Membentangkan Jalan yang Lurus dan Lapang dengan Penuh Cinta Kasih

Li Wei-song, Ketua Tzu Chi Filipina menceritakan, “Dimulai dari konflik yang terjadi di Zamboanga tahun lalu, kemudian gempa bumi yang melanda Pulau Bohol yang disusul Badai Topan Haiyan, hingga sekarang, insan Tzu Chi masih terus memberikan bantuan. Oleh karena itu, presiden Filipina mengundang kami untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada Master dan insan Tzu Chi.”

Tahun lalu, di Filipina sungguh terjadi banyak bencana. Di bulan September, terjadi pemberontakan di Zamboanga. Selama konflik bersenjata itu, banyak rumah warga yang terbakar. Banyak warga setempat yang panik menyelamatkan diri. Ini merupakan bencana yang menggemparkan dunia. Hingga kini, sekelompok orang itu masih hidup dalam kesulitan. Tzu Chi telah membantu merakit ruang kelas sementara agar anak-anak setempat bisa kembali bersekolah, tetapi masih ada banyak orang yang kehilangan tempat tinggal.


Selain itu, pada bulan Oktober, Pulau Bohol dilanda gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter. Sebagian besar penduduk setempat beragama Katolik. Gereja di sana adalah bangunan kuno yang sudah berusia ratusan tahun. Gereja tersebut juga roboh akibat gempa bumi. Selain gereja, rumah warga setempat yang roboh juga tidak sedikit. Insan Tzu Chi segera pergi ke sana untuk memberikan bantuan darurat. Sejak bulan Oktober tahun lalu hingga sekarang, bencana tersebut sudah berlalu sekitar tujuh hingga delapan bulan. Pascabencana, kita segera membagikan bantuan bencana di sana. Namun, sebelum kita memberikan bantuan jangka menengah, sebuah Badai Topan Haiyan melanda Filipina di bulan November. Karena itu, upaya penyaluran bantuan kita berfokus pada korban bencana Topan Haiyan.

Kini insan Tzu Chi kembali ke Pulau Bohol. Kita bisa melihat banyak bangunan setempat yang belum dibangun kembali. Yang paling penting adalah banyak ruang kelas yang juga mengalami kerusakan. Oleh karena itu, insan Tzu Chi kembali berkontribusi di Pulau Bohol. Melihat kedatangan insan Tzu Chi, warga setempat merasa sangat gembira. Melihat relawan berseragam biru putih kembali ke Pulau Bohol, semua orang merasa bersyukur dan tersentuh. Mereka berkata, “Kalian telah kembali.” Ini karena mereka pernah menerima bantuan darurat dari kita. Kini, saat melihat insan Tzu Chi kembali ke sana, mereka berkata bahwa asalkan Tzu Chi bisa membantu membangun kembali gedung sekolah untuk anak-anak mereka, maka mereka bersedia bekerja tanpa perlu diberi upah. Karena itu, kini para warga desa dan orang tua murid bersedia menjadi relawan.


Selama beberapa waktu ini, saya berkata kepada Relawan James Chua dan Ferdinand Dy, “Kalian harus bertanggung jawab atas proyek di sana.” Meski kita telah bersiap-siap untuk membangun ruang kelas rakitan, tetapi kita juga harus melindungi bumi dan menjaga bumi agar bisa tetap bernapas. Oleh karena itu, saya berpesan kepada mereka, “Setelah kembali ke sana, kalian bisa meminta warga setempat mencetak batako.” Semoga mereka bisa memanfaatkan waktu saat kita mempersiapkan material untuk merakit ruang kelas sementara untuk mencetak batako. Namun, saya berharap mereka bisa membuat batako yang sangat kokoh agar jika kelak ruang kelas rakitan dibongkar, potongan demi potongan batako itu bisa digunakan kembali di tempat lain.

Saya memberi saran kepada mereka untuk menggunakan rangka bambu sebelum semennya dituang. Dengan demikian, batako yang dihasilkan akan sangat kuat dan tidak mudah retak. Insan Tzu Chi pun menyampaikan hal ini kepada warga setempat. Warga setempat berkata, “Tidak masalah. Kita memiliki banyak bambu di sini.” Mereka sungguh membilah bambu dan menggunakannya untuk mencetak batako. Kini kita bisa melihat batako yang disusun di atas tanah ini merupakan hasil cetakan para orang tua dengan menggunakan bambu sebagai rangka. Setelah tanah dilapisi dengan batako, kita akan membangun ruang kelas rakitan sementara di atasnya. Dengan demikian, lantai di dalam kelas bukan lagi tanah berumput yang becek. Inilah hasil yang telah terlihat.


Penduduk setempat sangat berterima kasih. Dalam waktu dekat ini, anggota Tzu Cheng dari Taiwan akan pergi ke sana untuk mengajarkan kepada relawan setempat bagaimana cara merakit ruang kelas rakitan dan mewariskan keterampilan ini kepada mereka. Saat material bangunan tiba, kita juga akan mewariskan keterampilan ini kepada warga setempat. Ini semua terwujud berkat kerja sama antarsesama. Semua warga setempat bergerak untuk membantu. Bahkan para murid dan orang tua murid juga turut membantu. Ini sungguh merupakan tayangan yang penuh kehangatan.

Inilah kekuatan cinta kasih. Sungguh, asalkan setiap orang bisa menghimpun cinta kasih, maka kita bisa menginspirasi warga setempat untuk bersama-sama mewujudkan sesuatu. Ini adalah hal yang sangat baik. Kita telah melihat selama beberapa bulan itu, insan Tzu Chi berinteraksi dengan penduduk setempat. Penduduk setempat bekerja sama dengan insan Tzu Chi dengan begitu gembira. Meski rumah mereka masih belum dibangun kembali, tetapi hati mereka sudah kembali sehat.


Kita juga melihat berita dari Bolivia. Hujan yang turun selama bulan Februari hingga Maret tahun ini mendatangkan bencana banjir yang mengakibatkan  putusnya akses jalan dan tanah longsor. Akibatnya, jalan menjadi sulit dilalui dan sangat berbahaya. Oleh karena itu, kita terus menunggu air surut. Dalam waktu dua hingga tiga bulan ini, air baru perlahan-lahan surut. Di Bolivia, kita hanya memiliki dua orang relawan Tzu Chi. Namun, mereka tidak gentar menghadapi kesulitan. Mereka masih terus memantau perkembangan situasi demi mencari cara untuk menolong para korban. Berhubung bencana banjir kali ini sangat besar, kantor pusat Tzu Chi di Taiwan akan memberi dukungan. Ini karena di sana, kita hanya memiliki satu keluarga Tzu Chi.

Relawan Tzu Chi dari Argentina juga ikut membantu. Relawan Jen-shyang dan ibunya dari Cile juga ikut memberikan bantuan. Dengan adanya kerja sama insan Tzu Chi dari 3 negara ini, barang bantuan kita akhirnya sampai di sana. Ke Cui-juan, penanggung jawab Tzu Chi Bolivia menerangkan, “Kami mempersiapkan barang bantuan sebanyak enam truk, termasuk beras, gula, minyak, pasta, obat-obatan, dan juga 5.500 helai selimut.” Mereka berusaha mempersiapkan segalanya. Setiap keluarga bisa menerima barang bantuan seberat lebih dari 60 kilogram. Penerima bantuan berjumlah hampir 3.000 keluarga. Gubernur dan bupati setempat sangat berterima kasih. Para staf pemerintahan, tentara, dan korban bencana, semuanya bekerja sama untuk membantu pembagian barang bantuan ini.

Dari tayangan ini, kita bisa melihat pembagian bantuan mereka berlangsung dengan tertib dan teratur. Asalkan ada niat, maka tak ada yang sulit untuk dilakukan. Da Ai TV Taiwan juga telah melaporkan hal ini dengan lengkap. Saya sangat berterima kasih atas kontribusi setiap orang. Di dunia ini, ketidakselarasan empat unsur telah menciptakan penderitaan dalam kehidupan. Ketika ada penderitaan di dunia, kita membutuhkan cinta kasih dari banyak orang untuk membentangkan jalan agar kita bisa menjangkau setiap tempat tanpa ada hambatan.


Bencana yang dahsyat merusak tempat tinggal warga Filipina

Insan Tzu Chi segera membantu dan menenangkan warga Filipina

Insan Tzu Chi dari tiga negara saling membantu untuk membagikan bantuan bencana

Membentangkan jalan yang lurus dan lapang dengan penuh cinta kasih


Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Juni 2014

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -