Kita juga melihat lebih dari 600 Bodhisattva cilik di Taipei mengadakan pementasan “Sutra Makna Tanpa Batas” di beberapa tempat. Baik di Changhua maupun di Taipei, selama beberapa hari, setiap orang bersikap mawas diri dan membangkitkan ketulusan untuk berdoa bagi dunia ini. Mereka mengungkapkan makna dari isi Sutra lewat gerakan tubuh guna menyucikan hati orang dan memanjatkan doa yang tulus.

Sungguh, kita harus melihat ledakan di Kaohsiung kali ini dari sudut pandang yang berbeda. Untungnya, ledakan itu terjadi di tengah malam. Kita hendaknya berpengertian dan bersyukur. Karena itu, janganlah kita berkeluh kesah. Setiap orang di Taiwan hendaknya meningkatkan kewaspadaan. Kita seharusnya belajar dari bencana kali ini dan merancang kembali prasarana kita supaya lebih aman. Inilah berkah yang sesungguhnya bagi Taiwan.

Memulihkan lingkungan hidup dan menenangkan hati yang tidak tenang
Melakukan perencanaan yang matang untuk melakukan pembangunan kembali
Pementasan adaptasi Sutra membimbing orang untuk memiliki pikiran benar
Menciptakan berkah dan keharmonisan bagi Taiwan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -