Membantu Sesama dengan Penuh Cinta Kasih

Hari ini adalah hari bersejarah. Pada tanggal 24 April 1984, RS Tzu Chi Hualien mengadakan upacara peletakan batu pertama untuk yang kedua kalinya. Mengapa disebut yang kedua kalinya? Karena setelah mengadakan upacara peletakan batu yang pertama kali, lahan tersebut ditarik kembali oleh pihak militer untuk keperluan lain. Karena itulah, kita tidak bisa membangun RS Tzu Chi di sana. Kita kembali menghadapi cobaan karena harus mencari lahan lain. Namun, kita sungguh dipenuhi berkah karena lokasi rumah sakit kita yang sekarang lebih memadai dari yang sebelumnya sebab ia lebih dekat dengan perkotaan. Lokasi rumah sakit kita yang sekarang merupakan lokasi yang kedua.

Pada hari peletakan batu pertama itu, ada guru saya, Mahabhiksu Yin Shun dan Bapak Lin Yang-kang yang datang memberi semangat dan berpidato. Saat upacara berlangsung, saya menggigit bibir saya sambil menahan tangis. Mengapa saya begitu penuh emosi? Karena saat itu, saya tidak memiliki dana dan tenaga manusia. Setelah batu pertama diletakkan, setiap setengah bulan sekali, saya harus membayar biaya pembangunan. Dari mana saya bisa mendapatkan dana? Namun, saya selalu berpegang pada prinsip selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Kini, kita telah memiliki enam Rumah Sakit Tzu Chi di seluruh Taiwan, termasuk dua rumah sakit di Guanshan dan Yuli.

Meski kedua rumah sakit itu sangat kecil, tetapi fasilitasnya sangat lengkap. Tentu saja, kita juga pernah merasakan kesulitan mencari tenaga medis. Untungnya, masih ada dokter yang memiliki semangat misi dan bersedia bertugas di tempat terpencil. Selain itu, mereka juga jarang beristirahat. Kedua kepala rumah sakit itu bekerja 365 hari dalam setahun tanpa beristirahat. Mereka melakukan semua ini demi mengasihi warga, menjaga kesehatan, menyelamatkan kehidupan, dan melindungi cinta kasih para warga. Mereka bahkan bersedia memberikan pengobatan bagi para warga baik di wilayah pegunungan maupun di wilayah pedesaan.

Apakah cukup jika hanya mengandalkan para dokter di rumah sakit kita? Tidak cukup. Kita juga membutuhkan bantuan para anggota TIMA di seluruh Taiwan. Di wilayah kepulauan seperti Pulau Hijau, Kinmen, Penghu, dan lain-lain, juga membutuhkan anggota TIMA dan para dokter kita untuk mengadakan baksos kesehatan. Hingga kini, RS Tzu Chi Hualien sudah berdiri hampir 30 tahun. Dari laporan kerja Tzu Chi luar negeri beberapa hari lalu, kita bisa mendengar insan Tzu Chi di lebih dari 20 negara dan wilayah berbagi bagaimana cara mereka mengemban misi kesehatan Tzu Chi di tempat tinggal mereka masing-masing.

Kita bisa melihat seorang ibu di Singapura yang menderita stroke. Untungnya, dia memiliki seorang anak yang berbakti yang selalu menjaganya. Dengan kondisi seperti itu, sang ibu tidak bisa keluar rumah. Setelah memahami kondisinya, para anggota TIMA dan para perawat kita berinisiatif untuk melakukan kunjungan rutin ke rumahnya. "Dia tidak bisa mandi di kamar mandi. Selama bertahun-tahun ini, tubuhnya dibersihkan dengan cara dilap. Namun, kebersihan tubuh sangat penting bagi kesehatan. Setelah membantunya membersihkan tubuh, saya juga merasa tenang," ucap relawan. "Bagi kami, ini adalah bantuan yang sangat besar karena selama 14 tahun menjaga ibu saya, kami tidak pernah menerima bantuan seperti ini. Saya mengasihi kalian. Tzu Chi bukan hanya membantu ibu saya. Mereka juga membantu dan menyemangati saya. Mereka tidak meninggalkan saya," ucap sang anak.

