Membangun Tekad Luhur untuk Melakukan Kebajikan Besar

Hari ini adalah tanggal 21 September. Pada hari ini 15 tahun yang lalu, wilayah tengah Taiwan diguncang gempa bumi yang membuat orang-orang diliputi kesedihan dan penderitaan yang mendalam. Lebih dari 2.000 orang kehilangan nyawa dalam waktu sekejap. Orang yang mengalami luka-luka juga tidak sedikit. Rumah yang runtuh juga sangat banyak. Semua ini terjadi dalam waktu sekejap. 

Mengingat kejadian pada 15 tahun lalu, pascagempa yang dahsyat itu, banyak relawan mulai bermunculan. Selama masa itu, relawan Tzu Chi di seluruh Taiwan bergerak untuk menyalurkan bantuan. Kita menggunakan waktu selama 2 tahun untuk membangun 50 gedung sekolah di Caotun, Puli, Nantou, Taichung, dll. Kini, setiap kali pergi ke wilayah tengah Taiwan, saya bisa melihat sekolah yang pembangunannya dibantu oleh Tzu Chi masih berdiri kokoh di sana. 

Banyak bangunan telah berubah di sana, tetapi sekolah yang pembangunannya dibantu oleh Tzu Chi masih tetap terlihat baru. Saat baru dibangun, bangunannya adalah seperti itu. Kini, setelah 15 tahun berlalu, bangunannya masih tetap seperti itu. Pada saat itu, dalam waktu dua tahun, kita membantu membangun 50 gedung sekolah. Bisa dibayangkan berapa banyak orang yang turut berpartisipasi. Semakin banyak orang, kekuatan akan semakin besar sehingga proyek pembangunan akan semakin cepat rampung. Setiap relawan berkontribusi dengan hati penuh cinta kasih. 

Memiliki banyak relawan untuk membantu adalah hal yang sangat baik. Namun, hari ini, kita akan menghadapi satu rintangan baru, yakni terjangan Badai Tropis Fung-Wong. Menurut prediksi, badai tropis bergerak lurus dari arah selatan menuju utara. Pergerakan topan seperti ini belum pernah terlihat sebelumnya. Badan Meteorologi juga terus mengatakan bahwa pergerakan seperti ini sangat jarang terjadi. Kita harus menghadapinya dengan mawas diri dan tulus.

 

Pada tanggal 19 September lalu, badai tropis ini telah membawa bencana besar bagi Filipina. Dalam bencana kali ini, kita juga bisa melihat Bodhisatwa dunia. Saya masih ingat kejadian di Marikina pada beberapa tahun lalu. Pascatopan saat itu, kita menjalankan program bantuan di sana sehingga berhasil menginspirasi banyak orang untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Kali ini, banyak relawan Tzu Chi yang juga terkena banjir. Namun, setelah dievakuasi, pada saat bertemu, mereka akan saling bertanya, “Apakah kamu membawa  seragam relawan Tzu Chi keluar?” Banyak yang menjawab, “Ada, saya membawanya.” Mereka tak mementingkan barang lain. Seragam relawan sangat penting bagi mereka. Mereka membawa seragam relawan mereka karena telah bersiap-siap untuk menyalurkan bantuan bencana. 

Saya juga sangat berterima kasih kepada mantan ketua Tzu Chi Filipina, Cai Wan-lei, dan ketua Tzu Chi Filipina sekarang, Li Wei-song. Awalnya, mereka berdua berada di Ormoc untuk membantu mempersiapkan lahan guna membangun rumah rakitan sementara. Beberapa anggota Tzu Cheng dan komite kita juga telah tiba di Ormoc untuk mengajari para warga bagaimana cara menyimpan bahan bangunan dan perlengkapan bangunan seperti sekrup dan lain-lain. Mereka mengajarkan bagaimana memisahkannya, bagaimana cara menyimpannya, bagaimana prosedur pengambilan, dan bagaimana kita menyerahkannya kepada mereka. Jadi, kini telah ada sekelompok relawan di sana. 

Mantan ketua dan ketua Tzu Chi saat ini juga berada di sana untuk membantu. Wakil ketua dan para fungsionaris juga berada di sana untuk membantu. Sejak November tahun lalu hingga kini, mereka telah bolak-balik pergi ke Ormoc. Setiap kali, mereka harus berganti pesawat dan menempuh perjalanan darat yang cukup jauh. Namun, mereka tidak takut lelah. Banyak sekolah di sana yang rusak akibat terjangan topan. 

Wakil ketua Tzu Chi Filipina, Guo-ying yang bertanggung jawab atas proyek renovasi sekolah-sekolah itu. Banyak sekolah yang atapnya terbuka, tetapi bangunannya masih sangat kokoh. Guo-ying telah membantu memperbaiki lebih dari 100 gedung sekolah. Jadi, para relawan Tzu Chi saling membagi tugas untuk memulihkan kerusakan  akibat Topan Haiyan di sana.

 

Kini, kita akan membangun rumah rakitan sementara di sana. Rumah rakitan itu dapat ditinggali oleh para korban bencana paling tidak 10 tahun. Saya berharap selama 10 tahun ini, mereka dapat memulihkan kondisi kehidupan mereka. Kini, kita baru akan memulai proyek pembangunan yang besar di sana. Namun, kini Manila dan 10 kota lainnya di Pulau Luzon kembali dilanda badai tropis. Karena itu, di tengah terjangan angin dan badai, mereka tetap kembali ke Manila dengan menumpang pesawat untuk mengatur penyaluran bantuan, merencanakan penyaluran bantuan lanjutan, mengantarkan makanan hangat, dan mengajak para relawan untuk memberikan penghiburan. 

Semua itu dilakukan oleh Bodhisatwa dunia. Mereka membimbing orang-orang untuk melakukan kebaikan. Inilah welas asih agung. Dapat hidup berdampingan dengan seluruh makhluk di dunia ini dan menjadi satu kesatuan adalah semangat Mahayana dalam ajaran Buddha. Saat terjadi bencana di suatu tempat, Bodhisatwa dunia akan merasa tidak tega. Inilah semangat Mahayana. Buddha mengajarkan kita untuk menapaki jalan Bodhisatwa dan hidup berdampingan dengan semua makhluk. Kita harus melapangkan dada untuk bersumbangsih bagi seluruh makhluk hidup. Inilah kebajikan besar. Kita harus menginpirasi orang-orang untuk melakukan kebajikan. 

Selain melakukan kebajikan kecil dan kebajikan sedang, kita juga harus melakukan kebajikan besar. Kita harus hidup berdampingan dengan semua makhluk. Dengan memiliki welas asih agung, kita dapat turut merasakan penderitaan orang lain. Kita telah dapat menyaksikan ajaran Buddha kepada kita. Melihat begitu banyak bencana yang terjadi di dunia ini akibat ketidakselarasan unsur alam, kita tidak bisa tidak membangkitkan tekad dan ikrar luhur.

Jadi, saya berharap setiap orang bisa bersatu hati, selalu mawas diri, dan berhati tulus. Kita juga harus mengembangkan kekuatan kita untuk bersumbangsih bagi semua makhluk hidup di dunia. Setiap orang harus bermawas diri dan berdoa dengan tulus. Semoga gema doa setiap orang dapat terdengar oleh Makhluk Pelindung Dharma, para Buddha, dan Bodhisatwa. Semoga Badai Tropis Fung-Wong yang diperkirakan akan menerjang Taiwan pada hari ini dan besok bisa berlalu tanpa mendatangkan bencana. Ini membutuhkan doa yang tulus dari setiap orang. Kita membutuhkan ketulusan dari banyak orang. Semoga kita semua dapat bersatu hati.

 

Banyak relawan yang bermunculan menciptakan kekuatan yang tak terhingga

Berbelas kasih dan hidup berdampingan dengan semua makhluk hidup

Membangun tekad luhur untuk melakukan kebajikan besar

Menumbuhkan semangat Mahayana untuk menapaki Jalan Bodhisatwa

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 September 2014.

 

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -