Membimbing Orang-orang untuk Membangkitkan Kesadaran
Kita bisa melihat Nairobi, ibu kota Kenya. Dua hari yang lalu, sebuah apartemen di sana tiba-tiba runtuh begitu saja. Kita juga bisa melihat Bosnia di Eropa Timur. Di sana juga terjadi tanah longsor parah yang menimbun beberapa rumah. Rumah-rumah itu adalah bangunan ilegal. Mengapa orang-orang mendirikan bangunan ilegal? Karena mereka hidup kekurangan. Mereka mendirikan bangunan ilegal di lereng gunung. Jadi, begitu terjadi tanah longsor, rumah mereka juga akan ikut runtuh. Banyak keluarga yang menjadi korban bencana.
Bagi mereka yang hidup kekurangan, untuk mencari tempat tinggal yang aman sungguh sangat sulit. Contohnya Filipina. Lebih dari 2.200 keluarga korban bencana kebakaran di sana kini kehilangan tempat tinggal mereka. Apakah mereka akan segera kembali ke komunitas untuk membangun kembali rumah mereka? Itu masih belum pasti. Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi menyalurkan bantuan darurat di sana. Berhubung ada lebih dari 2.000 keluarga yang terkena dampak bencana, maka kita membagikan barang bantuan dan bantuan dana darurat secara bertahap. Yang terpenting adalah kita harus segera membagikan paket kebutuhan harian kepada mereka agar mereka dapat bertahan hidup dan memiliki makanan.
Kita juga melihat seorang wanita yang menggendong bayinya ke lokasi pembagian bantuan. Untungnya, mereka tidak terluka. Apakah sekelompok orang ini akan selamanya hidup di tempat yang tidak aman seperti itu? Karena hidup kekurangan, mereka terpaksa tinggal di bangunan ilegal. Begitu pula dengan orang-orang di Bosnia yang saya ulas tadi. Mereka semua adalah orang kurang mampu yang tinggal di bangunan ilegal. Bangunan ilegal bukanlah tempat tinggal yang aman.
Kehidupan ini penuh dengan penderitaan. Setiap orang di dunia hendaknya tahu untuk menggunakan kekayaan materi dengan bijak. Saat memiliki makanan yang cukup, kita hendaknya teringat pada orang-orang yang hidup kelaparan. Jika setiap orang dapat mengembangkan sedikit cinta kasih, maka kesempatan orang-orang yang menderita untuk mendapatkan bantuan akan semakin besar.
Bukankah saya sering berkata bahwa batu giok, berlian, emas, perak, dan lain-lain merupakan hasil dari penambangan yang merusak gunung dan alam? Setelah membelinya, apakah kita akan memilikinya selamanya? Sulit dipastikan. Setelah meninggal, anak-anak kita tidak mungkin memakaikannya pada tangan kita untuk dikebumikan atau dikremasikan bersama tubuh kita. Itu tidak mungkin. Apakah perhiasan kita akan diwariskan kepada menantu pertama atau menantu paling kecil? Ini akan menimbulkan masalah dalam keluarga.
Jadi, selain merusak alam, perhiasan juga merusak pikiran manusia dan ketulusan antarsesama dalam kehidupan keluarga. Ini sungguh kehidupan yang diliputi kebodohan. Perhiasan yang dipakai orang-orang di jari mereka sesungguhnya dapat digunakan untuk membantu kehidupan banyak orang. Namun, hidup ini seakan tidak adil.
Kini teknologi juga semakin canggih. Apakah ada perangkat elektronik yang dibuat tanpa menyebabkan pencemaran? Demikian juga dengan telepon seluler yang kita gunakan. Untuk memproduksi sebuah telepon seluler, entah berapa banyak kerusakan yang diciptakan manusia demi mendapatkan sumber daya alam yang mereka butuhkan. Sebelum digunakan, sumber daya alam masih harus melalui proses kimiawi untuk menghasilkan logam yang diinginkan. Manusia merusak gunung dan alam demi memperoleh kenyamanan dan kenikmatan hidup. Siapa yang menjaga bumi ini?
Kita semua bergantung hidup pada bumi ini. Akhir-akhir ini, pemerintah Taiwan terus mengimbau orang-orang untuk menghemat air karena khawatir akan terjadi kekeringan. Pemerintah mungkin juga akan membatasi penggunaan air. Tanpa air, bagaimana kita bisa bertahan hidup? Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan untuk meminta para petani mengistirahatkan lahan pada musim semi tahun ini. Pemerintah akan memberikan kompensasi kepada para petani. Jika para petani mengistirahatkan lahan, dari mana kita mendapatkan bahan pangan? Apakah dengan mengimpor?
Kita juga sering mendengar kabar tentang negara lain yang mengalami kekeringan. Tanpa air, mereka juga harus mengistirahatkan lahan. Baik di Taiwan maupun di luar negeri, jika tidak ada bahan pangan, bagaimana orang-orang bisa bertahan hidup? Namun, banyak orang Namun, banyak orang yang masih tidak tahu pentingnya melindungi bumi. Karena itu, saya sering berterima kasih kepada para relawan daur ulang kita. Mereka sungguh adalah sang pelindung bumi.
Lihatlah Pulau Yushan di Fujian, Tiongkok yang pemandangannya sangat indah. Dahulu pulau tersebut sangat bersih. Namun, sejak dikembangkan menjadi tempat wisata, pulau tersebut menjadi tercemar. Kini wilayah dataran dan lautan di pulau itu menjadi penuh dengan sampah. Saya sungguh sedih melihatnya. Mengapa bisa ada begitu banyak sampah?
”Sampah-sampah ini terbawa ke sini oleh air laut saat pasang. Terbawa ke sini oleh air laut saat pasang? Di sebelah sana juga ada sebuah tempat yang kondisinya sama seperti ini. Kami harus naik perahu kecil untuk tiba di dermaga. Setelah itu, kami akan berjalan kaki ke sini untuk mengumpulkan sampah. Setelah mengumpulkannya, kami akan membawanya pulang sekarung demi sekarung,” ucap relawan.
Saat ditanya mengapa mereka mau melakukan hal yang begitu melelahkan? Relawan menjawab, “Kami sendiri yang ingin melakukannya. Jadi, kami tidak merasa lelah. Kami melakukannya dengan sukarela.”
Saya sangat kagum kepada sekelompok relawan daur ulang ini. Mereka mengumpulkan sampah yang dibuang oleh orang-orang baik yang ada di lautan maupun daratan. Inilah kekuatan cinta kasih. Lihatlah mereka memanggul barang daur ulang seperti itu. Setelah membawanya kembali, mereka masih harus memilahnya. Untungnya, ada insan Tzu Chi yang menyosialisasikan daur ulang di sana sehingga sekelompok Bodhisatwa itu terinspirasi untuk mengasihi bumi.
Jika insan Tzu Chi tidak menyebarkan konsep daur ulang di sana, bukankah pulau yang indah itu akan menjadi penuh dengan sampah? Ini semua berkat kekuatan cinta kasih. Saya berharap orang-orang tidak pergi ke sana lagi untuk merusak tempat itu. Jika orang-orang tidak membuang sampah sembarangan, maka para relawan itu tidak perlu begitu bekerja keras.
Singkat kata, kita semua harus senantiasa mengingatkan diri sendiri. Jika kita tak membuang sampah sembarangan, maka mereka tak perlu bersusah payah untuk mengumpulkannya. Jika setiap orang dapat mengintrospeksi diri, maka kehidupan ini akan aman dan tenteram. Jika kebersihan bumi dan udara terjaga, maka setiap orang dapat hidup aman dan tenteram. Dengan kekuatan cinta kasih, kita bisa mewujudkan semua ini.
Para relawan daur ulang kita sungguh mengagumkan. Jika dibandingkan dengan jari orang-orang yang memakai cincin berlian, menurut saya jari para relawan kita yang terlihat sangat kasar dan kapalan jauh lebih indah karena bagi saya, kapalan-kapalan itu bagaikan berlian di jari mereka. Itu merupakan bukti dari kerja keras mereka. Tangan yang melepuh dan penuh kapalan merupakan harta kekayaan mereka yang sesungguhnya. Sungguh, kita harus mengembangkan kekuatan cinta kasih untuk bersumbangsih.
Membimbing orang-orang untuk membangkitkan kesadaran
Menjalani pola hidup sederhana, berhati tulus, dan bermawas diri
Mengemban misi Tzu Chi dengan melakukan daur ulang
Hasil kerja keras untuk melindungi bumi jauh lebih berharga daripada berlian
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 06 Januari 2015