Relawan kita mengembangkan kekuatan cinta kasih demi memberi manfaat bagi kehidupan orang lain. Kita bisa melihat bahwa kekuatan cinta kasih bisa menenangkan hati manusia. Kita juga bisa melihat di Filipina, banyak anak dari keluarga kurang mampu yang memiliki semangat belajar yang tinggi. Namun, karena kondisi ekonomi keluarga, orang tua mereka tak mampu membiayai sekolah mereka. Karena itu, relawan Tzu Chi memberikan bantuan dana pendidikan kepada anak-anak yang membutuhkan. Ini telah banyak dilakukan oleh relawan Tzu Chi Filipina. Untuk membantu sesama, kita membutuhkan cinta kasih dari banyak orang. Beberapa hari ini, kita bisa melihat para relawan Tzu Chi di berbagai negara mencurahkan cinta kasih mereka.

Dari laporan tahun kerja Tzu Chi luar negeri, kita bisa melihat para relawan di seluruh dunia menghimpun kekuatan cinta kasih setiap hari, saling belajar, dan saling mendengar bagaimana insan Tzu Chi di negara lain membimbing orang-orang untuk menjadi Bodhisatwa dunia, bagaimana mereka merangkul semua makhluk, dan bagaimana mereka bersumbangsih bagi sesama. Kita juga mendengar tentang banyaknya warga Afrika yang hidup kekurangan. Karena itu, sekelompok relawan ini berkumpul bersama untuk memberi bantuan bagi orang yang membutuhkan. Selain memberikan bantuan materi, mereka juga membangkitkan cinta kasih di dalam hati orang-orang. Melihat mereka membangkitkan kekayaan batin dan memberikan bantuan di berbagai tempat, hati saya terasa hangat.

Meski melihat banyaknya penderitaan di Afrika yang membuat kita merasa tidak tega, tetapi kita juga bisa melihat para relawan Tzu Chi yang penuh cinta kasih yang terus melakukan perjalanan lintas negara untuk menyebarkan benih cinta kasih tanpa membedakan keyakinan dan ras. Mereka sungguh telah mengembangkan jalinan kasih sayang yang tulus. Dengan penuh kekuatan cinta kasih, mereka mengatasi keterbatasan fisik. Dengan penuh kerelaan, mereka mendaki bukit demi membantu dan menginspirasi orang yang membutuhkan. Mereka adalah teladan bagi kita.

Para Bodhisatwa dunia mempraktikkan pendidikan moral secara nyata untuk menanamkan cinta kasih ke dalam hati warga setempat serta mengajak mereka untuk turut bersumbangsih. Ini sungguh tidak mudah. Untuk menginspirasi warga setempat, kita harus mewujudkan pendidikan moral secara nyata dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan ketulusan. Jika tidak, bagaimana mungkin kita bisa menginspirasi mereka? Dalam kehidupan di dunia ini, insan Tzu Chi bekerja sama dengan harmonis dan menghimpun cinta kasih untuk bersumbangsih bagi orang-orang di setiap pelosok dunia demi memberi kehangatan kepada mereka, membangkitkan cinta kasih mereka, menstabilkan hati mereka, serta memberi harapan bagi hidup mereka. Tak peduli di negara mana pun berada, insan Tzu Chi selalu bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.

 

Welas asih mendorong para anggota TIMA melakukan baksos kesehatan

Melakukan baksos kesehatan di tempat yang terpencil

Menggabungkan misi amal dan misi kesehatan untuk membantu warga kurang mampu

Menggarap ladang batin dengan bersungguh hati dan mewujudkan pendidikan moral secara nyata

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 24 April 2015

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -