Memberi Bantuan dan Perhatian dengan Tulus

Belakangan ini, bencana akibat ulah manusia dan ketidakkekalan sungguh sering terjadi. Hanya dalam waktu kurang dari 10 hari saja sudah terjadi berbagai kecelakaan pesawat. Kita masih ingat pada tanggal 17 Juli lalu, sebuah pesawat Malaysia Airlines jatuh di wilayah konflik di Ukraina. Untungnya, banyak negara yang bekerja sama untuk mencurahkan perhatian, berunding, dan lain-lain. Ditambah lagi,  sebagian besar penumpang pesawat itu adalah warga Belanda.

Kita bisa melihat para warga di Belanda  tetap sangat tenang dalam menghadapi insiden ini. Mereka semua memiliki kesepakatan untuk tidak membuat kericuhan di masyarakat atau negara sebelum penyebab kecelakaan diketahui dengan jelas. Para warga Belanda sungguh memiliki akhlak dan pendidikan yang baik. Beberapa hari kemudian, yakni pada tanggal 23 Juli, di Taiwan juga terjadi kecelakaan pesawat, yaitu jatuhnya pesawat TransAsia Airways. Jumlah penumpang pesawat itu adalah 58 orang. Penumpang yang selamat dari kecelakaan itu  berjumlah 10 orang. Meski mereka mengalami luka-luka  dan menderita sakit fisik, tetapi bisa hidup sudah merupakan keajaiban.

Pesawat itu jatuh di wilayah permukiman. Untungnya, di wilayah permukiman itu, hanya ada 14 unit rumah yang rusak. Rumah yang mengalami kerusakan parah berjumlah 6 unit. Sisa rumah yang lainnya  mengalami kerusakan sedang dan ringan. Beruntung, korban terluka di darat hanya sekitar lima atau enam orang. Mereka sudah dilarikan ke rumah sakit  dan semuanya aman dan selamat, hanya mengalami luka lecet. Ini sudah termasuk beruntung.

Insan Tzu Chi telah mengunjungi beberapa keluarga itu untuk mencurahkan perhatian. “Saya rasa kita harus memprioritaskan keluarga korban kecelakaan pesawat. Kondisi mereka lebih serius. Kami di sini hanya mengalami kerusakan rumah,” ujar Huang Wen-qian, kepala desa di pemukiman tersebut. Kemarin kita melihat, seorang nenek yang sangat histeris. Setelah menerima bimbingan dan penghiburan dari insan Tzu Chi, perlahan-lahan nenek itu tenang kembali. Setelah mendengar nasihat dari insan Tzu Chi, dia menjadi paham dan bisa menenangkan hati. Tadi pagi kita juga melihat berita tentang para keluarga korban bencana yang sudah menenangkan hati dan menyadari ketidakkekalan. 

Sungguh, dengan mengubah pola pikir kita, orang yang meninggal bisa memperoleh kedamaian dan orang yang hidup bisa tetap tenang. Semoga kepedihan dan kesedihan ini  bisa cepat berlalu sehingga perasaan para keluarga korban bisa tenang kembali. Kita harus menggunakan hati yang tulus untuk mendoakan kedamaian para korban kecelakaan. Kita juga melihat insiden di Afrika. Pada tanggal 24 Juli,  sebuah pesawat Air Algerie yang lepas landas dari Burkina Faso juga mengalami kecelakaan di tengah jalan. Penyebabnya jatuhnya pesawat masih belum diketahui. Namun, lokasi jatuhnya pesawat  adalah di wilayah yang sarat konflik  dan bencana akibat ulah manusia.

Kita juga melihat laporan berita tentang sebuah pesawat yang lepas landas dari Kanada kemarin. Setelah melakukan penerbangan sekitar 45 menit,  tiba-tiba ada seorang penumpang yang menjerit  dan mengancam akan meledakkan pesawat itu. Kondisi seperti itu sungguh berbahaya. Setiap orang merasa ketakutan. Setelah berkomunikasi dengan menara pengawas, dua pesawat jet tempur langsung meluncur dan mengawal pesawat itu untuk melakukan pendaratan di Toronto, Kanada.

Sungguh, di dunia ini, ada banyak hal yang tak bisa kita prediksi.  Karena itu, kita harus memiliki  pengetahuan dan pandangan benar. Janganlah membiarkan pikiran dan pandangan buruk mengacaukan hati kita. Perpaduan jalinan jodoh dan kondisi buruk dapat mendatangkan banyak ketidakkekalan. Kita harus selalu bersungguh hati. Saat suatu insiden terjadi, kita harus berusaha semaksimal untuk menenangkan hati orang. Ini sangatlah penting.

Kali ini, saat terjadi kecelakaan pesawat di Penghu, insan Tzu Chi setempat segera bergerak  untuk memberi bantuan di hari yang sama. Sementara itu, saat insan Tzu Chi di Kaohsiung mengetahui informasi ini, mereka juga segera bergerak menuju Bandara Internasional Kaohsiung untuk menenangkan dan mendampingi para keluarga penumpang. Pada keesokan harinya, mereka segera menyiapkan semua barang bantuan dan membagi diri dalam dua penerbangan untuk berangkat ke Penghu. Sekitar 50 hingga 60 orang  berangkat ke Penghu untuk memberi bantuan. Mereka memberi penghiburan dan dukungan  untuk menenangkan fisik dan batin para keluarga penumpang.

Inilah rasa empati. Mereka menganggap penderitaan orang lain bagai penderitaan sendiri. Kita menggunakan hati yang sangat tulus untuk memberi bimbingan dan pendampingan. Selanjutnya masih ada banyak hal yang harus dilakukan insan Tzu Chi. Terhadap warga yang rumahnya rusak akibat ditimpa pesawat, kita juga harus mencurahkan perhatian dan memberikan bantuan. Inilah yang harus kita lakukan sekarang. Semoga kali ini kita bisa  menenangkan hati orang-orang. Tragedi sudah terjadi, apa yang harus kita lakukan? Kita harus membantu menenangkan hati para keluarga korban agar luka batin mereka bisa segera pulih. Inilah arah yang harus kita jalani sekarang. 

 

Kecelakaan pesawat mendatangkan ketidakkekalan 

Memberi bantuan dengan hati yang tulus bagaikan satu keluarga   

Mendampingi para anggota keluarga korban untuk memulihkan luka batin 

Terus berkomunikasi dan mencurahkan perhatian 

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita

Ditayangkan tanggal 28 Juli 2014.

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -