Memberi Manfaat bagi Semua Makhluk

Bodhisatwa sekalian, kita harus tahu bahwa dalam kehidupan di dunia ini, kita semua bisa memiliki kesatuan hati dan tekad. Kita bisa memiliki cita-cita yang sama untuk bersumbangsih bagi dunia. Lewat misi amal, kita membantu orang-orang yang hidup kekurangan ataupun yang dilanda bencana di seluruh dunia. Kehidupan di dunia ini sangat tidak kekal dan penuh dengan bencana. Berhubung kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama, kita hendaknya melapangkan hati untuk hidup berdampingan dengan alam. Di mana pun ada bencana atau penderitaan, kita harus menjangkau mereka dengan bersungguh hati untuk membantu mereka. Orang yang bisa membantu sesama adalah orang yang paling dipenuhi berkah.  Memberi bantuan lebih baik daripada menerima bantuan.

Kita bisa melihat orang yang menderita di dunia ini sungguh banyak. Akibat perubahan cuaca yang ekstrem di wilayah Balkan, tahun ini Bosnia diterjang badai salju lebat yang berujung pada tanah longsor. Penderitaan manusia di dunia sungguh tidak terkira. Bulan Mei lalu, Bosnia juga diterjang bencana banjir paling parah sepanjang sejarah. Insan Tzu Chi Eropa segera berkumpul untuk menyalurkan bantuan. Presiden Bosnia melihat kerja keras insan Tzu Chi dalam mencurahkan perhatian. Karena itu, beliau berkata bahwa beliau ingin bertemu langsung dengan para relawan Tzu Chi.

Relawan Pfaff dari Jerman memimpin beberapa perwakilan relawan dari beberapa negara untuk bertemu dengan presiden. Relawan Pfaff berbagi dengannya tentang Tzu Chi dan berbagai bantuan Tzu Chi di dunia, seperti di Italia dan lain-lain. Dia mengenalkannya satu per satu. Relawan Pfaff juga menceritakan bahwa Tzu Chi berasal dari Taiwan pada hampir 50 tahun lalu serta bagaimana Tzu Chi berdiri dari semangat 50 sen. Setelah mendengar cerita Relawan Pfaff, presiden dari Bosnia itu sangat memahami tentang Tzu Chi, juga sangat tersentuh dan bersyukur. Jumlah insan Tzu Chi dari beberapa negara di Eropa tidaklah banyak. Namun, mereka bersedia bekerja sama dan bergandengan tangan untuk membantu negara lain. Inilah yang terjadi di Bosnia.

Kita juga bisa melihat bencana banjir di Argentina. Genangan air masih sangat tinggi dan sama sekali belum surut. Lebih dari 1.000 orang sudah mengungsi dari rumah mereka tanpa ada tempat tujuan. Sungguh, pikiran manusia harus selaras baru kondisi iklim bisa bersahabat. Selain itu, begitu bencana terjadi, kita harus menghimpun kekuatan untuk memulihkan lingkungan tempat tinggal. Kita semua harus bersungguh hati untuk membimbing setiap orang agar batin dan fisik mereka bisa bersatu dan harmonis untuk bersumbangsih bagi masyarakat  dengan penuh cinta kasih.

Kita juga melihat konsep pelestarian lingkungan Tzu Chi.  Selain melakukan pelestarian lingkungan, kita juga harus melakukan pelestarian batin. Lihatlah Relawan Mu yang merupakan seorang umat Kristen yang taat. Dahulu dia dan istrinya tinggal di Gold Coast, Australia. Setelah mengenal Tzu Chi, dia membandingkan ajaran Tzu Chi dengan ajaran di Alkitab dan menemukan bahwa ternyata keduanya sama-sama mengajarkan orang untuk berbuat baik. "Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." "Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri.' Ada beberapa perintah yang sangat mirip dengan sepuluh sila Tzu Chi. Dia membandingkannya satu per satu dan merasa sangat tersentuh.

Menurutnya, Tzu Chi adalah sebuah organisasi yang mempraktikkan cinta kasih secara nyata, bukan hanya mengucapkannya atau mementaskannya semata.  Tzu Chi sungguh mewujudkan cinta kasih lewat tindakan. Karena itu, dia dan istrinya bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Mendengar bahwa misi Tzu Chi tidak membeda-bedakan kewarganegaraan, ras, dan agama, hati kami terasa lebih lega. Setelah tidak ada keraguan, kami pun pergi mengikuti kegiatan Tzu Chi. Dia lalu pindah dan menetap di Taiwan dan mulai mengikuti ceramah pagi. Mulanya, dia tidak begitu mengerti dialek Taiwan, tetapi kini dia sudah paham kira-kira 80 persen. Dia juga membuat catatan. Setelah menyerap ajaran ke dalam hati, dia mempraktikkannya lewat tindakan. Di saat yang bersamaan, dia juga ikut serta dalam kegiatan daur ulang. Dia mengikuti semua kegiatan Tzu Chi dengan hati yang tulus.

“Jalan yang saya tapaki ini, tak peduli kita menyebutnya Jalan Bodhisatwa ataupun Jalan Kristus, sesungguhnya jalan ini merupakan jalan untuk melatih dan membimbing diri sendiri sekaligus membimbing orang lain. Ini adalah jalan untuk menyadarkan diri sendiri dan orang lain. Ia tidak ada perbedaan. Pilihan saya saat itu adalah pilihan saya yang paling bijaksana dalam kehidupan ini,” ucapnya.  Inilah kekuatan cinta kasih yang tidak membeda-bedakan agama. Semua agama memiliki satu tujuan yang sama, yakni mengasihi umat manusia dan bumi pertiwi. Inilah tujuan dari agama. Sungguh, kita semua hendaknya memiliki sikap yang tidak membeda-bedakan agama, ras, dan kewarganegaraan untuk memberi manfaat bagi semua makhluk di dunia. Inilah cinta kasih yang paling universal.

Di Taiwan juga ada sepasang suami istri yang mendedikasikan diri dengan sepenuh hati. Selain mengemban Empat Misi Tzu Chi, yang terpenting adalah mereka tidak berhenti untuk melakukan daur ulang. Untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, kita harus memiliki Dharma di dalam hati. Kita harus membuang "sampah", kegelapan batin, dan pikiran tidak baik dari pikiran kita. Janganlah kita memiliki pikiran yang tidak seimbang. Kita harus menyerap lebih banyak kebaikan. Permata Taiwan adalah kebajikan dan cinta kasih para warganya. Inilah permata bagi Taiwan. Warga Taiwan sangat memiliki kebajikan Mereka mengulurkan sepasang tangan untuk memberi manfaat bagi semua makhluk dan melindungi bumi. Inilah permata bagi Taiwan. Saya sangat bersyukur karena  ada begitu banyak orang yang telah bekerja sama dengan harmonis Dengan kesatuan hati dan arah, marilah kita bekerja sama untuk mengemban Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma. Semua itu adalah demi bersumbangsih bagi komunitas dan umat manusia. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati.

 

Semua orang di dunia hendaknya hidup berdampingan dengan alam

Bersyukur dan berterima kasih karena menerima bantuan

Saling bergotong royong tanpa membedakan agama

Mengendalikan kegelapan batin untuk memberi manfaat bagi semua makhluk

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 07 Maret 2015

 

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -