Memberi Penghiburan dan Menyebarkan Keyakinan Benar
Hidup sungguh penuh penderitaan. Kita melihat ketegangan yang terjadi di Jalur Gaza. Korban tewas di sana juga tidak sedikit. Akan tetapi, kita juga tidak berdaya. Jika manusia tidak menghentikan konflik, sesungguhnya yang ada hanyalah kerugian. Yang terbaik adalah memiliki pikiran bersahaja.
Kita harus menenangkan hati semua orang. Yang paling mengkhawatirkan adalah gerakan demonstrasi untuk menyampaikan protes. Gerakan seperti itu sangat mudah lepas kontrol dan membawa dampak yang tidak baik. Gerakan seperti ini sangat berbahaya. Intinya, semua orang hendaknya sungguh-sungguh menjaga ketenangan hati, mawas diri, dan senantiasa tulus.
Lihatlah yang terjadi di Penghu kali ini. Sejak 23 Juli lalu, insan Tzu Chi segera bergerak. Selama berhari-hari, mereka mendampingi keluarga korban kecelakaan pesawat terbang. Dengan kebijaksanaan dan ketenangan, mereka mendengarkan isi hati keluarga korban. Dengan welas asih yang tampak lewat bahasa tubuh, mereka turut merasakan kesedihan keluarga korban, merangkul mereka, dan menghibur dengan penuh kelembutan. Saat hati keluarga korban sedikit tenang, insan Tzu Chi berbagi tentang prinsip kebenaran. Begitulah cara insan Tzu Chi menghibur mereka.
Kita juga melihat korban luka-luka sudah mulai pulih. Salah satu dari mereka masih belum dapat berbicara, tetapi dia dapat menulis di sebuah papan untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap relawan atas penghiburan yang mereka berikan. “Ayah sangat berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi,” kata putra salah seorang korban. Inilah cara menggunakan cinta kasih untuk merasakan penderitaan sesama. Inilah perasaan yang penuh kehangatan dalam menolong mereka yang terkena musibah. Inilah Bodhisatwa dunia.
Rasa empati para relawan ini terbangkitkan karena tindakan nyata yang mereka lakukan. Mereka merasakan ketidakkekalan dunia dan kesedihan kala berpisah dengan yang dikasihi. Karena para relawan berinteraksi langsung dengan para keluarga korban, mereka dapat merasakan dan memahami kesedihan ini, kemudian melakukan tindakan nyata atas dasar welas asih dan kebijaksanaan. Begitulah Jalan Bodhisatwa di dunia.
Semua kebenaran yang telah kita pelajari harus kita serap ke dalam hati dan terapkan dalam tindakan nyata. Kita harus mengasihi diri sendiri dan menjadi teman yang baik bagi orang lain. Saat memilih teman, kita juga harus memilih teman yang baik. Kita harus sungguh-sungguh menjaga ladang batin kita. Kita adalah petani bagi ladang batin kita sendiri. Kita harus menggarap ladang batin ini dan merawat benih di dalamnya dengan baik karena mudah untuk membangkitkan tekad, tetapi sulit untuk mempertahankannya. Meski kita memiliki benih yang baik, tetapi ia bisa mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan luar, bagaikan tunas padi diganggu oleh rumput liar yang tumbuh lebih cepat. Karena itu, kita harus melatih diri dan mempelajari ajaran Buddha.
Kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan, menjaga pikiran kita, dan merawat benih kebajikan dalam hati kita. Setelah membangkitkan benih niat baik, kita harus terus mengembangkannya agar jiwa kebijaksanaan kita bertumbuh dan bisa menjadi teman yang baik bagi orang lain. Namun, yang paling kita butuhkan adalah teman yang bermanfaat bagi kita. Manfaat yang dimaksud bukanlah ketenaran atau keuntungan duniawi, melainkan manfaat bagi jiwa kebijaksanaan. Orang yang bisa membuat jiwa kebijaksanaan kita semakin matang, itulah teman yang baik.
Di dalam ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi, kita dapat saling belajar dan mendukung demi membawa manfaat bagi umat manusia dan menyebarkan ajaran Buddha ke seluruh dunia agar benih-benih kebajikan bertumbuh dari satu menjadi tak terhingga. Contohnya, di Penghu, akibat kecelakaan pesawat yang lalu, ada sebanyak empat belas rumah di darat yang mengalami kerusakan ringan hingga berat. Warga setempat merasa takut dan tak bisa tidur dengan tenang di malam hari. Terlebih lagi, sekarang adalah bulan 7 Imlek. Para warga masih merasa ketakutan.
Kemarin (27 Juli), insan Tzu Chi mengundang satu demi satu warga yang masih mengalami trauma untuk mengikuti kegiatan doa bersama dan melantunkan nama Buddha dengan tulus. Insan Tzu Chi juga berbagi tentang Dharma kepada para warga dan menjelaskan bahwa bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah agar orang-orang tidak terbelenggu takhayul. Mereka menggunakan berbagai cara agar orang-orang memahaminya dengan jelas. Mereka juga memutarkan ceramah saya. Setelah mendengarnya, semua orang memahami bahwa dalam hidup ini kita harus hidup berdampingan dengan alam dan memperhatikan semua makhluk dengan cinta kasih. Kita juga mendengar para warga bertekad untuk bervegetaris selama seminggu sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan 7 Imlek yang penuh berkah. Ini sungguh tidak mudah.
Kemarin malam, di kantor Tzu Chi juga diadakan acara ramah tamah agar insan Tzu Chi dapat saling berterima kasih. Para relawan dari Penghu berterima kasih kepada relawan dari Kaohsiung dan Taipei yang telah membantu. Para relawan dari Kaohsiung dan para staf dari Taipei juga merasa sangat tersentuh oleh relawan dari Penghu yang berani memikul tanggung jawab. Di masa yang akan datang, masih dibutuhkan bantuan dari relawan di Penghu untuk pendampingan jangka panjang. Para relawan saling mendukung dan saling berterima kasih, sungguh penuh kehangatan. Para relawan dari Kaohsiung hari ini akan kembali ke Kaohsiung. Selanjutnya, insan Tzu Chi masih harus terus mendampingi para keluarga korban dan memberi perhatian jangka panjang.
Dunia ini sungguh membutuhkan adanya kekuatan cinta kasih di antara sesama manusia. Saya sungguh tersentuh oleh para relawan kali ini. Tentu, dalam bulan 7 Imlek ini, insan Tzu Chi terus mengadakan sosialisasi untuk melenyapkan takhayul dalam masyarakat dan membangkitkan pengetahuan benar. Mereka mengimbau warga untuk tidak membakar kertas sembahyang, membangkitkan keyakinan benar, menjalani pola hidup hemat, dan mengembangkan cinta kasih. Di mana pun berada, insan Tzu Chi selalu bersungguh hati dalam bersumbangsih bagi seluruh umat manusia. Saya bersyukur atas semua ini.
Gerakan protes di jalan membawa gejolak bagi masyarakat
Menenangkan batin keluarga korban kecelakaan dengan penuh ketulusan
Menenangkan hati dan membangkitkan niat baik
Menyebarkan keyakinan benar dan berdoa bersama bagi dunia
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita
Ditayangkan tanggal 30 Juli 2014.